Bali Bakal Jadi Kawasan Ekonomi Khusus Kesehatan dan Pariwisata Pertama di Indonesia
15 October 2022 |
13:06 WIB
Pemerintah tengah menyiapkan Kawasan Sanur sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Kesehatan dan Pariwisata pertama di Indonesia. Lokasi ini dipilih karena dianggap memiliki potensi besar untuk menjadi pusata wisata medis di Asia Tenggara.
Adapun, proyek ini merupakan hasil kerjasama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) yang dikenal dengan Injourney, melalui anak perusahaannya PT Hotel Indonesia Natour (HIN), bekerja sama dengan PT Pertamina Bina Medika - Indonesia Healthcare Corporation (IHC).
Keputusan pemerintah membangun KEK Sanur yang mengintegrasikan sektor kesehatan dengan sektor pariwisata sejalan dengan fokus Presidensi G20 Indonesia, yakni layanan kesehatan inklusif, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi menuju energi berkelanjutan.
Baca juga: Wisata Medis Orthopedi dan Tulang Belakang Hadir di Pekanbaru
KEK Sanur menawarkan alur perjalanan pasien end-to-end bagi pengunjung dengan berbagai fasilitas. Selain fasilitas taman, hotel, dan pusat niaga, ada enam kawasan di KEK Sanur yang dikhususkan untuk pelayanan kesehatan.
Dari enam tersebut, dua di antaranya telah disewakan dan akan dibangun sebagai rumah sakit berkelas internasional yang dioperasikan oleh Mayo Clinic. Sementara itu, empat area lain tersedia bagi investor yang memiliki spesialisasi sesuai dengan masterplan yang telah ditentukan.
Spesialisasi tersebut seperti bedah plastik dan kosmetik, geriatrik, pusat penelitian sel punca, serta pusat pengobatan oriental, dan kesuburan.
Direktur Operasional IHC, Mira Dyah Wahyuni MARS, mengatakan bahwa KEK Sanur akan memberikan pelayanan kesehatan terintegrasi dengan kualitas tinggi serta bertaraf internasional. Sebagai holding rumah sakit milik negara, IHC saat ini menaungi 75 rumah sakit dan 143 klinik di seluruh Indonesia.
Tidak hanya itu, kawasan ini juga akan memiliki perawatan medis terkini untuk mendorong masyarakat mempercayakan pengobatan di Indonesia tanpa harus pergi ke luar negeri untuk melakukan pengobatan.
Sementara itu, Menteri BUMN, Erick Thohir meyakini pengembangan KEK Kesehatan dan Pariwisata Sanur akan mendorong perekonomian baik nasional maupun lokal. “Potensinya cukup besar sehingga bisa menjadi prioritas untuk menghidupkan kembali kegiatan pariwisata di Bali,” kata Erick.
Dia menuturkan bahwa pemerintah harus melakukan intervensi agar masyarakat tidak perlu lagi mencari pengobatan ke luar negeri. Menurutnya, Indonesia mampu memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan berkelas dunia.
Pemerintah memroyeksikan pengembangan KEK Sanur mampu menyerap dari 4 persen sampai dengan 8 pesen masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri. Dengan demikian, terdapat harapan pada 2030, jumlah pasien yang berobat di KEK Sanur mencapai 123.000 hingga 240.000 orang.
Data menunjukkan bahwa penduduk Indonesia merupakan penyumbang utama wisata medis di kawasan dengan lebih dari 2 juta warga bepergian ke luar negeri pada 2019 untuk mendapatkan layanan kesehatan senilai US$ 6 miliar.
Saat ini, jumlah pelancong yang berkunjung ke Bali diperkirakan mengalai peningkatan sebesar 24,6 persen pada periode 2020 – 2024. Sementara itu, pertumbuhan wisata medis di Asia Tenggara diprediksi sekitar 18 persen pada periode yang sama.
Pemerintah juga mendorong kawasan ini menjadi lokasi investasi baru, dan dapat menyerap tenaga kerja di dalam negeri. Pemerintah berharap kawasan ini dapat menyerap sekitar 43.000 tenaga kerja setelah beroperasi penuh.
Pada 2045, pemerintah mengharapkan Kawasan Ekonomi Khusus Sanur mampu menambah total perolehan devisa hingga USD 1,28 miliar.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Adapun, proyek ini merupakan hasil kerjasama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) yang dikenal dengan Injourney, melalui anak perusahaannya PT Hotel Indonesia Natour (HIN), bekerja sama dengan PT Pertamina Bina Medika - Indonesia Healthcare Corporation (IHC).
Keputusan pemerintah membangun KEK Sanur yang mengintegrasikan sektor kesehatan dengan sektor pariwisata sejalan dengan fokus Presidensi G20 Indonesia, yakni layanan kesehatan inklusif, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi menuju energi berkelanjutan.
Baca juga: Wisata Medis Orthopedi dan Tulang Belakang Hadir di Pekanbaru
KEK Sanur menawarkan alur perjalanan pasien end-to-end bagi pengunjung dengan berbagai fasilitas. Selain fasilitas taman, hotel, dan pusat niaga, ada enam kawasan di KEK Sanur yang dikhususkan untuk pelayanan kesehatan.
Dari enam tersebut, dua di antaranya telah disewakan dan akan dibangun sebagai rumah sakit berkelas internasional yang dioperasikan oleh Mayo Clinic. Sementara itu, empat area lain tersedia bagi investor yang memiliki spesialisasi sesuai dengan masterplan yang telah ditentukan.
Spesialisasi tersebut seperti bedah plastik dan kosmetik, geriatrik, pusat penelitian sel punca, serta pusat pengobatan oriental, dan kesuburan.
Direktur Operasional IHC, Mira Dyah Wahyuni MARS, mengatakan bahwa KEK Sanur akan memberikan pelayanan kesehatan terintegrasi dengan kualitas tinggi serta bertaraf internasional. Sebagai holding rumah sakit milik negara, IHC saat ini menaungi 75 rumah sakit dan 143 klinik di seluruh Indonesia.
Tidak hanya itu, kawasan ini juga akan memiliki perawatan medis terkini untuk mendorong masyarakat mempercayakan pengobatan di Indonesia tanpa harus pergi ke luar negeri untuk melakukan pengobatan.
Masterplan KEK Sanur. (Sumber gambar: IHC)
Dia menuturkan bahwa pemerintah harus melakukan intervensi agar masyarakat tidak perlu lagi mencari pengobatan ke luar negeri. Menurutnya, Indonesia mampu memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan berkelas dunia.
Pemerintah memroyeksikan pengembangan KEK Sanur mampu menyerap dari 4 persen sampai dengan 8 pesen masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri. Dengan demikian, terdapat harapan pada 2030, jumlah pasien yang berobat di KEK Sanur mencapai 123.000 hingga 240.000 orang.
Data menunjukkan bahwa penduduk Indonesia merupakan penyumbang utama wisata medis di kawasan dengan lebih dari 2 juta warga bepergian ke luar negeri pada 2019 untuk mendapatkan layanan kesehatan senilai US$ 6 miliar.
Saat ini, jumlah pelancong yang berkunjung ke Bali diperkirakan mengalai peningkatan sebesar 24,6 persen pada periode 2020 – 2024. Sementara itu, pertumbuhan wisata medis di Asia Tenggara diprediksi sekitar 18 persen pada periode yang sama.
Pemerintah juga mendorong kawasan ini menjadi lokasi investasi baru, dan dapat menyerap tenaga kerja di dalam negeri. Pemerintah berharap kawasan ini dapat menyerap sekitar 43.000 tenaga kerja setelah beroperasi penuh.
Pada 2045, pemerintah mengharapkan Kawasan Ekonomi Khusus Sanur mampu menambah total perolehan devisa hingga USD 1,28 miliar.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.