Awas, Kekurangan Vitamin D Bisa Memicu Autoimun
09 October 2022 |
22:00 WIB
Autoimun menjadi salah satu penyakit yang masih terbilang jarang diketahui banyak orang. Padahal, menurut survei yang dilakukan di Amerika Serikat, penyakit ini menduduki urutan ketiga sebagai penyakit yang menyebabkan kematian setelah penyakit kanker dan penyakit jantung/stroke.
Sekitar 15,5 persen dari total penduduk Amerika dilaporkan menderita penyakit autoimun, dan 80 persen penderitanya adalah perempuan usia produktif. Untuk mengatasi keadaan ini, pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan anggaran khusus untuk penderita autoimun senilai US$100 miliar, sedangkan untuk penyakit kanker sebesar US$57 miliar.
Sedangkan, menurut laporan Marisza Cardoba Foundation, jumlah penderita autoimun di Indonesia yang berhasil terdaftar baru mencapai sekitar 15.000 pasien.
Baca juga: Yuk Coba Resep Sehat Plus Awet Muda ala Penyintas Autoimun Niken Sudharmono!
Dewan Pakar Medis Marisza Cardoba Foundation (MCF), Prof. Zakiudin Munasir, menjelaskan autoimun merupakan sebuah kondisi kesehatan di mana sistem kekebalan tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan antara zat yang dianggap asing dan membahayakan tubuh dengan bagian tubuh penderitanya. Kondisi itu, menyebabkan masalah kesehatan kronis, bahkan kematian jika menyerang organ yang memiliki peran vital.
Menurutnya, orang-orang yang hidup dengan kondisi autoimunitas adalah kelompok yang rentan terkena Covid-19 karena tubuhnya mengalami gangguan imunologi serta mudah terjadi peradangan atau inflamasi.
Peran Vital Vitamin D
Pria yang akrab disapa Prof. Zaki itu juga menuturkan banyak data yang melaporkan bahwa infeksi Covid-19 yang fatal maupun kondisi autoimunitas, terjadi pada orang-orang dengan kadar vitamin D yang rendah. Hal itu dikarenakan vitamin D berperan pada respon imun dan pengaturan sistem imun untuk mengatasi reaksi inflamasi yang hebat.
Vitamin D merupakan salah satu jenis vitamin yang berfungsi sebagai hormon yang mengatur metabolisme kalsium dan pertumbuhan tulang. Vitamin D juga berperan dalam pengaturan sistem imun.
"Kekurangan vitamin D pada infeksi Covid-19 tentu menyebabkan respon imunnya tidak berjalan dengan baik dan infeksinya bisa fatal," katanya dalam keterangan resmi, Minggu (9/10/2022).
Sumber utama vitamin D atau sekitar 80 persen berasal dari sinar UV matahari yang mengubah prekursor provitamin D di kulit menjadi vitamin D. Sedangkan sekitar 20 persen berasal dari makanan seperti susu, ikan, dan lainnya.
Meski demikian, Prof. Zaki menerangkan dosis vitamin D yang diperlukan oleh pasien penyakit autoimun bergantung kadar vitamin D pada pasien itu sendiri dan tidak bisa dirata-ratakan, termasuk selalu ditopang dengan suplemen
"Kalau sumbernya cukup setiap harinya, mungkin tidak perlu mengonsumsi suplemen. Tetapi kebanyakan kita kurang sinar matahari walau sinar matahari berlimpah. Dari makanan hanya menyumbang 20 persen,” jelas Prof. Zaki.
Baca juga: Mengenal Vaskulitis, Penyakit Autoimun Langka yang Sempat Diderita Ashton Kutcher
Oleh karena itu, untuk mencegah penyakit autoimun, dia merekomendasikan untuk mendapatkan kadar vitamin D cukup terutama dari sinar matahari, sekitar jam 10 pagi sampai jam 2 siang. Pada pagi hari dianjurkan terkena paparan sinar matahari sekitar 15 menit, sedangkan pada siang hari sekitar 5 menit.
"Jangan lupa juga terapkan pola makan yang memenuhi gizi seimbang, cukup protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral,” tambah Prof Zaki.
Editor: Fajar Sidik
Sekitar 15,5 persen dari total penduduk Amerika dilaporkan menderita penyakit autoimun, dan 80 persen penderitanya adalah perempuan usia produktif. Untuk mengatasi keadaan ini, pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan anggaran khusus untuk penderita autoimun senilai US$100 miliar, sedangkan untuk penyakit kanker sebesar US$57 miliar.
Sedangkan, menurut laporan Marisza Cardoba Foundation, jumlah penderita autoimun di Indonesia yang berhasil terdaftar baru mencapai sekitar 15.000 pasien.
Baca juga: Yuk Coba Resep Sehat Plus Awet Muda ala Penyintas Autoimun Niken Sudharmono!
Dewan Pakar Medis Marisza Cardoba Foundation (MCF), Prof. Zakiudin Munasir, menjelaskan autoimun merupakan sebuah kondisi kesehatan di mana sistem kekebalan tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan antara zat yang dianggap asing dan membahayakan tubuh dengan bagian tubuh penderitanya. Kondisi itu, menyebabkan masalah kesehatan kronis, bahkan kematian jika menyerang organ yang memiliki peran vital.
Menurutnya, orang-orang yang hidup dengan kondisi autoimunitas adalah kelompok yang rentan terkena Covid-19 karena tubuhnya mengalami gangguan imunologi serta mudah terjadi peradangan atau inflamasi.
Ilustrasi pasien autoimun (Sumber gambar: Freepik)
Peran Vital Vitamin D
Pria yang akrab disapa Prof. Zaki itu juga menuturkan banyak data yang melaporkan bahwa infeksi Covid-19 yang fatal maupun kondisi autoimunitas, terjadi pada orang-orang dengan kadar vitamin D yang rendah. Hal itu dikarenakan vitamin D berperan pada respon imun dan pengaturan sistem imun untuk mengatasi reaksi inflamasi yang hebat.
Vitamin D merupakan salah satu jenis vitamin yang berfungsi sebagai hormon yang mengatur metabolisme kalsium dan pertumbuhan tulang. Vitamin D juga berperan dalam pengaturan sistem imun.
"Kekurangan vitamin D pada infeksi Covid-19 tentu menyebabkan respon imunnya tidak berjalan dengan baik dan infeksinya bisa fatal," katanya dalam keterangan resmi, Minggu (9/10/2022).
Sumber utama vitamin D atau sekitar 80 persen berasal dari sinar UV matahari yang mengubah prekursor provitamin D di kulit menjadi vitamin D. Sedangkan sekitar 20 persen berasal dari makanan seperti susu, ikan, dan lainnya.
Meski demikian, Prof. Zaki menerangkan dosis vitamin D yang diperlukan oleh pasien penyakit autoimun bergantung kadar vitamin D pada pasien itu sendiri dan tidak bisa dirata-ratakan, termasuk selalu ditopang dengan suplemen
"Kalau sumbernya cukup setiap harinya, mungkin tidak perlu mengonsumsi suplemen. Tetapi kebanyakan kita kurang sinar matahari walau sinar matahari berlimpah. Dari makanan hanya menyumbang 20 persen,” jelas Prof. Zaki.
Baca juga: Mengenal Vaskulitis, Penyakit Autoimun Langka yang Sempat Diderita Ashton Kutcher
Oleh karena itu, untuk mencegah penyakit autoimun, dia merekomendasikan untuk mendapatkan kadar vitamin D cukup terutama dari sinar matahari, sekitar jam 10 pagi sampai jam 2 siang. Pada pagi hari dianjurkan terkena paparan sinar matahari sekitar 15 menit, sedangkan pada siang hari sekitar 5 menit.
"Jangan lupa juga terapkan pola makan yang memenuhi gizi seimbang, cukup protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral,” tambah Prof Zaki.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.