Ashton Kutcher saat membintangi film Jobs (Sumber gambar: Five Stars Feature Films)

Mengenal Vaskulitis, Penyakit Autoimun Langka yang Sempat Diderita Ashton Kutcher

14 August 2022   |   17:30 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Aktor asal Amerika, Ashton Kutcher, baru-baru ini mengungkapkan bahwa dia tidak bisa berjalan, mendengar atau berbicara setelah didiagnosis menderita penyakit langka yang disebut vaskulitis dua tahun lalu. Hal itu diungkapkannya dalam sebuah wawancara di acara Running Wild with Bear Grylls: The Challenge oleh National Geographic.

"Seperti dua tahun lalu, saya memiliki penyakit vaskulitis yang aneh dan sangat langka, yang melumpuhkan penglihatan, pendengaran, semua keseimbangan saya," katanya.

Baca juga: Sindrom Ramsay Hunt yang Diderita Justin Bieber, Apakah Bisa Sembuh Total?

Dia pun menyebut bahwa dibutuhkan waktu sekitar satu tahun sampai kesehatannya benar-benar pulih. "Kalian tidak benar-benar menghargainya sampai itu hilang, sampai kalian berkata, saya tidak tahu apakah saya akan dapat melihat lagi, dengar lagi, apakah saya bisa berjalan lagi," kata Kutcher.
 

Lantas, apa itu penyakit vaskulitis?

??Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, vaskulitis atau yang juga dikenal dengan angiitis atau arteritis merupakan kondisi langka yang dapat terjadi ketika pembengkakan mempengaruhi dinding pembuluh darah. Pembengkakan ini terjadi lantaran respons tubuh terhadap cedera ringan.

Vaskulitis sendiri berupa gangguan atau penyakit autoimun yang membuat tubuh menyerang dirinya sendiri, infeksi, dan trauma, yang akhirnya menyebabkan pembengkakan pada pembuluh darah.

"Pembengkakan di pembuluh darah dapat menyebabkan masalah serius terasuk kerusakan organ dan aneurisma, benjolan di dinding pembuluh darah," demikian menurut lembaga tersebut.

Ahli Bedah Vaskular, Dokter Bing Shue, menjelaskan vaskulitis merupakan kondisi autoimun di mana tubuh seseorang secara keliru menyerang pembuluh darah sendiri. Hal ini mengakibatkan hilangnya aliran darah ke area penting tubuh, karena arteri tersebut mengalami kerusakan.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa vaskulitis paling umum menyerang orang berusia di atas 65 tahun, dan dapat menyebabkan kebutaan permanen. "Kehilangan penglihatan bisa menjadi komplikasi yang sangat serius dari arteritis sel raksasa atau giant cell arteritis (GCA)," katanya dilansir dari Healthline.

Seseorang yang menderita vaskulitis, paparnya, juga ditemukan mengalami kram otot dan kelelahan parah yang dapat menyebabkan hilangnya kemampuan berjalan. Selain itu, banyak bentuk vaskulitis juga menyebabkan peradangan telinga yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan vertigo.

Shue pun menerangkan bahwa vaskulitis dapat dikontrol jika didiagnosis dan diobati dengan tepat. "Kami melakukan prosedur untuk mendiagnosis vaskulitis dan mengobati pembuluh darah yang rusak akibat vaskulitis. Jika tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi fatal seperti stroke atau kehilangan fungsi ginjal," katanya.
 

Penyebab Vaskulitis

Melansir dari laman Cleveland Clinic, penyebab vaskulitis belum diketahui secara pasti. Namun, yang jelas, sistem kekebalan tubuh memainkan peran besar dalam penyakit ini. 

Dalam kebanyakan kasus vaskulitis, sesuatu menyebabkan reaksi kekebalan atau alergi di dinding pembuluh darah. Zat yang menyebabkan reaksi alergi itu disebut antigen. "Terkadang obat atau penyakit tertentu dapat bertindak sebagai antigen dan memulai proses ini," tulis situs tersebut.

Menurut Mayo Clinic, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit vaskulitis seperti diantaranya usia, riwayat keluarga, pilihan gaya hidup seperti penggunaan kokain atau tembakau, obat-obatan, infeksi, gangguan kekebalan, dan jenis kelamin.
 

Gejala Vaskulitis

Beberapa gejala vaskulitis yang umum meliputi ruam kulit, kelelahan, demam, merasa lemah, nyeri sendi, sakit perut, gangguan ginjal (termasuk urine berwarna gelap atau berdarah), gangguan saraf (termasuk mati rasa, kelelahan dan nyeri), serta batuk dan/atau sesak napas.

Dalam beberapa kasus, vaskulitis dapat menyebabkan pendarahan di bawah kulit yang muncul sebagai bintik-bintik merah, serta benjolan atau luka terbuka pada kulit seseorang.

Untuk mendiagnosis seseorang mengalami vaskulitis, dokter biasanya akan meminta pasien untuk menjalani satu atau lebih tes dan prosedur diagnostik, termasuk tes darah, rontgen pembuluh darah, tes pencitraan atau biopsi untuk mendiagnosis vaskulitis, atau mengesampingkan kondisi lain yang meniru vaskulitis. Selain itu, tes darah juga dapat mengidentifikasi kompleksitas imun atau antibodi yang dapat dikaitkan dengan vaskulitis.

Baca juga: 7 Fakta Alopecia, Penyakit yang Diderita Istri Will Smith

Menurut Pusat Vaskulitis Johns Hopkins, sebagian besar penyakit vaskulitis dapat diobati jika terdeteksi cukup dini, sebelum kerusakan organ substansial terjadi.

"Penelitian lebih lanjut diperlukan dalam semua bentuk vaskulitis. Pengetahuan yang lebih besar tentang penyakit ini akan mengarah pada perawatan yang lebih baik dan suatu hari untuk penyembuhan," tulis situs tersebut.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Suka Olahraga Malam Hari? Perhatikan Beberapa Saran Medis Ini

BERIKUTNYA

5 Persiapan Penting Sebelum Trip ke Jerman

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: