Kantongi Omzet Ratusan Juta Rupiah per Bulan, Yuk Coba Ikuti Strategi Penjualan dari Brand Tas Lokal Ini
07 October 2022 |
15:31 WIB
Banyak pelaku usaha yang saat ini memanfaatkan penjualan melalui internet. Apalagi sekarang jumlah pengguna internet makin banyak yang mulai melakukan pembelian secara daring. Baik itu melalui e-commerce maupun media sosial.
Nah, untuk bisa memenangkan pasar di tengah persaingan yang kian ketat ini, para pelaku usaha go digital harus menerapkan berbagai langkah dan strategi khusus. Namun, tentu saja selain strategi marketing yang baik, pelaku usaha juga harus terlebih dahulu memperhatikan kualitas produk dan pangsa pasar yang akan dituju.
Baca juga: Begini Langkah-Langkah Membangun Fondasi Pemasaran Digital yang Efektif
Salah satu pelaku usaha yang sukses menerapkan strategi pemasaran dengan digital marketing Meri Yuarif bersama sang suami Setiawan Ananto, pemilik brand tas kulit Biyantie Genuine Leather. Pada 2014, Setiawan memulai bisnisnya secara offline, dan mulai dikenal secara luas setelah mengikuti pameran InaCraft yang diselenggaraka di Senayan JCC.
“Bisnis Ini awalnya dikelola istri saya, Meri, sedangkan saya masih bekerja sebagai Corporate Communication di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Melihat perkembangan bisnis Biyantie, akhirnya saya memilih resign dan berkolaborasi dengan istri, membesarkan Brand Biyantie,” jelas Setiawan.
Saat awal memulai, modal yang dikeluarkan sebesar Rp10 juta yang digunakan untuk membeli selembar kulit seharga Rp1 juta, dua buah mesin bekas dan alat produksi seharga Rp6 juta sedangkan sisanya digunakan untuk membayar gaji dua pegawai produksi Rp3 juta.
Setelah 8 tahun eksis, Biyantie kini mampu memproduksi ribuan pieces tas kulit dengan omzet mencapai ratusan juta rupiah, bahkan pernah menyentuh angka miliaran sebelum pandemi Covid-19.
Lantas, apa saja strategi yang diterapkan sehingga brand tas kulit lokal ini mampu berkembang pesat dan menembus pasar internasional.
“Kami menyediakan berbagai varian produk mulai dari kebutuhan lifestyle wanita, pria, remaja & juga kebutuhan pengadaan corporate. Dari segmen tersebut kemudian tercipta berbagai ragam produk,” jelasnya.
Beberapa contoh varian produk wanita seperti, dompet, handbag, shopper bag, shoulderbag, hingga clutch. Adapun, untuk varian pria seperti backpack, satchel, clutch, dompet dan lainnya. Sedangkan untuk segmen remaja, umumnya memiliki varian serupa dengan sentuhan style & desain yang berbeda.
Lalu untuk korporat biasanya varian produknya mengisi untuk keperluan cinderamata mereka, seperti lanyard, pouch, binder, dan waistbag.
“Kami menyediakan produk dengan range harga dari Rp1 juta hingga Rp5 juta tergantung dari detail desain, biaya produksi & leather yang digunakan."
Dari sana kemudian mulai terjadi pemasaran dari mulut ke mulut. Bukan hanya dalam penjulan secara ritel, Aan juga menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang pernah menjadi kliennya untuk membeli produk tas pengadaan corporate sehingga terjadi pembelian dalam jumlah besar.
Selain itu, Biyantie juga hadir dalam setiap marketplace dan e-commerce sehingga ketika ada yang tertarik bisa diarahkan untuk membeli melalui marketplace atau ecommerce untuk mendapatkan diskon atau promo khusus yang disediakan.
Untuk merapikan branding, Biyantie juga berkolaborasi dengan sahabatnya yang memiliki BrandPreneur. Tidak tanggung-tanggung, Biyantie menggelontorkan budget branding sebesar Rp150 juta. Di luar kebutuhan branding, mereka juga menganggarkan dana untuk kebutuhan strategi digital marketing dengan alokasi anggaran di kisaran Rp 160 juta.
Di awal 2023, Biyantie juga menyiapkan strategi baru terkait digital marketing, rebranding, dan berencana berkolaborasi lebih luas, tidak hanya dengan model, influencer maupun Fashion Designer.
“Saya berminat berkolaborasi dengan Kampus/Universitas Swasta yang memiliki program studi di bidang fashion, mengembangkan produk tas, waistbag, pouch, clutch, wallet, apron dan produk turunan lain dari material kulit,” ucapnya.
Tidak sia-sia dengan berbagai strategi pemasaran, branding, dan didukung dengan kualitas produk yang baik, Biyantie mampu mengantongi omzet hingga ratusan juta per bulan. Bahkan, pada masa sebelum pandemi, mereka bisa menembus omzet hingga Rp1 miliar dengan tingkat keuntungan 20-30 per bulan.
Editor: Dika Irawan
Nah, untuk bisa memenangkan pasar di tengah persaingan yang kian ketat ini, para pelaku usaha go digital harus menerapkan berbagai langkah dan strategi khusus. Namun, tentu saja selain strategi marketing yang baik, pelaku usaha juga harus terlebih dahulu memperhatikan kualitas produk dan pangsa pasar yang akan dituju.
Baca juga: Begini Langkah-Langkah Membangun Fondasi Pemasaran Digital yang Efektif
Salah satu pelaku usaha yang sukses menerapkan strategi pemasaran dengan digital marketing Meri Yuarif bersama sang suami Setiawan Ananto, pemilik brand tas kulit Biyantie Genuine Leather. Pada 2014, Setiawan memulai bisnisnya secara offline, dan mulai dikenal secara luas setelah mengikuti pameran InaCraft yang diselenggaraka di Senayan JCC.
“Bisnis Ini awalnya dikelola istri saya, Meri, sedangkan saya masih bekerja sebagai Corporate Communication di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Melihat perkembangan bisnis Biyantie, akhirnya saya memilih resign dan berkolaborasi dengan istri, membesarkan Brand Biyantie,” jelas Setiawan.
Saat awal memulai, modal yang dikeluarkan sebesar Rp10 juta yang digunakan untuk membeli selembar kulit seharga Rp1 juta, dua buah mesin bekas dan alat produksi seharga Rp6 juta sedangkan sisanya digunakan untuk membayar gaji dua pegawai produksi Rp3 juta.
Setelah 8 tahun eksis, Biyantie kini mampu memproduksi ribuan pieces tas kulit dengan omzet mencapai ratusan juta rupiah, bahkan pernah menyentuh angka miliaran sebelum pandemi Covid-19.
Lantas, apa saja strategi yang diterapkan sehingga brand tas kulit lokal ini mampu berkembang pesat dan menembus pasar internasional.
1. Perhatikan Kualitas Produk
Setiawan yang akrab di sapa Aan ini mengatakan bahwa dalam mengembangkan Brand Biyantie, dia dan sang istri sudah berkomitmen menghasilkan karya tas yang berkualitas, menggunakan material kulit dari dalam negeri maupun impor dari Italia, Australia dan Turki. Adapun, jenis kulitnya lambskin dan Calfskin.“Kami menyediakan berbagai varian produk mulai dari kebutuhan lifestyle wanita, pria, remaja & juga kebutuhan pengadaan corporate. Dari segmen tersebut kemudian tercipta berbagai ragam produk,” jelasnya.
Beberapa contoh varian produk wanita seperti, dompet, handbag, shopper bag, shoulderbag, hingga clutch. Adapun, untuk varian pria seperti backpack, satchel, clutch, dompet dan lainnya. Sedangkan untuk segmen remaja, umumnya memiliki varian serupa dengan sentuhan style & desain yang berbeda.
Lalu untuk korporat biasanya varian produknya mengisi untuk keperluan cinderamata mereka, seperti lanyard, pouch, binder, dan waistbag.
“Kami menyediakan produk dengan range harga dari Rp1 juta hingga Rp5 juta tergantung dari detail desain, biaya produksi & leather yang digunakan."
2. Manfaatkan Kontak Pertemanan
Dalam memasarkan produknya, selain aktif mengikuti pameran, Biyantie juga memanfaatkan gadget dengan menawarkan kepada kontak pertemanan yang ada di gadget. Menurutnya, kontak pertemanan yang ada di gadget, baik whatsapp maupun media sosial itulah yang menjadi pelanggan pertama Biyantie.Dari sana kemudian mulai terjadi pemasaran dari mulut ke mulut. Bukan hanya dalam penjulan secara ritel, Aan juga menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang pernah menjadi kliennya untuk membeli produk tas pengadaan corporate sehingga terjadi pembelian dalam jumlah besar.
Selain itu, Biyantie juga hadir dalam setiap marketplace dan e-commerce sehingga ketika ada yang tertarik bisa diarahkan untuk membeli melalui marketplace atau ecommerce untuk mendapatkan diskon atau promo khusus yang disediakan.
3. Alokasikan Anggaran Khusus untuk Branding
Selain melakukan pemasaran, Aan mengatakan bahwa Biyantie juga fokus mengembangkan branding, sehingga produknya bukan hanya menjadi sebuah komoditas yang harus perang harga. Namun, merupakan produk yang memiliki branding yang kuat di mata konsumen, sehingga meningkatkan nilai jual.Untuk merapikan branding, Biyantie juga berkolaborasi dengan sahabatnya yang memiliki BrandPreneur. Tidak tanggung-tanggung, Biyantie menggelontorkan budget branding sebesar Rp150 juta. Di luar kebutuhan branding, mereka juga menganggarkan dana untuk kebutuhan strategi digital marketing dengan alokasi anggaran di kisaran Rp 160 juta.
4. Jalin Kolaborasi
Dalam mengembangkan bisnisnya, Biyantie juga terus melakukan strategi dengan menjalin kolaborasi bersama sejumlah desainer fesyen nasional mulai dari Sikie Purnomo, Kurzen Karzai, Yogiswari Prajanti. Kemudian, dengan desainer di Jakarta Fashion Week, Indonesia Fashion Week, JF3. Bahkan dengan desainer Gita Widya, di ajang Newyork Couture Fashion Week.Di awal 2023, Biyantie juga menyiapkan strategi baru terkait digital marketing, rebranding, dan berencana berkolaborasi lebih luas, tidak hanya dengan model, influencer maupun Fashion Designer.
“Saya berminat berkolaborasi dengan Kampus/Universitas Swasta yang memiliki program studi di bidang fashion, mengembangkan produk tas, waistbag, pouch, clutch, wallet, apron dan produk turunan lain dari material kulit,” ucapnya.
Tidak sia-sia dengan berbagai strategi pemasaran, branding, dan didukung dengan kualitas produk yang baik, Biyantie mampu mengantongi omzet hingga ratusan juta per bulan. Bahkan, pada masa sebelum pandemi, mereka bisa menembus omzet hingga Rp1 miliar dengan tingkat keuntungan 20-30 per bulan.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.