Menikmati Karya Sang Pembisik dari Seniman Danarto
27 September 2022 |
10:26 WIB
Karya lukisan dari seniman Danarto berjudul Sang Pembisik menjadi salah satu dari banyak karya yang dihadirkan dalam pameran Memoar Perupa TIM di Galeri Emiria Soenassa, Gedung Ali Sadikin, Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki yang berlangsung dari 16 September – 12 Oktober 2022.
Karya dengan ukuran 180 x 180 cm yang dibuat dengan medium akrilik pada kanvas ini menggambarkan sosok Gus Dur menggunakan jas hitam sedang berdiri sambil tertawa.
Baca juga: Karya-karya Seni di Pameran Memoar Perupa Tim Ini Mesti Kalian Lihat
Sementara itu, di sebelahnya, terlihat sosok bersayap seperti malaikat sedang membisikkan sesuatu. Karya dari Danarto ini terinspirasi ketika Gus Dur bertemu Raja Arab Saudi.
Pada saat itu, sang raja tertawa mendengar humor tingkat dewa dari Gus Dur. Padahal, sang raja disebut sangat jarang tertawa.
Kurator Citra Smara Dewi mengatakan bahwa karya sang seniman yang dibuat pada 2006 menjadi salah satu dari banyak karya yang menarik di pameran ini. Selama ini, karya berjudul Sang Pembisik tidak jelas keberadaannya, dan ternyata berada di studio Nasirun, Yogyakarta.
“Banyak yang kaget ketika karya itu masih ada, selama ini banyak yang tidak tahu,” katanya.
Karya sang seniman berjudul Sang Pembisik tidak jauh berbeda dengan karya-karya sastra yang kerap dibuat. Dalam membuat karya, pria seniman itu banyak mengangkat tema tentang spiritual, dan segala macamnya.
Tidak hanya itu, sang seniman juga cenderung memiliki unsur satir dalam karyanya. Kemudian, ciri khas dari sang seniman adalah gambar sayap yang berada dalam lukisan Sang Pembisik.
Menurutnya, sang seniman sering menampilkan sayap dalam beberapa karya – termasuk halaman sampul atau cover bukunya. Dari sisi warna, Danarto juga cenderung menggunakan warna terang atau warna yang khas dengan karya kontemporer.
Untuk diketahui, sang seniman merupakan seniman multitalenta. Selain seorang pelukis, pria yang menjadi pendidik di Akademi Seni Rupa, LPKJ sejak 1973 sampai 1984 itu juga seorang penulis, penyair, penata panggung, ilustrator majalah, sutradara teater, penata artistik film, dan wartawan.
Beberapa karya seni lukis sang seniman terkesan puitis sekaligus magis dengan rona warna benderang seperti merah, pink, oranye, dan biru. Sementara itu, sang seniman kerap menghadirkan unsur puisi, musik, dan seni lukis dalam cerpen yang dibuat.
Kehadiran berbagai unsur itu membuat karya cerpen menjadi memiliki efek puitis, musikal, dan artistik dekoratif. Kemudian, sang seniman juga kerap memasukkan muatan moral patheistis dalam karya, yakni meyakini bahwa segalanya merupakan penjelmaan Tuhan.
Sebagai seorang pengajar, Danarto kerap membimbing dan mengarahkan para mahasiswa yang diajar untuk menemukan ciri khas mereka dalam mengekspresikan kreativitasnya.
Untuk diketahui, Danarto merupakan salah satu dari 33 sosok dan tokoh yang karyanya dipamerkan dalam pameran Memoar Perupa TIM. Pameran ini menampilkan karya sosok sejak era penghujung 1950an sampai dengan saat ini.
Baca juga: 8 Lukisan Maestro Indonesia Ini Hadirkan Karya Seni yang Menakjubkan
Pameran ini mengingat kembali ‘kenangan sejarah’ melalui karya-karya seni rupa, khususnya anggota Dewan Kesenian Jakarta pertama (1968), Akademi Jakarta (AJ) pertama (1970), para pendidik Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta - Institut Kesenian Jakarta ra 1970-an, hingga sekarang.
Selain karya seniman Danarto, penikmat seni juga dapat menikmati karya-karya seni rupa dari Oesman Effendi, Trisno Sumardjo, Zaini, Farida Srihadi, Affandi, Popo Iskandar, Kusnadi, Jim Supangkat, Hildawati Soemantri, Sri Astari Rasjid, Dolorosa Sinaga, dan sebagainya.
Editor: Fajar Sidik
Karya dengan ukuran 180 x 180 cm yang dibuat dengan medium akrilik pada kanvas ini menggambarkan sosok Gus Dur menggunakan jas hitam sedang berdiri sambil tertawa.
Baca juga: Karya-karya Seni di Pameran Memoar Perupa Tim Ini Mesti Kalian Lihat
Sementara itu, di sebelahnya, terlihat sosok bersayap seperti malaikat sedang membisikkan sesuatu. Karya dari Danarto ini terinspirasi ketika Gus Dur bertemu Raja Arab Saudi.
Pada saat itu, sang raja tertawa mendengar humor tingkat dewa dari Gus Dur. Padahal, sang raja disebut sangat jarang tertawa.
Kurator Citra Smara Dewi mengatakan bahwa karya sang seniman yang dibuat pada 2006 menjadi salah satu dari banyak karya yang menarik di pameran ini. Selama ini, karya berjudul Sang Pembisik tidak jelas keberadaannya, dan ternyata berada di studio Nasirun, Yogyakarta.
“Banyak yang kaget ketika karya itu masih ada, selama ini banyak yang tidak tahu,” katanya.
Karya sang seniman berjudul Sang Pembisik tidak jauh berbeda dengan karya-karya sastra yang kerap dibuat. Dalam membuat karya, pria seniman itu banyak mengangkat tema tentang spiritual, dan segala macamnya.
Tidak hanya itu, sang seniman juga cenderung memiliki unsur satir dalam karyanya. Kemudian, ciri khas dari sang seniman adalah gambar sayap yang berada dalam lukisan Sang Pembisik.
Menurutnya, sang seniman sering menampilkan sayap dalam beberapa karya – termasuk halaman sampul atau cover bukunya. Dari sisi warna, Danarto juga cenderung menggunakan warna terang atau warna yang khas dengan karya kontemporer.
Untuk diketahui, sang seniman merupakan seniman multitalenta. Selain seorang pelukis, pria yang menjadi pendidik di Akademi Seni Rupa, LPKJ sejak 1973 sampai 1984 itu juga seorang penulis, penyair, penata panggung, ilustrator majalah, sutradara teater, penata artistik film, dan wartawan.
Beberapa karya seni lukis sang seniman terkesan puitis sekaligus magis dengan rona warna benderang seperti merah, pink, oranye, dan biru. Sementara itu, sang seniman kerap menghadirkan unsur puisi, musik, dan seni lukis dalam cerpen yang dibuat.
Kehadiran berbagai unsur itu membuat karya cerpen menjadi memiliki efek puitis, musikal, dan artistik dekoratif. Kemudian, sang seniman juga kerap memasukkan muatan moral patheistis dalam karya, yakni meyakini bahwa segalanya merupakan penjelmaan Tuhan.
Sebagai seorang pengajar, Danarto kerap membimbing dan mengarahkan para mahasiswa yang diajar untuk menemukan ciri khas mereka dalam mengekspresikan kreativitasnya.
Untuk diketahui, Danarto merupakan salah satu dari 33 sosok dan tokoh yang karyanya dipamerkan dalam pameran Memoar Perupa TIM. Pameran ini menampilkan karya sosok sejak era penghujung 1950an sampai dengan saat ini.
Baca juga: 8 Lukisan Maestro Indonesia Ini Hadirkan Karya Seni yang Menakjubkan
Pameran ini mengingat kembali ‘kenangan sejarah’ melalui karya-karya seni rupa, khususnya anggota Dewan Kesenian Jakarta pertama (1968), Akademi Jakarta (AJ) pertama (1970), para pendidik Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta - Institut Kesenian Jakarta ra 1970-an, hingga sekarang.
Selain karya seniman Danarto, penikmat seni juga dapat menikmati karya-karya seni rupa dari Oesman Effendi, Trisno Sumardjo, Zaini, Farida Srihadi, Affandi, Popo Iskandar, Kusnadi, Jim Supangkat, Hildawati Soemantri, Sri Astari Rasjid, Dolorosa Sinaga, dan sebagainya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.