Menikmati Keseruan Pameran Lukis BAAA #4 di Museum Basoeki Abdullah
26 September 2022 |
17:02 WIB
1
Like
Like
Like
Gelar pameran karya seni lukis ajang kompetisi Basoeki Abdullah Art Award (BAAA) #4 di Museum Basoeki Abdullah (MBA), Jakarta resmi dibuka oleh ketua Asosiasi Museum Indonesia, DKI Jakarta, Yiyok T. Herlambang, pada Senin, (26/9). Mengusung tema IDEOLOG: Kini, Tokoh dan Bangsa pada gelar pemeran seni lukis kali ini, MBA menampilkan 25 karya perupa dan seniman Indonesia muda dari berbagai penjuru Tanah Air yang berhasil lolos kurasi dewan juri.
Mikke Susanto, kurator pameran mengatakan untuk menikmati hasil karya-karya seniman yang mayoritas berusia di bawah 30 tahun itu, setidaknya ada tiga tema pameran yang dapat dijadikan panduan pengunjung.
"Agar lebih mudah disajikan kami membaginya dalam 3 sub-kurasi, yakni potret tokoh, kemudian nilai-nilai ideologi, dan yang ketiga kontekstualitas," papar Mikke saat ditemui usai tur pameran.
Baca juga: Karya-karya Seni di Pameran Memoar Perupa Tim Ini Mesti Kalian Lihat
Mikke mengungkap, mengenai tema potret dan tokoh bangsa, juga tak melulu ditangkap oleh seniman dengan memvisualkan potret mereka di atas kanvas, tapi bisa juga melalui gagasan tokoh tersebut yang memiliki dampak pada kehidupan sekarang.
Hal itu bisa dilihat dari salah satu karya perupa, Muhammad Nirwan Sambudi yang membuat karya bertajuk Dalam Merunut Sosok Sutan Takdir Alisjahbana (STA), (2022, cat akrilik pada kanvas, buku, dan kayu, 108 cm X88 cm).
"Lewat karya ini kan berarti mengajarkan pada masyarakat atau kita bahwa melihat tokoh jangan hanya pada wajahnya saja, tapi lihat nilai-nilainya dan sampai sekarang [imbasnya] jadi kayak apa," papar Mikke.
Sementara itu, Nirwan Sambudi saat ditemui mengaku bahwa dia memang telah lama mengagumi sosok STA. Dia mengatakan sejak SMA sudah menyukai karya-karya sastrawan angkatan Pujangga Baru itu, beberapa di antaranya adalah karya-karya puisinya.
Seniman asal Cirebon ini mengaku mendapat inspirasi mebuat karya tersebut saat menemukan buku biografi STA di toko buku bekas Pasar Kwitang, Jakarta Pusat. Dia kemudian melakukan riset terhadap salah satu Ahli Tata Bahasa Indonesia itu sebagai dasar pijakan karya.
"Dari situlah kemudian saya menampilkan buku-buku bekas yang disusun sedemikian rupa yang mengelilingi lukisan saya. Di dalamnya juga ada potongan puisi karya STA yang judulnya Hidup di Dunia Hanya Sekali," papar Nirwan.
Perupa lain, Muhammad Izzar Fakhruddin, juga menampilkan karya yang berbeda lewat lukisan bertajuk Last Hope, (2022, cat akrilik di atas kanvas, 120 cm X120 cm) dengan gaya pop surealis yang menggambarkan sosok yang melintasi berbagai zaman dengan kostumnya yang futuristik.
Dalam lukisan ini, pengunjung bisa melihat karakter-karakter animasi dengan titik fokus sosok antariksawan dengan kepala berbentuk tabung televisi yang membawa bibit pohon di dalam koper di tengah kondidi alam yang kering kerontang.
"Melalui karya ini, saya ingin menyampaikan pesan untuk seluruh manusia agar jangan pesimistis, karena tokoh akan beregenerasi. Jika dalam periode ini suatu kelompok mengalami keterpurukkan, yakinlah suatu saat mereka akan mengalami masa depan yang cerah dan lebih baik,"paparnya.
Lain juga dengan karya Shaviera Arvinda, di mana dia menggunakan media cermin untuk menginterpretasikan tokoh-tokoh bangsa berpengaruh lewat karyanya yang bertajuk The Wheel of Change, (2022, cermin, 110 cm X 97 cm, @d 30 cm) dengan melukis tokoh-tokoh perempuan pejuang, salah satunya Kartini.
"Aku memilih Kartini karena selain sebagai perupa aku juga seorang guru ya. Karena bidangnya pendidikan jadinya relate dengan sosok Kartini. Sebelum membuat karya ini, aku juga riset dengan nonton filmnya," paparnya.
Beberapa karya-karya itu itu yakni hasil dari perupa seperti, Ahmad Aminudin, Ahmad Kamaludin Siyam, Alif Edi Irmawan,Anjani Imania Citra Afsiser, Bayu Adi Pujo Asmoro, Bima Bayu Kusuma, dan Camelia Mitasari Hasibuan.
Kemudian juga ada karya Hendra Setiyawan, Jefry Putra Andriansyah, Khotibul, Umam (A.K Umam), Leni Kariatul Masruroh, Fandi Ahmad, dan Feny Fauziah Astuti.
Tercatat juga nama karya perupa Muhammad Ryan Nur Hidayatullah, Muhammad Yusya, Prakadetto Alansa, Rizki Rizaldi, Siska Ayu Nadia, Tamara M. Alamsyah, Valentino, Febri Setya Widodo, serta Vincent Prijadi Purwono.
Sementara itu di lantai 2 museum Basoeki Abdullah kalian juga bisa menikmati potret tokoh-tokoh besar dunia, atau 40 pemimpin gerakan dari negara Non Blok, karya maestro lukis naturalisme Indonesia yang selama hidupnya banyak membuat karya-karya fenomenal itu.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Mikke Susanto, kurator pameran mengatakan untuk menikmati hasil karya-karya seniman yang mayoritas berusia di bawah 30 tahun itu, setidaknya ada tiga tema pameran yang dapat dijadikan panduan pengunjung.
"Agar lebih mudah disajikan kami membaginya dalam 3 sub-kurasi, yakni potret tokoh, kemudian nilai-nilai ideologi, dan yang ketiga kontekstualitas," papar Mikke saat ditemui usai tur pameran.
Baca juga: Karya-karya Seni di Pameran Memoar Perupa Tim Ini Mesti Kalian Lihat
Mikke mengungkap, mengenai tema potret dan tokoh bangsa, juga tak melulu ditangkap oleh seniman dengan memvisualkan potret mereka di atas kanvas, tapi bisa juga melalui gagasan tokoh tersebut yang memiliki dampak pada kehidupan sekarang.
Hal itu bisa dilihat dari salah satu karya perupa, Muhammad Nirwan Sambudi yang membuat karya bertajuk Dalam Merunut Sosok Sutan Takdir Alisjahbana (STA), (2022, cat akrilik pada kanvas, buku, dan kayu, 108 cm X88 cm).
"Lewat karya ini kan berarti mengajarkan pada masyarakat atau kita bahwa melihat tokoh jangan hanya pada wajahnya saja, tapi lihat nilai-nilainya dan sampai sekarang [imbasnya] jadi kayak apa," papar Mikke.
Ilustrasi karya Nirwan Sambudi, Dalam Merunut Sosok Sutan Takdir Alisjahbana, (Sumber Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
Sementara itu, Nirwan Sambudi saat ditemui mengaku bahwa dia memang telah lama mengagumi sosok STA. Dia mengatakan sejak SMA sudah menyukai karya-karya sastrawan angkatan Pujangga Baru itu, beberapa di antaranya adalah karya-karya puisinya.
Seniman asal Cirebon ini mengaku mendapat inspirasi mebuat karya tersebut saat menemukan buku biografi STA di toko buku bekas Pasar Kwitang, Jakarta Pusat. Dia kemudian melakukan riset terhadap salah satu Ahli Tata Bahasa Indonesia itu sebagai dasar pijakan karya.
"Dari situlah kemudian saya menampilkan buku-buku bekas yang disusun sedemikian rupa yang mengelilingi lukisan saya. Di dalamnya juga ada potongan puisi karya STA yang judulnya Hidup di Dunia Hanya Sekali," papar Nirwan.
Perupa lain, Muhammad Izzar Fakhruddin, juga menampilkan karya yang berbeda lewat lukisan bertajuk Last Hope, (2022, cat akrilik di atas kanvas, 120 cm X120 cm) dengan gaya pop surealis yang menggambarkan sosok yang melintasi berbagai zaman dengan kostumnya yang futuristik.
Dalam lukisan ini, pengunjung bisa melihat karakter-karakter animasi dengan titik fokus sosok antariksawan dengan kepala berbentuk tabung televisi yang membawa bibit pohon di dalam koper di tengah kondidi alam yang kering kerontang.
Karya dari Muhammad Izzar Fakhruddin bertajuk Last Hope (sumber Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
"Melalui karya ini, saya ingin menyampaikan pesan untuk seluruh manusia agar jangan pesimistis, karena tokoh akan beregenerasi. Jika dalam periode ini suatu kelompok mengalami keterpurukkan, yakinlah suatu saat mereka akan mengalami masa depan yang cerah dan lebih baik,"paparnya.
Lain juga dengan karya Shaviera Arvinda, di mana dia menggunakan media cermin untuk menginterpretasikan tokoh-tokoh bangsa berpengaruh lewat karyanya yang bertajuk The Wheel of Change, (2022, cermin, 110 cm X 97 cm, @d 30 cm) dengan melukis tokoh-tokoh perempuan pejuang, salah satunya Kartini.
Shaviera Arvinda beserta karyanya The Wheel of Change(Sumebr Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
"Aku memilih Kartini karena selain sebagai perupa aku juga seorang guru ya. Karena bidangnya pendidikan jadinya relate dengan sosok Kartini. Sebelum membuat karya ini, aku juga riset dengan nonton filmnya," paparnya.
Tampilkan 25 Karya Pemenang Hasil Kompetisi
Tak hanya karya-karya dari tiga perupa tersebut, dalam gelar pameran BAAA #4 ini, Genhype juga bisa melihat karya-karya perupa lain yang dipacak di Museum Basoeki Abdullah, Jakarta, yang masih akan berlangsung hingga 26 Oktober 2022.Beberapa karya-karya itu itu yakni hasil dari perupa seperti, Ahmad Aminudin, Ahmad Kamaludin Siyam, Alif Edi Irmawan,Anjani Imania Citra Afsiser, Bayu Adi Pujo Asmoro, Bima Bayu Kusuma, dan Camelia Mitasari Hasibuan.
Kemudian juga ada karya Hendra Setiyawan, Jefry Putra Andriansyah, Khotibul, Umam (A.K Umam), Leni Kariatul Masruroh, Fandi Ahmad, dan Feny Fauziah Astuti.
Tercatat juga nama karya perupa Muhammad Ryan Nur Hidayatullah, Muhammad Yusya, Prakadetto Alansa, Rizki Rizaldi, Siska Ayu Nadia, Tamara M. Alamsyah, Valentino, Febri Setya Widodo, serta Vincent Prijadi Purwono.
Sementara itu di lantai 2 museum Basoeki Abdullah kalian juga bisa menikmati potret tokoh-tokoh besar dunia, atau 40 pemimpin gerakan dari negara Non Blok, karya maestro lukis naturalisme Indonesia yang selama hidupnya banyak membuat karya-karya fenomenal itu.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.