Pemerintah dan stakeholder tengah menyiapkan sejumlah jurus untuk transisi energi ramah lingkungan (Sumber gambar: Unsplash/Matthew Henry)

Mengintip 4 Langkah Menuju Transisi Energi Ramah Lingkungan

21 September 2022   |   14:51 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Transisi energi menjadi fokus dunia saat ini seiring isu perubahan iklim yang menimbulkan bencana bagi penghuni di Bumi. Pengalihan dari energi fosil ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan menjadi prioritas banyak pihak, sifatnya bisa dibilang sudah sangat penting dan mendesak. 

Di Indonesia, transisi energi menjadi salah satu cara pemerintah berkomitmen untuk mencapai target net zero commision (NZE) pada 2060. Dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC), Indonesia menargetkan penurunan emisi hingga 29 persen dengan upaya sendiri atau hingga 41 persen dengan bantuan internasional.

Namun demikian, transisi energi baru dan terbarukan yang lebih ramah lingkungan ini tidak bisa dilakukan sekejap mata. Masih banyak tantangan yang dihadapi pemerintah dan stakeholder terkait guna mendukung transisi energi. 

Baca juga: Akibat Perubahan Iklim, Es di Puncak Jaya Terancam Hilang pada 2025 
 

Panelis dalam Konvensi IPA ke-46 di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (21/9/2022) (Sumber gambar : Desyinta Nuraini/Hypeabis.id)

Panelis dalam Konvensi IPA ke-46 di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (21/9/2022) (Sumber gambar : Desyinta Nuraini/Hypeabis.id)

Dalam menghadapi tantangan itu, sejumlah carapun dilakukan dilakukan pemerintah dan stakeholder terkait, berikut diantaranya yang dirangkum Hypeabis.id
 

1. Industri Wajib Pakai Teknologi Rendah Emisi

Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA), Irtiza H. Sayyed mengatakan saat ini industri migas tengah fokus untuk menurunkan emisi karbon. Dalam kegiatan operasional dan produksinya, perusahaan migas terus mengembangkan berbagai teknologi yang dapat mengurangi emisi karbon dan menghasilkan energi yang lebih bersih.

Salah satu teknologi yang paling menjanjikan untuk mencapai emisi yang lebih rendah karbon adalah Carbon Capture and Storage (CCS). Ini adalah satu-satunya teknologi yang mampu memitigasi lepasnya emisi gas rumah kaca (GRK) dari aktivitas pemanfaatan bahan bahan fosil pada industri dan pembangkit listrik skala besar. 

Teknologi ini pada prinsipnya menangkap kembali karbondioksia (CO2) yang terlepas dari berbagai aktivitas penggunaan bahan bakar fosil, kemudian disimpan kembali ke dalam perut bumi pada sumur-sumur migas yang sudah kering. 

Namun menurut Irtiza, dukungan kebijakan diperlukan untuk mendorong investasi. “Dalam kasus teknologi seperti CCS, investasi yang dibutuhkan sangat besar, dan penerapan pada skala industri merupakan komitmen jangka panjang," ujarnya pada Upacara Pembukaan Pameran dan Konvensi IPA ke-46 bertajuk Addressing the Dual Challenge: Meeting Indonesia’s Energy Needs While Mitigating Risks of Climate Change, di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (21/9/2022). 

Baca juga: Ekonomi Sirkular Dianggap dapat Mengurangi Dampak Perubahan Iklim 

Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), konsumsi minyak Indonesia akan meningkat sebesar 139 persen, dan konsumsi gas akan meningkat hampir 300 persen. Selain itu, diproyeksikan juga bahwa penduduk Indonesia akan meningkat lebih dari 23 persen menjadi hampir 350 juta dalam 30 tahun mendatang.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif menerangkan untuk mencapai keseimbangan antara peningkatan produksi minyak dan gas, serta target emisi karbon, diperlukan inovasi teknologi rendah emisi misalnya melalui penerapan teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (carbon capture, utilization and storage/CCUS).

Saat ini, kata Arifin, ada 14 proyek CCS/CCUS di Indonesia, tetapi semua kegiatan masih dalam tahap studi atau persiapan, sebagian besar ditargetkan onstream sebelum 2030. "Salah satu proyek menjanjikan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat adalah Tangguh Enhanced Gas Recovery (EGR) dan CCUS," sebutnya.

Proyek tersebut bertujuan untuk mengurangi emisi karbon sekitar 25 juta ton CO2 hingga 2035 serta meningkatkan produksi hingga 300 BSCF hingga 2035. "Tangguh EGR/CCUS dapat menjadi role model pengembangan gas di Indonesia ke depan,” imbuhnya. 
 
1
2


SEBELUMNYA

5 Ide Desain Rumah Ala Barbiecore, Cocok untuk Anak Perempuan

BERIKUTNYA

6 Rekomendasi Outfit Kondangan Buat Cewek, Bikin Stylish & Tampil Percaya Diri

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: