Profil Andy Warhol, Seniman Legenda Pop Kultur Dunia
14 September 2022 |
15:04 WIB
Banyak seniman dunia memiliki ciri khas dalam mengekspresikan dirinya ke dalam media seni sehingga dengan mudah dikenali saat melihat karya-karya ikonik mereka. Salah satu di antara seniman itu adalah Andy Warhol, yang semasa hidupnya telah memperkenalkan konsep pop art.
Karya-karya Warhol memang ikonik dengan warna-warna yang menor, seba cerah, hingga kadang terkesan norak. Bahkan dia banyak mengambil objek-objek umum dalam budaya hingga tokoh-tokoh terkenal dunia.
Lahir di Oakland Pittsburgh, Pennsylvania, pada Agustus 94 tahun silam, Warhol merupakan anak imigran dari pasangan asal Slovakia, Ondrej Warhola dan Julia yang merantau ke Amerika Serikat untuk mengubah nasib.
Meski cerdas, Andy hidup sebagai orang asing yang mengamati masyarakat, serta belajar Bahasa Inggris dari radio dan televisi di dalam rumah. Sebagai anak laki-laki, dia tumbuh dalam rasa malu dan rendah diri. Tak jarang dia sering diejek oleh saudara laki-lakinya, John dan Paul.
Baca juga: 5 Seniman Mural Dunia yang Karyanya Mengundang Kontroversi
Kendati begitu, ibunya yang menyadari bakatnya kemudian memberikan kamera pada Andy sehingga dia banyak melakukan eksperimen di kamar gelap untuk mencetak foto yang diambilnya. Ketika usianya menginjak 14 tahun, ayahnya meninggal dan mewariskan cukup uang untuk pendidikannya.
Setelah lulus dari Carnegie Intitute of Technology di Pittsburgh, Andy memulai karier sebagai ilustrator dengan mendesain beberapa majalah terkenal di AS, seperti Vogue, Harper’s Bazaar, hingga The New Yorker. Warhol perlahan mulai dikenal sosialita kalangan atas di New York.
Nama Warhol sebenarnya tidak sengaja dia buat saat menulis kredit pekerjaan pertamanya. Tapi karena hal itu menurutnya keren, Andy kemudian memakai nama itu terus dalam setiap karya-karya yang dibubuhi tanda tangannya.
Laman Artsy menuliskan, selain piawai melukis dengan media kain sutera, Warhol juga terampil berkarya dalam media lain, seperti foto, film, patung, bahkan menulis karya sastra salah satunya buku yang berjudul 'a:A Novel'.
Selain itu, dengan ciri khasnya yang menggunakan objek-objek umum dalam budaya masyarakat, hingga tokoh-tokoh dunia terkenal yang dijadikan objek masal lukisannnya, Andy disebut mampu menghapus batasan kelas yang ada dalam masyarakat.
Terlebih, lewat kepiawaiannya dalam memanfaatkan kultur media massa, karya-karya seni Andy akhirnya juga semakin populer di kalangan masyarakat, yang dalam hal ini tidak dilihat seniman lain sebagai sebuah peluang untuk mempublikasikan karya seni mereka.
Lewat Campbell’s Soup Cans (1962), misalnya, dia membuat karya dengan merepetisi keseragaman 32 varian sup dalam bentuk lukisan yang diproduksi oleh The Campbell’s Soup Company, dan diiklankan secara masif di media massa. Karya ini juga dapat dilihat sebagai kritiknya terhadap budaya konsumerisme.
Tak hanya itu, dengan memanfaatkan kultur pemujaan terhadap tokoh-tokoh populer dunia seperti Marylin Monroe, Ratu Elizabeth, Elvis Presley, Che Guevara, hingga Mao Zedong, Andy disebut piawai dalam memanipulasi media sebagai lahan bisnis untuk karya-karyanya yang fenomenal.
Dalam dunia seni kolaborasi antara seniman memang jamak dilakukan untuk memberi pandangan baru atau memaksimalkan ide mereka yang dalam konsep seni rupa yang disebut dengan istilah bromance.
Hal ini juga dilakukan oleh Andy Warhol dengan seniman pemberontak Jean-Michel Basquiat yang makin mendongkrak nilai karya seni mereka berdua dalam hubungan simbiosis tersebut.
Basquiat mengandalkan Warhol untuk meningkatkan poupularitas namanya di kancah seni Amerika. Sementara itu Warhol memanfaatkan energi muda Basquiat untuk membuat karya seninya terus memiliki cita rasa pemberontakan.
Beberapa karya kolaborasi dari mereka berdua yang terkenal antara lain, lukisan berjudul Untitled (1984–85) yang laku keras di pasaran dan ditaksir memiliki nilai jual 700.000 hingga 1 juta euro, serta disebut sebagai karya kolaborasi terbaik mereka.
Baca juga: 4 Seniman Kontemporer Dunia yang Perlu Kalian Ketahui, Salah Satunya dari Indonesia
Tak hanya itu, pada 1985, dari hasil kolaborasi ini juga menghasilkan karya bertajuk Arm and Hammer II yang secara garis besar disebut sebagai proses kreatif untuk saling membebaskan ide dan intervensi satu sama lain, sehingga menghasilkan karya pop art yang ekspresif.
Editor: Fajar Sidik
Karya-karya Warhol memang ikonik dengan warna-warna yang menor, seba cerah, hingga kadang terkesan norak. Bahkan dia banyak mengambil objek-objek umum dalam budaya hingga tokoh-tokoh terkenal dunia.
Lahir di Oakland Pittsburgh, Pennsylvania, pada Agustus 94 tahun silam, Warhol merupakan anak imigran dari pasangan asal Slovakia, Ondrej Warhola dan Julia yang merantau ke Amerika Serikat untuk mengubah nasib.
Meski cerdas, Andy hidup sebagai orang asing yang mengamati masyarakat, serta belajar Bahasa Inggris dari radio dan televisi di dalam rumah. Sebagai anak laki-laki, dia tumbuh dalam rasa malu dan rendah diri. Tak jarang dia sering diejek oleh saudara laki-lakinya, John dan Paul.
Baca juga: 5 Seniman Mural Dunia yang Karyanya Mengundang Kontroversi
Kendati begitu, ibunya yang menyadari bakatnya kemudian memberikan kamera pada Andy sehingga dia banyak melakukan eksperimen di kamar gelap untuk mencetak foto yang diambilnya. Ketika usianya menginjak 14 tahun, ayahnya meninggal dan mewariskan cukup uang untuk pendidikannya.
Setelah lulus dari Carnegie Intitute of Technology di Pittsburgh, Andy memulai karier sebagai ilustrator dengan mendesain beberapa majalah terkenal di AS, seperti Vogue, Harper’s Bazaar, hingga The New Yorker. Warhol perlahan mulai dikenal sosialita kalangan atas di New York.
Nama Warhol sebenarnya tidak sengaja dia buat saat menulis kredit pekerjaan pertamanya. Tapi karena hal itu menurutnya keren, Andy kemudian memakai nama itu terus dalam setiap karya-karya yang dibubuhi tanda tangannya.
Menghidupkan Gerakan Seni Pop Kultur
Sebagai seniman , Warhol dianggap setara dengan Pablo Picasso- perupa asal Spanyol yang paling berpengaruh terhadap ekosistem kesenian dunia pada abad ke-20, karena lewat gerakan pop kulturnya telah memengaruhi gerakan seni lintas generasi.Laman Artsy menuliskan, selain piawai melukis dengan media kain sutera, Warhol juga terampil berkarya dalam media lain, seperti foto, film, patung, bahkan menulis karya sastra salah satunya buku yang berjudul 'a:A Novel'.
Selain itu, dengan ciri khasnya yang menggunakan objek-objek umum dalam budaya masyarakat, hingga tokoh-tokoh dunia terkenal yang dijadikan objek masal lukisannnya, Andy disebut mampu menghapus batasan kelas yang ada dalam masyarakat.
Terlebih, lewat kepiawaiannya dalam memanfaatkan kultur media massa, karya-karya seni Andy akhirnya juga semakin populer di kalangan masyarakat, yang dalam hal ini tidak dilihat seniman lain sebagai sebuah peluang untuk mempublikasikan karya seni mereka.
Lewat Campbell’s Soup Cans (1962), misalnya, dia membuat karya dengan merepetisi keseragaman 32 varian sup dalam bentuk lukisan yang diproduksi oleh The Campbell’s Soup Company, dan diiklankan secara masif di media massa. Karya ini juga dapat dilihat sebagai kritiknya terhadap budaya konsumerisme.
Tak hanya itu, dengan memanfaatkan kultur pemujaan terhadap tokoh-tokoh populer dunia seperti Marylin Monroe, Ratu Elizabeth, Elvis Presley, Che Guevara, hingga Mao Zedong, Andy disebut piawai dalam memanipulasi media sebagai lahan bisnis untuk karya-karyanya yang fenomenal.
Pernikahan Seni Warhol dengan Jean-Michel Basquiat
Dalam dunia seni kolaborasi antara seniman memang jamak dilakukan untuk memberi pandangan baru atau memaksimalkan ide mereka yang dalam konsep seni rupa yang disebut dengan istilah bromance. Hal ini juga dilakukan oleh Andy Warhol dengan seniman pemberontak Jean-Michel Basquiat yang makin mendongkrak nilai karya seni mereka berdua dalam hubungan simbiosis tersebut.
Warhol dan Basquiat (sumber Instagram Warholpopart)
Basquiat mengandalkan Warhol untuk meningkatkan poupularitas namanya di kancah seni Amerika. Sementara itu Warhol memanfaatkan energi muda Basquiat untuk membuat karya seninya terus memiliki cita rasa pemberontakan.
Beberapa karya kolaborasi dari mereka berdua yang terkenal antara lain, lukisan berjudul Untitled (1984–85) yang laku keras di pasaran dan ditaksir memiliki nilai jual 700.000 hingga 1 juta euro, serta disebut sebagai karya kolaborasi terbaik mereka.
Baca juga: 4 Seniman Kontemporer Dunia yang Perlu Kalian Ketahui, Salah Satunya dari Indonesia
Tak hanya itu, pada 1985, dari hasil kolaborasi ini juga menghasilkan karya bertajuk Arm and Hammer II yang secara garis besar disebut sebagai proses kreatif untuk saling membebaskan ide dan intervensi satu sama lain, sehingga menghasilkan karya pop art yang ekspresif.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.