Ilustrasi (Sumber gambar: dashu83/Freepik)

Angka Kasus Bunuh Diri Masih Tinggi, Ini Rekomendasi Strategi Pencegahannya

12 September 2022   |   16:53 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Bunuh diri merupakan salah satu isu penting kesehatan publik dunia yang mengakibatkan kematian orang muda di dunia. Menurut Emotional Health for All Foundation (EHFA), 77 persen bunuh diri terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah seperti di Indonesia, dimana belum ada strategi nasional untuk mencegah kejadian tersebut.

Di sisi lain, situasi riil bunuh diri masih belum banyak diketahui karena terbatasnya akses terhadap data statistik tersebut. EHFA bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI dan WHO Indonesia melakukan riset sejak 2021 dalam rangka mengembangkan program strategi pencegahan bunuh diri nasional.

Studi komprehensif terbesar tentang bunuh diri di Indonesia itu dilaksanakan dengan lebih dari 100 jam wawancara mendalam untuk menginvestigasi beragam aspek bunuh diri di Tanah Air, termasuk menganalisis data dari pemerintah, survei desa potensi, hingga data kepolisian.

Baca juga: 5 Film dan Serial Tentang Kesehatan Mental, Bikin Kamu Aware Soal Depresi & Bunuh Diri

Riset itu menunjukkan bahwa masih banyak angka bunuh diri yang tidak dilaporkan di setiap negara. Ketua EHFA, Sandersan Onie, memaparkan rata-rata tingkat laporan yang tidak tercatat antara 0-50 persen di dunia.

Sandersan juga memaparkan ditemukan bahwa angka kejadian bunuh diri di Indonesia yang tidak dilaporkan diperkirakan lebih dari 300 persen, atau angka sesungguhnya bisa minimal empat kali lipat dari yang dilaporkan.

"Hal ini merupakan prosentase tertinggi dari jumlah kejadian yang dilaporkan secara nasional di dunia,” katanya dalam rilis resmi yang diterima Hypeabis.id, Senin (12/9/2022).
 

f

Angka kasus bunuh diri di Indonesia masih tinggi (Sumber gambar: Freepik)

Lebih lanjut, Sandersan menjelaskan bahwa tingkat laporan yang tidak tercatat disebabkan karena beragam alasan termasuk perbedaan standar dan sistem pencatatan bunuh diri di rumah sakit serta banyak keluarga masih menyembunyikan kejadian bunuh diri akibat rasa malu dan stigma masyarakat.

Hasil riset menunjukkan bahwa provinsi dengan kejadian bunuh diri tertinggi ditemukan di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Maluku Utara dan Kepulauan Riau, sedangkan provinsi dengan tingkat upaya bunuh diri tertinggi ditemukan di Sulawesi Barat, Gorontalo, Bengkulu, Sulawesi Utara dan Kepulauan Riau.

“Untuk setiap kematian akibat bunuh diri, kemungkinan terdapat 8 hingga 24 kali upaya percobaan bunuh diri, dengan penyebab tertinggi diakibatkan oleh tekanan psikologis, penyakit kronis dan masalah keuangan,” kta Sandersan.

Dia juga menuturkan bahwa ada beberapa faktor risiko bunuh diri seperti masalah keluarga, masalah keuangan, dan kesepian. Meski demikian, lanjutnya, terdapat sejumlah faktor protektif yang dapat mencegah terjadinya bunuh diri, meliputi komunitas, akses ke perawatan psikologis, serta agama.

Di sisi lain, riset yang dilakukan juga menemukan bahwa terdapat kelompok-kelompok independen yang juga berperan dalam beberapa upaya pencegahan bunuh diri. Namun, laporan itu menyebut bahwa mayoritas upaya tersebut tidak maksimal, tidak terkoordinasi dan seringkali tidak didasarkan pada penelitian kontekstual yang baik.

Baca juga: 5 Manfaat Tertawa untuk Kesehatan Fisik dan Mental


Menyusun Strategi 

Untuk mengatasi tingginya angka kasus bunuh diri di Indonesia, tim peneliti pun merekomendasikan sejumlah langkah meliputi perlunya kebijakan nasional melalui kerjasama dengan institusi terkait, pengentasan moralisasi bunuh diri dari sisi agama, dan peningkatan penelitian akademis secara terlatih dan sistemik.

Selain itu, diperlukan juga pembentukan asosiasi lintas disiplin sebagai pengawasan upaya pencegahan bunuh diri, melakukan intervensi dengan pembatasan sarana bunuh diri, serta meningkatkan kesadaran dan pengetahuan akademis tentang bunuh diri sebagai upaya pencegahan bunuh diri berdasarkan situasi, kondisi, dan kearifan lokal setempat.

Selain itu, dibentuk pula Asosiasi Indonesia untuk Pencegahan Bunuh Diri. Sandersan menjelaskan asosiasi ini akan menjadi sarana membangun jaringan para pemangku kepentingan di seluruh Indonesia, sebagai badan perwakilan nasional untuk turut menyusun strategi pencegahan bunuh diri Indonesia di tingkat internasional, dan sebagai pusat data tentang kasus bunuh diri.

“Asosiasi ini akan menjadi kumpulan peneliti, dokter, orang-orang dengan pengalaman langsung, pemimpin teknologi, jurnalis, dan banyak lagi, dimana para anggota akan berkumpul dalam konferensi nasional tahunan guna menyajikan penelitian, data baru, dan pendekatan untuk pencegahan bunuh diri,” imbuh Sandersan.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

Vivo V25 Series 5G Dirilis, Cek Harga dan Spesifikasinya Yuk!

BERIKUTNYA

Mau Paru-Paru Bersih Setelah Berhenti Merokok? Ikuti 5 Kiat Ini Yuk

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: