Duh, Jerawat Bikin Pengaruh Besar pada Kualitas Hidup Remaja
09 September 2022 |
18:57 WIB
Kulit berjerawat seringkali menjadi permasalahan yang sangat mengganggu bagi sebagian orang. Faktanya, masih banyak orang yang memiliki permasalahan jerawat pada kulitnya. Menurut penelitian dari Universitas Airlangga, jerawat memengaruhi 9,4 persen populasi di dunia, dengan prevalensi tertinggi pada populasi usia remaja.
Laporan berjudul The Impact of Acne Vulgaris on Quality of Life in Teen-Age Patients itu menyatakan pada semua kelompok etnis, kejadian jerawat untuk semua gender mencapai angka yang tinggi. 90 persen pada kelompok pria dan 80 persen pada perempuan.
Jerawat dapat terjadi pada semua usia, mulai dari lahir, antara usia 1-12 bulan, usia remaja hingga dewasa. Jerawat juga dapat bertahan dari usia remaja hingga dewasa atau dapat memiliki onset setelah periode usia remaja.
Baca juga: Kesal Jerawat Timbul di Wajah? Begini Cara Mengobatinya
Adapun, angka kejadian jerawat pada usia remaja lebih tinggi pada laki-laki, tetapi pada usia dewasa, lebih tinggi terjadi pada wanita. Tingkat prevalensi jerawat sendiri yakni 64 persen pada usia 20-an, 43 persen pada usia 30-an, dan 17 persen pada kelompok usia 50-an.
Sementara itu, berdasarkan data Clinic de Votre Peau, ditemukan bahwa pasiennya didominasi oleh mereka yang memiliki masalah jerawat yaitu lebih dari 60%, yang terdiri dari 70% perempuan, dan 30% laki-laki yang mayoritas berumur 20 hingga 45 tahun.
Head Doctor Clinic de Votre Peau Gading Serpong, Mishael Octaviany, mengatakan masalah jerawat utamanya dipicu oleh gaya hidup kurang sehat, pola diet tidak seimbang, produksi minyak berlebih pada kulit, dan stres.
Menurutnya, masyarakat Indonesia lebih rentan mengalami masalah jerawat karena kondisi iklim tropis yang membuat produksi keringat menjadi lebih tinggi. "Jerawat juga mudah muncul pada mereka yang bertempat tinggal di kota besar yang tinggi tingkat polusinya,” katanya.
Baca juga: 6 Bahan Dapur untuk Mengatasi Jerawat
Dokter Mishael menjelaskan bahwa jerawat pada umumnya banyak terjadi di usia remaja atau 13 tahun ke atas akibat adanya ketidakstabilan hormon, yang biasanya mereda ketika menginjak usia 25 tahun.
Namun, lanjutnya, sekarang banyak pasien berusia dewasa yang mengeluhkan masalah jerawat, termasuk body acne yang umumnya muncul di bagian punggung dan dada. "Hal ini biasanya diakibatkan karena gaya hidup tidak sehat, seperti kurang tidur, pola makan tinggi lemak dan gula, dan juga penggunaan masker kala pandemi,” kata Mishael.
Jerawat memiliki angka kejadian yang tinggi pada kelompok usia remaja, sebab pada masa rentang usia itu, seseorang cenderung memiliki kematangan yang rendah untuk menghadapi efek psikologis, di mana jerawat memiliki potensi besar untuk memicu kecemasan dan mempengaruhi kualitas hidup, tanpa mempertimbangkan tingkat keparahan penyakitnya.
Masih merujuk pada laporan yang sama, jerawat disebutkan dapat menurunkan rasa percaya diri, misalnya perasaan tidak aman dari penampilan fisik, ketidakmampuan sosial dan rasa percaya diri yang rendah saat bertemu orang untuk pertama kalinya.
"Penerimaan sosial merupakan faktor yang sangat relevan dalam kelompok usia remaja, bahwa jerawat dapat memicu kecemasan dan depresi," tulis peneliti di dalam laporan.
Selain itu, jerawat juga merupakan kelainan kulit yang mengganggu faktor estetika wajah sebagai area tubuh yang paling terbuka, sehingga akan memengaruhi rasa percaya diri penderitanya terutama pada usia remaja dengan kepribadian yang masih labil. Namun, beberapa faktor seperti dukungan keluarga, dan dukungan masyarakat dapat meningkatkan rasa percaya diri.
Penelitian juga menemukan bahwa stres adalah respons individu terhadap setiap situasi atau faktor yang menciptakan perubahan emosional atau fisik yang negatif. Dengan kondisi itu, jerawat dapat menjadi sumber stres dan kecemasan, tetapi stres juga merupakan salah satu faktor pemicu terpenting pada jerawat.
"Stres menyebabkan peningkatan glukokortikoid dan androgen, yang dapat menyebabkan kondisi jerawat akan menjadi semakin parah".
Adapun, laporan juga menyebut bahwa penanganan jerawat pada pasien remaja harus terdiri dari pengobatan individu dan pendidikan tentang jerawat dan dampaknya terhadap kualitas hidup. Program pendidikan jerawat berbasis sekolah yang komprehensif harus dipertimbangkan untuk meningkatkan kesadaran tentang jerawat dan dampaknya terhadap kualitas hidup.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Laporan berjudul The Impact of Acne Vulgaris on Quality of Life in Teen-Age Patients itu menyatakan pada semua kelompok etnis, kejadian jerawat untuk semua gender mencapai angka yang tinggi. 90 persen pada kelompok pria dan 80 persen pada perempuan.
Jerawat dapat terjadi pada semua usia, mulai dari lahir, antara usia 1-12 bulan, usia remaja hingga dewasa. Jerawat juga dapat bertahan dari usia remaja hingga dewasa atau dapat memiliki onset setelah periode usia remaja.
Baca juga: Kesal Jerawat Timbul di Wajah? Begini Cara Mengobatinya
Adapun, angka kejadian jerawat pada usia remaja lebih tinggi pada laki-laki, tetapi pada usia dewasa, lebih tinggi terjadi pada wanita. Tingkat prevalensi jerawat sendiri yakni 64 persen pada usia 20-an, 43 persen pada usia 30-an, dan 17 persen pada kelompok usia 50-an.
Sementara itu, berdasarkan data Clinic de Votre Peau, ditemukan bahwa pasiennya didominasi oleh mereka yang memiliki masalah jerawat yaitu lebih dari 60%, yang terdiri dari 70% perempuan, dan 30% laki-laki yang mayoritas berumur 20 hingga 45 tahun.
Head Doctor Clinic de Votre Peau Gading Serpong, Mishael Octaviany, mengatakan masalah jerawat utamanya dipicu oleh gaya hidup kurang sehat, pola diet tidak seimbang, produksi minyak berlebih pada kulit, dan stres.
Menurutnya, masyarakat Indonesia lebih rentan mengalami masalah jerawat karena kondisi iklim tropis yang membuat produksi keringat menjadi lebih tinggi. "Jerawat juga mudah muncul pada mereka yang bertempat tinggal di kota besar yang tinggi tingkat polusinya,” katanya.
Baca juga: 6 Bahan Dapur untuk Mengatasi Jerawat
Dokter Mishael menjelaskan bahwa jerawat pada umumnya banyak terjadi di usia remaja atau 13 tahun ke atas akibat adanya ketidakstabilan hormon, yang biasanya mereda ketika menginjak usia 25 tahun.
Namun, lanjutnya, sekarang banyak pasien berusia dewasa yang mengeluhkan masalah jerawat, termasuk body acne yang umumnya muncul di bagian punggung dan dada. "Hal ini biasanya diakibatkan karena gaya hidup tidak sehat, seperti kurang tidur, pola makan tinggi lemak dan gula, dan juga penggunaan masker kala pandemi,” kata Mishael.
Jerawat memiliki angka kejadian yang tinggi pada kelompok usia remaja, sebab pada masa rentang usia itu, seseorang cenderung memiliki kematangan yang rendah untuk menghadapi efek psikologis, di mana jerawat memiliki potensi besar untuk memicu kecemasan dan mempengaruhi kualitas hidup, tanpa mempertimbangkan tingkat keparahan penyakitnya.
Ilustrasi (Sumber gambar: Polina Tankilevitch/Pexels)
Dampak Jerawat pada Kualitas Hidup Remaja
Masih merujuk pada laporan yang sama, jerawat disebutkan dapat menurunkan rasa percaya diri, misalnya perasaan tidak aman dari penampilan fisik, ketidakmampuan sosial dan rasa percaya diri yang rendah saat bertemu orang untuk pertama kalinya."Penerimaan sosial merupakan faktor yang sangat relevan dalam kelompok usia remaja, bahwa jerawat dapat memicu kecemasan dan depresi," tulis peneliti di dalam laporan.
Selain itu, jerawat juga merupakan kelainan kulit yang mengganggu faktor estetika wajah sebagai area tubuh yang paling terbuka, sehingga akan memengaruhi rasa percaya diri penderitanya terutama pada usia remaja dengan kepribadian yang masih labil. Namun, beberapa faktor seperti dukungan keluarga, dan dukungan masyarakat dapat meningkatkan rasa percaya diri.
Penelitian juga menemukan bahwa stres adalah respons individu terhadap setiap situasi atau faktor yang menciptakan perubahan emosional atau fisik yang negatif. Dengan kondisi itu, jerawat dapat menjadi sumber stres dan kecemasan, tetapi stres juga merupakan salah satu faktor pemicu terpenting pada jerawat.
"Stres menyebabkan peningkatan glukokortikoid dan androgen, yang dapat menyebabkan kondisi jerawat akan menjadi semakin parah".
Adapun, laporan juga menyebut bahwa penanganan jerawat pada pasien remaja harus terdiri dari pengobatan individu dan pendidikan tentang jerawat dan dampaknya terhadap kualitas hidup. Program pendidikan jerawat berbasis sekolah yang komprehensif harus dipertimbangkan untuk meningkatkan kesadaran tentang jerawat dan dampaknya terhadap kualitas hidup.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.