Yuk Intip Mural Pernyataan Bung Hatta di Jalan Layang Cipinang Karya Kolaborasi Komunitas
31 August 2022 |
20:30 WIB
Komunitas Kolaborasi, Kolektif Jakarta Art Movement, dan Papatong Artspace membuat teks mural pernyataan Bung Hatta di jalan layang Cipinang, Jakarta Timur, pada Rabu, 31 Agustus 2022 setelah membuat mural di jalan layang Klender dan Pasar Induk Beras Cipinang masing-masing pada 10 dan 25 Agustus 2022.
Bambang Asrini, Koordinator mural dan kurator yang bertanggung jawab kolektif Jakarta Art Movement, mengatakan bahwa komitmen sejumlah personal, komunitas kreatif, serta seniman semata-mata untuk merayakan bulan sakral bagi bangsa Indonesia.
Baca juga: Sejumlah Komunitas Inisiasi Street Art Mural Kutipan Pidato Bung Karno
Kreasi mural itu ditorehkan di dinding kota yang bermuara pada pernyataan proklamator Mohammad Hatta atau yang kerap disapa Bung Hatta.
Dia menuturkan teks mural yang terpampang di jalan layang yang sejajar dengan akses rel keteta api dari jalan raya di stasiun Jatinegara menuju Bekasi menjadi akhir dari aktivitas di tiga titik mural. Kali ini, karya mural menimbang ingatan proklamator Bung Hatta selain menyampaikan visi berbangsa dengan isu utama kemandirian pangan dan nasib petani Indonesia
“Prestasi swasembada beras tidak seiring sejalan dengan kesejahteraan petani sebagai produsen gabah dan beras. Maka seni mural di flyover Cipinang memberi pencerahan di bulan sakral ini, mengingatkan kembali cita-cita Hatta,” katanya.
Dia menilai bahwa pandangan Hatta puluhan tahun lampau menemukan kontekstualnya dalam tiga pilar ketahanan pangan, yaitu ketersediaan pangan yang berkualitas, aksesibilitas dan distribusinya dengan tata kelaola yang benar, dan konsumsi serta pemanfaatan yang baik bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menurutnya, seni mural adalah medium paling efektif untuk menghidupkan ulang sosok Hatta dan isu kemandirian pangan.
Pendiri Papatong Artspace seniman Yeni Fatmawati mengatakan bahwa pemilihan kata-kata Bung Hatta sebagai pengingat yang dihadirkan dalam bentuk mural oleh para seniman sudah tepat. Dia menilai bulan kemerdekaan seharusnya menjadi momen reflektif bagi semua pihak.
“Dan 77 tahun menjadi bangsa yang baru berkomitmen untuk membangun dan saling memberi kontrol” ujarnya.
Dia menuturkan bahwa pokok-pokok pikiran Hatta dengan Tujuh Pilar keutamaan Koperasi dalam sistem ekonomi Indonesia di buku Koperasi membangun dan Membangun Koperasi bisa dijabarkan sesuai konteksnya pada saat ini jika dikaitkan dengan kemandirian pangan.
Penjabaran itu antara lain memperbanyak produksi pangan, memperbaiki kualitas dari pangan, memperbaiki distribusi dan pengelolaan, mengontrol harga secara adil di antara produsen, pedagangan, sampai dengan konsumen.
Kemudian, memangkas jalur tengkulak, memperkuat pengumpulan dan penyatuan aset/modal secara gotong royong, dan membangun lumbung-lumbung pangan di daerah.
Khudori aktifis di Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) dan Komite Pendayagunaan Pertanian (KPP) mengatakan bahwa penghargaan bertajuk Acknowledgment for Achieving Agri-food System Resiliency and Rice Self-Sufficiency during 2019-2021 through the Application of Rice Innovation Technology seolah mengulang capaian pada 1984 bahwa mampu swasembada beras.
Namun, dia mengingatkan bahwa sebenarnya pengakuan Indonesia tidak mengimpor beras periode 2019-2021 itu khusus untuk beras umum atau beras medium, yang impornya hanya bisa dilakukan oleh Bulog.
Baca juga: Kian Estetik, Terowongan Kendal Hadirkan Mural Thor: Love and Thunder dengan Unsur Kearifan Lokal
Dia menuturkan prestasi itu juga tidak seiring dengan kesejahteraan petani sebagai produsen gabah dan penggilingan sebagai produsen beras. Menurutnya, petani menerima harga gabah yang rendah dan terus menurun sejak ada beleid harga eceran tertinggi (HET) pada September 2017.
Baginya, pandangan yang menyebutkan bahwa stabiltias pasokan dan harga akan membuat inflasi yang disulut oleh beras rendah amat bias kepentingan konsumen dan abai terhadap kepentingan petani sebagai produsen.
Editor: Fajar Sidik
Bambang Asrini, Koordinator mural dan kurator yang bertanggung jawab kolektif Jakarta Art Movement, mengatakan bahwa komitmen sejumlah personal, komunitas kreatif, serta seniman semata-mata untuk merayakan bulan sakral bagi bangsa Indonesia.
Baca juga: Sejumlah Komunitas Inisiasi Street Art Mural Kutipan Pidato Bung Karno
Kreasi mural itu ditorehkan di dinding kota yang bermuara pada pernyataan proklamator Mohammad Hatta atau yang kerap disapa Bung Hatta.
Dia menuturkan teks mural yang terpampang di jalan layang yang sejajar dengan akses rel keteta api dari jalan raya di stasiun Jatinegara menuju Bekasi menjadi akhir dari aktivitas di tiga titik mural. Kali ini, karya mural menimbang ingatan proklamator Bung Hatta selain menyampaikan visi berbangsa dengan isu utama kemandirian pangan dan nasib petani Indonesia
“Prestasi swasembada beras tidak seiring sejalan dengan kesejahteraan petani sebagai produsen gabah dan beras. Maka seni mural di flyover Cipinang memberi pencerahan di bulan sakral ini, mengingatkan kembali cita-cita Hatta,” katanya.
Dia menilai bahwa pandangan Hatta puluhan tahun lampau menemukan kontekstualnya dalam tiga pilar ketahanan pangan, yaitu ketersediaan pangan yang berkualitas, aksesibilitas dan distribusinya dengan tata kelaola yang benar, dan konsumsi serta pemanfaatan yang baik bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menurutnya, seni mural adalah medium paling efektif untuk menghidupkan ulang sosok Hatta dan isu kemandirian pangan.
Pendiri Papatong Artspace seniman Yeni Fatmawati mengatakan bahwa pemilihan kata-kata Bung Hatta sebagai pengingat yang dihadirkan dalam bentuk mural oleh para seniman sudah tepat. Dia menilai bulan kemerdekaan seharusnya menjadi momen reflektif bagi semua pihak.
“Dan 77 tahun menjadi bangsa yang baru berkomitmen untuk membangun dan saling memberi kontrol” ujarnya.
Dia menuturkan bahwa pokok-pokok pikiran Hatta dengan Tujuh Pilar keutamaan Koperasi dalam sistem ekonomi Indonesia di buku Koperasi membangun dan Membangun Koperasi bisa dijabarkan sesuai konteksnya pada saat ini jika dikaitkan dengan kemandirian pangan.
Penjabaran itu antara lain memperbanyak produksi pangan, memperbaiki kualitas dari pangan, memperbaiki distribusi dan pengelolaan, mengontrol harga secara adil di antara produsen, pedagangan, sampai dengan konsumen.
Kemudian, memangkas jalur tengkulak, memperkuat pengumpulan dan penyatuan aset/modal secara gotong royong, dan membangun lumbung-lumbung pangan di daerah.
Khudori aktifis di Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) dan Komite Pendayagunaan Pertanian (KPP) mengatakan bahwa penghargaan bertajuk Acknowledgment for Achieving Agri-food System Resiliency and Rice Self-Sufficiency during 2019-2021 through the Application of Rice Innovation Technology seolah mengulang capaian pada 1984 bahwa mampu swasembada beras.
Namun, dia mengingatkan bahwa sebenarnya pengakuan Indonesia tidak mengimpor beras periode 2019-2021 itu khusus untuk beras umum atau beras medium, yang impornya hanya bisa dilakukan oleh Bulog.
Baca juga: Kian Estetik, Terowongan Kendal Hadirkan Mural Thor: Love and Thunder dengan Unsur Kearifan Lokal
Dia menuturkan prestasi itu juga tidak seiring dengan kesejahteraan petani sebagai produsen gabah dan penggilingan sebagai produsen beras. Menurutnya, petani menerima harga gabah yang rendah dan terus menurun sejak ada beleid harga eceran tertinggi (HET) pada September 2017.
Baginya, pandangan yang menyebutkan bahwa stabiltias pasokan dan harga akan membuat inflasi yang disulut oleh beras rendah amat bias kepentingan konsumen dan abai terhadap kepentingan petani sebagai produsen.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.