karya tersebut adalah salah satu dari 3 karya kuda Lee Man Fong yang terbaik, (sumber gambar: Hypeabis.id/Yudi Supriyanto)

Intip Karya Old Master Lee Man Fong yang Jadi Koleksi Lukisan Istimewa

30 August 2022   |   22:30 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Karya old master Lee Man Fong masih belum terjual meskipun ajang Art Jakarta 2022 telah usai pada pekan lalu. Karya berjudul Awaiting Departure yang dibuat pada 1936 tersebut tidak akan dilepas jika belum mendapatkan penawaran yang sesuai lantaran merupakan karya istimewa dari old master

Sri Woelandari, Marketing Director Moon’s Art, mengatakan bahwa karya dengan medium cat minyak di atas kanvas berukuran 63,5 x 76,5 cm tersebut tidak akan dilepas jika penawaran masih di bawah angka Rp5 miliar.

Dalam ajang Art Jakarta 2022, karya tersebut dibuka dengan harga Rp3,5 miliar. Sampai ajang Art Jakarta 2022 usai, penawar yang datang untuk memperoleh lukisan itu pun belum sesuai dengan harapan dari sisi harga yang ditawarkan.

“Kami tidak akan lepas [sampai harga tertentu] karena memang ini karya sangat istimewa. Sebaiknya dimiliki sebuah museum untuk disimpan,” katanya.

Baca juga: Inilah Lukisan Karya Para Old Masters Termahal yang Pernah Terjual

Dia menjelaskan bahwa karya tersebut adalah salah satu dari 3 karya kuda Lee Man Fong yang terbaik, yang pernah dibuat. Dia menuturkan bahwa sang seniman membuat karya tersebut pada 1936.

Tidak hanya itu, karya sang seniman juga menjadi istimewa lantaran belum pernah dilelang atau dipamerkan. Jadi, pelelangan karya sang seniman berjudul Awaiting Departure ini adalah untuk yang pertama kalinya terjadi.

Proses pembukaan penawaran dalam menawarkan karya dilakukan lantaran sang pemilik ingin menghargai karya dari Lee Man Fong.

Dia mengatakan pemilik karya ini adalah seorang kolektor Indonesia yang pindah ke Belanda pada 1960. Sang kolektor mendapatkan karya ini langsung dari sang seniman karena tempat tinggal yang berdekatan antara satu dengan yang lain.

Sang kolektor kemudian membawa lukisan tersebut ke Indonesia pada 2000 lantaran sudah tua. “Jadi, ini kolektor senior. Dia sangat menghargai karya besar,” katanya.  Sang kolektor berharap individu yang akan memiliki lukisan ini selanjutnya akan menghargai nilai yang terkandung dalam lukisan, dan tidak hanya berdasarkan dari harga.

Untuk diketahui, Lee Man Fong adalah seorang seniman lukis istana pada era Presiden Soekarno. Sang seniman menggantikan Dullah yang mengundurkan diri pada 1960.

Pria seniman yang lahir pada November 1913 silam di Guangzhou, China tersebut telah menghasilkan banyak karya. Salah satu dari banyak karya yang dihasilkan pada saat ini adalah berjudul Margasatwa dan Puspita Indonesia.

Karya berukuran 4x10,85 meter tersebut terpampang di salah satu dinding di Hotel Indonesia - Kempinski, Jakarta. Lukisan yang menjadi salah satu lukisan dengan ukuran terbesar tersebut menggambarkan kekayaan flora dan fauna Indonesia.
 
Terdiri dari 3 panil, sang seniman membuat karya tersebut atas permintaan Presiden Soekarno saat Hotel Indonesia dibangun. Pria yang akrab disapa Bung Karno tersebut berharap lukisan tersebut bisa menjadi lukisan terbesar di Indonesia.

Baca juga: Foto Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro Unggahan Sri Mulyani Jadi Perhatian Netizen

Untuk mengerjakan lukisan tersebut, Lee Man Fong yang memiliki gaya perpaduan seni lukis tradisional China dan barat itu memiliki 4 asisten dalam pengerjaannya, yakni Lim Wa Sim, Tjio Soen Djie, Siauw Swie Ching, dan Lee Rern.

Dalam buku Melipat Air karya kurator Agus Dermawan T, gagasan tema dan judul lukisan Margasatwa dan Puspita Indonesia tersebut adalah dari Soekarno. Gagasan itu lantas diformulasi dalam dua lukisan cat air campur tempera oleh Lee Man Fong.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Film Autobiography Siap Berkompetisi di Dua Festival Film Bergengsi

BERIKUTNYA

Ini Profil 5 Pemain Naturalisasi Timnas yang Bakal Berlaga di Piala AFF 2022

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: