Penuh Tekanan, Begini Kelamnya Kehidupan Selebritas dari Kacamata Psikolog
30 August 2022 |
15:49 WIB
Aktris muda dan berbakat Yoo Ju-eun ditemukan tewas dengan tragis setelah mengakhiri hidupnya sendiri di usianya yang ke 27 tahun. Hal ini turut mengundang rasa penasaran netizen mengenai bagaimana kisah dibalik gemerlapnya kehidupan sebagai seorang artis. Seperti diketahui, bukan pertama kali tragedi bunuh diri dialami oleh selebriti dunia.
Pada 2019 lalu, eks personel girlgroup f(x), Sulli, mengakhiri hidupnya. Bukan hanya artis asal Korea Selatan, musisi jagat Hollywood Kurt Cobain pun memilih mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Bukan mudah menjadi seorang artis, mereka dipenuhi banyak tuntutan hingga menyampingkan kesehatan mental mereka sendiri.
Nirmala Ika K, M.Psi, seorang psikolog praktek di Enlightmind memandang sisi lain dari mewahnya kehidupan artis yang terkesan glamor, tapi orang tidak tahu kerja keras mereka dibalik itu. Ada tuntutan dan beban yang sangat besar.
Baca juga: Awas, 5 Gangguan Mental Ini Mengintai karena Overthinking
Lebih lanjut, seorang artis memiliki jam kerja yang tidak jelas. Tentu ini akan mengganggu kesehatan fisik dan mental para pekerja seni.
“Selebriti sering tidak bisa menjadi diri mereka seutuhnya, ini mempengaruhi mental secara berkelanjutan," kata Nirmala Ika kepada Hypeabis.id.
Kementerian Kesehatan RI merilis data bunuh diri dimana terdapat 1 kematian dalam 40 detik yang disebebkan oleh bunuh diri. Bahkan badan kesehatan negara tersebut menyebut kini bunuh diri menduduki posisi kedua sebagai penyebab kematian tertinggi di rentang usia 15-29 tahun.
Menurut Nirmala Ika, tingginya kasus kematian dengan cara bunuh diri di usia muda ini terjadi karena seseorang merasa tidak memiliki jalan keluar dari permasalahan yang dihadapinya.
“Biasanya orang sedang mengalami mood yang low, ditambah ia merasa takt ahu ingin kemana arah hidupnya melihat permasalahan yang terjadi, kemudian memilih jalan akhir bunuh diri,” katanya.
Ilmu Psikologi juga memandang orang yang bunuh diri sebagai cara mereka melepaskan hal yang terpendam sehingg bunuh diri dipilih yang mereka nilai sebagai cara keluar.
Orang tua dengan pola asuh yang terbuka akan mendorong anak merasa nyaman dan percaya untuk mengadukan berbagai permasalahannya kepada orang tua. “Ini bisa mendorong anak-anak terlatih bercerita kepada orang tua, buat dia punya rumah untuk kembali ketika baginya dunia sedang tidak nyaman untuknya,” tutup Nirmala.
Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan RI terus mengedukasi masyarakat untuk menyadari lebih awal perilaku yang bisa mendorong seseorang bunuh diri. Perilaku itu bisa berupa menarik diri dari orang terdekat, kekacauan mood, menyakiti diri sendiri, dan mencari cara untuk memiliki senjata api atau benda tajam.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Pada 2019 lalu, eks personel girlgroup f(x), Sulli, mengakhiri hidupnya. Bukan hanya artis asal Korea Selatan, musisi jagat Hollywood Kurt Cobain pun memilih mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Bukan mudah menjadi seorang artis, mereka dipenuhi banyak tuntutan hingga menyampingkan kesehatan mental mereka sendiri.
Nirmala Ika K, M.Psi, seorang psikolog praktek di Enlightmind memandang sisi lain dari mewahnya kehidupan artis yang terkesan glamor, tapi orang tidak tahu kerja keras mereka dibalik itu. Ada tuntutan dan beban yang sangat besar.
Baca juga: Awas, 5 Gangguan Mental Ini Mengintai karena Overthinking
Lebih lanjut, seorang artis memiliki jam kerja yang tidak jelas. Tentu ini akan mengganggu kesehatan fisik dan mental para pekerja seni.
“Selebriti sering tidak bisa menjadi diri mereka seutuhnya, ini mempengaruhi mental secara berkelanjutan," kata Nirmala Ika kepada Hypeabis.id.
Kementerian Kesehatan RI merilis data bunuh diri dimana terdapat 1 kematian dalam 40 detik yang disebebkan oleh bunuh diri. Bahkan badan kesehatan negara tersebut menyebut kini bunuh diri menduduki posisi kedua sebagai penyebab kematian tertinggi di rentang usia 15-29 tahun.
Menurut Nirmala Ika, tingginya kasus kematian dengan cara bunuh diri di usia muda ini terjadi karena seseorang merasa tidak memiliki jalan keluar dari permasalahan yang dihadapinya.
“Biasanya orang sedang mengalami mood yang low, ditambah ia merasa takt ahu ingin kemana arah hidupnya melihat permasalahan yang terjadi, kemudian memilih jalan akhir bunuh diri,” katanya.
Ilmu Psikologi juga memandang orang yang bunuh diri sebagai cara mereka melepaskan hal yang terpendam sehingg bunuh diri dipilih yang mereka nilai sebagai cara keluar.
Orang tua dengan pola asuh yang terbuka akan mendorong anak merasa nyaman dan percaya untuk mengadukan berbagai permasalahannya kepada orang tua. “Ini bisa mendorong anak-anak terlatih bercerita kepada orang tua, buat dia punya rumah untuk kembali ketika baginya dunia sedang tidak nyaman untuknya,” tutup Nirmala.
Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan RI terus mengedukasi masyarakat untuk menyadari lebih awal perilaku yang bisa mendorong seseorang bunuh diri. Perilaku itu bisa berupa menarik diri dari orang terdekat, kekacauan mood, menyakiti diri sendiri, dan mencari cara untuk memiliki senjata api atau benda tajam.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.