Seniman Tulus Warsito Kembali dengan Pameran Tunggal di Galeri Nasional Indonesia
23 August 2022 |
16:15 WIB
Tiga dekade berlalu, seniman Tulus Warsito kembali menggelar pameran tunggal bertajuk Dimensions di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, yang berlangsung pada 23 Agustus – 23 September 2022. Dalam pameran ini dia menampilkan karya seni multi-dimensional dengan total 50 karya.
Tulus Warsito mengatakan bahwa koleksi yang ada di pameran tunggal ini meliputi karya-karyanya dari 2017 sampai dengan 2022. Pameran tunggal ini, lanjutnya, merupakan pameran tunggalnya yang kedua di Galeri Nasional Indonesia.
“Setelah yang pertama diselenggarakan 30 tahun silam pada 1992, sekaligus menjadi pameran tunggal saya yang kelima belas sepanjang karier dalam seni rupa saya,” katanya.
Baca juga: Digelar Agustus, Art Jakarta 2022 Akan Hadirkan 9 Segmen Pameran
Dia menjelaskan bahwa yang membedakan antara pameran saat ini dengan 30 tahun silam adalah pada saat ini tidak membawa lukisan batik dalam karya-karya yang dipamerkan dan juga bermain dengan logam sebagai medium berkarya.
Sementara itu, paparnya, yang menjadi kesamaan adalah tetap bermain dengan tiga dimensional yang sudah dilakukan sejak 1977 silam saat berada di Amerika Serikat.
Kurator Suwarno Wisetrotomo dalam tulisan kuratorialnya menuliskan bahwa tema Dimensions kali ini menegaskan apa yang diterapkan oleh Tulus Warsito adalah berbagai dimensi seni rupa, di mana dia tidak hanya bermain dengan dua dimensional berupa panjang dan lebar kanvas, melainkan juga berbagai ‘lapis’ dimensi yang lain seperti ‘kedalaman’, perspektif, matra-warna, geometrika, maupun ilusi optik lainnya.
Tulus Warsito kerap memainkan logika yang saling bertabrakan, yakni antara yang datar atau flat dengan citra ruang ilusif; sapuan-sapuan ekspresif, warna-warna sebagai warna. Namun, hadir juga ruang yang dihasilkan oleh garis-garis yang membekaskan bayangan.
Suwarno menuturkan bahwa melukis bagi sang seniman adalah laku yang membebaskan, yakni berada di ruang yang tidak mengikat, melepaskan dunia ide disertai imajinasi tanpa tepi, dan berakhir pada bidang gambar disertai semangat menjelajah material.
Lewat karyanya, Tulus Warsito memainkan antara realitas dengan imajinasi, yakni bagaimana kenyataan berupa benda, peristiwa, dan pengalaman ditransformasikan menjadi kenyataan lain pada bidang gambar atau medium lain yang dianggap tepat.
“Antara ide, imajinasi, dan improvisasi saling berkelindan, sementara di dalam dunia akademik, utamanya dalam pemikiran dan produk [tulisan] ilmiah, ambiguitas disingkirkan, diganti dengan kepastian-kepastian,” kata Suwarno.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto berharap bahwa pameran tunggal Tulus Warsito dapat menjadi media edukasi dan apresiasi bagi masyarakat untuk mengenal lebih dalam sosok seniman di balik karyanya yang luar biasa.
Untuk diketahui, Tulus Warsito juga merupakan seorang pelintas profesi, bergelar doktor ilmu politik, menyandang jabatan guru besar dalam bidang ilmu politik, politik internasional, dan diplomasi kebudayaan.
Dia juga terkenal sebagai pelukis memiliki reputasi dan pencapaian penting dalam ranah seni rupa. Tulus pada 1972 tercatat sebagai mahasiswa jurusan seni patung di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI). Namun, dia tidak menyelesaikan pendidikannya karena menekuni seni lukis batik.
Sejumlah pameran penting, paparnya, telah diikuti oleh Tulus Warsito antara lain Pameran Esensialisme Pop Art di Galeri Seni Sono Yogyakarta (1976); Pameran Kepribadian Apa (PIPA) di Galeri Seni Sono Yogyakarta (1977); Pameran Pop Art Indonesia, Paris (1979); dan Pameran Biennale I Yogyakarta (1988).
Kemudian Pameran Kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat (KIAS, 1990); Pameran Biennale III Yogyakarta (1996); Pameran EXPOSIGN di Yogyakarta (2009); dan Pameran 7 Geoje International Art Festival, Haegeumgang Theme Museum, Korea Selatan (2021).
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor : Nirmala Aninda
Tulus Warsito mengatakan bahwa koleksi yang ada di pameran tunggal ini meliputi karya-karyanya dari 2017 sampai dengan 2022. Pameran tunggal ini, lanjutnya, merupakan pameran tunggalnya yang kedua di Galeri Nasional Indonesia.
“Setelah yang pertama diselenggarakan 30 tahun silam pada 1992, sekaligus menjadi pameran tunggal saya yang kelima belas sepanjang karier dalam seni rupa saya,” katanya.
Baca juga: Digelar Agustus, Art Jakarta 2022 Akan Hadirkan 9 Segmen Pameran
Dia menjelaskan bahwa yang membedakan antara pameran saat ini dengan 30 tahun silam adalah pada saat ini tidak membawa lukisan batik dalam karya-karya yang dipamerkan dan juga bermain dengan logam sebagai medium berkarya.
Sementara itu, paparnya, yang menjadi kesamaan adalah tetap bermain dengan tiga dimensional yang sudah dilakukan sejak 1977 silam saat berada di Amerika Serikat.
Kurator Suwarno Wisetrotomo dalam tulisan kuratorialnya menuliskan bahwa tema Dimensions kali ini menegaskan apa yang diterapkan oleh Tulus Warsito adalah berbagai dimensi seni rupa, di mana dia tidak hanya bermain dengan dua dimensional berupa panjang dan lebar kanvas, melainkan juga berbagai ‘lapis’ dimensi yang lain seperti ‘kedalaman’, perspektif, matra-warna, geometrika, maupun ilusi optik lainnya.
Tulus Warsito kerap memainkan logika yang saling bertabrakan, yakni antara yang datar atau flat dengan citra ruang ilusif; sapuan-sapuan ekspresif, warna-warna sebagai warna. Namun, hadir juga ruang yang dihasilkan oleh garis-garis yang membekaskan bayangan.
Suwarno menuturkan bahwa melukis bagi sang seniman adalah laku yang membebaskan, yakni berada di ruang yang tidak mengikat, melepaskan dunia ide disertai imajinasi tanpa tepi, dan berakhir pada bidang gambar disertai semangat menjelajah material.
Pameran Dimensions oleh Tulus Warsito. (Sumber: Hypeabis.id/ Yudi Supriyanto)
Lewat karyanya, Tulus Warsito memainkan antara realitas dengan imajinasi, yakni bagaimana kenyataan berupa benda, peristiwa, dan pengalaman ditransformasikan menjadi kenyataan lain pada bidang gambar atau medium lain yang dianggap tepat.
“Antara ide, imajinasi, dan improvisasi saling berkelindan, sementara di dalam dunia akademik, utamanya dalam pemikiran dan produk [tulisan] ilmiah, ambiguitas disingkirkan, diganti dengan kepastian-kepastian,” kata Suwarno.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto berharap bahwa pameran tunggal Tulus Warsito dapat menjadi media edukasi dan apresiasi bagi masyarakat untuk mengenal lebih dalam sosok seniman di balik karyanya yang luar biasa.
Untuk diketahui, Tulus Warsito juga merupakan seorang pelintas profesi, bergelar doktor ilmu politik, menyandang jabatan guru besar dalam bidang ilmu politik, politik internasional, dan diplomasi kebudayaan.
Dia juga terkenal sebagai pelukis memiliki reputasi dan pencapaian penting dalam ranah seni rupa. Tulus pada 1972 tercatat sebagai mahasiswa jurusan seni patung di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI). Namun, dia tidak menyelesaikan pendidikannya karena menekuni seni lukis batik.
Sejumlah pameran penting, paparnya, telah diikuti oleh Tulus Warsito antara lain Pameran Esensialisme Pop Art di Galeri Seni Sono Yogyakarta (1976); Pameran Kepribadian Apa (PIPA) di Galeri Seni Sono Yogyakarta (1977); Pameran Pop Art Indonesia, Paris (1979); dan Pameran Biennale I Yogyakarta (1988).
Kemudian Pameran Kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat (KIAS, 1990); Pameran Biennale III Yogyakarta (1996); Pameran EXPOSIGN di Yogyakarta (2009); dan Pameran 7 Geoje International Art Festival, Haegeumgang Theme Museum, Korea Selatan (2021).
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor : Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.