Hasil Kunjungan Luhut ke China, Kemenkes Rilis BGSi yang Bisa Deteksi Potensi Virus
14 August 2022 |
15:30 WIB
Transformasi teknologi di bidang kesehatan menjadi penting di tengah perkembangan virus dan bakteri yang kian masif menyerang manusia. Sebut saja virus Corona penyebab Covid-19 dengan beragam variannya, hepatitis misterius, cacar monyet, dan yang terbaru Langya/LayV dari China.
Melihat adanya potensi munculnya bakteri dan virus baru, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meluncurkan Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi). BGSi merupakan program inisiatif nasional guna mengembangkan pengobatan yang lebih tepat bagi masyarakat.
Caranya, dengan mengandalkan teknologi pengumpulan informasi genetik (genom) dari manusia maupun patogen seperti virus dan bakteri atau bisa disebut dengan whole genome sequencing (WGS).
Baca juga: Peneliti Temukan Virus Baru “Langya” di China, Sudah 35 Orang Terinfeksi
Pengembangan WGS ini, menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, sejalan dengan transformasi bioteknologi dalam aktivitas biosurveillance dan layanan kesehatan yang ditujukan dalam peningkatan deteksi patogen dan memperbaiki pengobatan.
Sebelumnya, metode WGS sendiri telah dimanfaatkan dan berperan penting dalam penanggulangan Covid-19 di Indonesia. “Melalui bioteknologi genome sequensing ini, kemampuan kita untuk mengidentifikasi sumber penyakit dan mengobatinya akan sangat pasti dan personal. Kita bisa identifikasi lebih cepat sakitnya apa, sehingga bisa segera kita obati,” ujar Budi di Gedung Eijkman RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Minggu (14/8).
Budi menuturkan melalui BGSi, metode WGS akan dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan pengobatan pada enam kategori penyakit utama lainnya. Penyakit tersebut diantaranya kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, dan penuaan.
Dalam implementasinya, BGSi dilaksanakan di tujuh rumah sakit vertikal yaitu RSUPN RSCM, RS Pusat Otak Nasional (RS PON), RSPI Sulianto Saroso, RSUP Persahabatan, RS Kanker Dharmais, RSUP Sardjito, hingga RS Prof I.G.N.G. Ngoerah.
Sementara itu, dia menerangkan di Indonesia saat ini hanya terdapat 12 mesin WGS. Oleh karenanya, Kemenkes akan menambah 48 mesin WGS yang akan disebar di berbagai rumah sakit rujukan nasional. Tentunya rumah sakit yang terlibat dalam BGSi dan dilengkapi dengan mesin-mesin sequencing high throughput yang mampu memproses ratusan sampel genom manusia per minggu.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendi menargetkan dalam dua tahun ke depan, 10.000 genome sequences manusia bisa dikumpulkan dan diteliti. Ini dimaksudkan guna pemetaan varian data genome dari populasi penduduk yang memiliki penyakit prioritas dan telah ditentukan sebelumnya.
“Mudah-mudahan melalui inisiatif yang futuristik ini akan mempercepat indeks pembangunan manusia kita,” harapnya.
Baca juga: Penelitian Terbaru: Virus Monkeypox Bermutasi 12 Kali Lebih Cepat
Sementara itu, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan yang turut hadir dalam peluncuran BGSi mendorong agar inisiatif baik ini terus ditingkatkan dan diperluas melalui kerja sama dengan investor teknologi dari negara lain.
“Ini merupakan hasil kunjungan kita ke Tiongkok 7 bulan lalu hasil, kerjasama dengan Beijing Genomic Institute, dan hari ini sudah mulai kita implementasikan di Indonesia. Tapi kerja sama itupun kita kembangkan dengan negara lain seperti Abu Dhabi dengan G42 maupun Amerika Serikat dengan US Davis University,” ungkap Luhut.
Editor: Fajar Sidik
Melihat adanya potensi munculnya bakteri dan virus baru, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meluncurkan Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi). BGSi merupakan program inisiatif nasional guna mengembangkan pengobatan yang lebih tepat bagi masyarakat.
Caranya, dengan mengandalkan teknologi pengumpulan informasi genetik (genom) dari manusia maupun patogen seperti virus dan bakteri atau bisa disebut dengan whole genome sequencing (WGS).
Baca juga: Peneliti Temukan Virus Baru “Langya” di China, Sudah 35 Orang Terinfeksi
Pengembangan WGS ini, menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, sejalan dengan transformasi bioteknologi dalam aktivitas biosurveillance dan layanan kesehatan yang ditujukan dalam peningkatan deteksi patogen dan memperbaiki pengobatan.
Sebelumnya, metode WGS sendiri telah dimanfaatkan dan berperan penting dalam penanggulangan Covid-19 di Indonesia. “Melalui bioteknologi genome sequensing ini, kemampuan kita untuk mengidentifikasi sumber penyakit dan mengobatinya akan sangat pasti dan personal. Kita bisa identifikasi lebih cepat sakitnya apa, sehingga bisa segera kita obati,” ujar Budi di Gedung Eijkman RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Minggu (14/8).
Budi menuturkan melalui BGSi, metode WGS akan dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan pengobatan pada enam kategori penyakit utama lainnya. Penyakit tersebut diantaranya kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, dan penuaan.
Dalam implementasinya, BGSi dilaksanakan di tujuh rumah sakit vertikal yaitu RSUPN RSCM, RS Pusat Otak Nasional (RS PON), RSPI Sulianto Saroso, RSUP Persahabatan, RS Kanker Dharmais, RSUP Sardjito, hingga RS Prof I.G.N.G. Ngoerah.
Sementara itu, dia menerangkan di Indonesia saat ini hanya terdapat 12 mesin WGS. Oleh karenanya, Kemenkes akan menambah 48 mesin WGS yang akan disebar di berbagai rumah sakit rujukan nasional. Tentunya rumah sakit yang terlibat dalam BGSi dan dilengkapi dengan mesin-mesin sequencing high throughput yang mampu memproses ratusan sampel genom manusia per minggu.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendi menargetkan dalam dua tahun ke depan, 10.000 genome sequences manusia bisa dikumpulkan dan diteliti. Ini dimaksudkan guna pemetaan varian data genome dari populasi penduduk yang memiliki penyakit prioritas dan telah ditentukan sebelumnya.
“Mudah-mudahan melalui inisiatif yang futuristik ini akan mempercepat indeks pembangunan manusia kita,” harapnya.
Baca juga: Penelitian Terbaru: Virus Monkeypox Bermutasi 12 Kali Lebih Cepat
Sementara itu, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan yang turut hadir dalam peluncuran BGSi mendorong agar inisiatif baik ini terus ditingkatkan dan diperluas melalui kerja sama dengan investor teknologi dari negara lain.
“Ini merupakan hasil kunjungan kita ke Tiongkok 7 bulan lalu hasil, kerjasama dengan Beijing Genomic Institute, dan hari ini sudah mulai kita implementasikan di Indonesia. Tapi kerja sama itupun kita kembangkan dengan negara lain seperti Abu Dhabi dengan G42 maupun Amerika Serikat dengan US Davis University,” ungkap Luhut.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.