Ilustrasi kebun sawit. (Sumber gambar : Paul Szewczyk/Unsplash)

Cara Cerdas Dosen Unri Buat Solusi Replanting Kebun Sawit

05 April 2023   |   05:36 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Indonesia memiliki sumber daya peneliti andal dari perguruan tinggi yang bisa menyelesaikan masalah masyarakat, industri, hingga negara. Namun acap kali ruang untuk mereka untuk mengembangkan hasil temuan dan inovasinya tersendat karena kurangnya pendanaan dan minimnya perhatian.

Untung saja, sejak 2020 lalu, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Matching Fund. Program pendaan ini mempertemukan perguruan tinggi dan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) melalui platform Kedaireka untuk berkolaborasi menjawab tantangan di dalam dunia industri, serta membentuk ekosistem Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.

Baca juga: Prilly Latuconsina Cerita Pengalaman Seru saat Jadi Dosen Praktisi di UGM

Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Riau (Unri) dr. Emilda Firdaus, menilai Matching Fund dapat mengatasi permasalahan tentang hilirisasi hasil riset para dosen peneliti di kampusnya.

“Dengan adanya matching fund, bisa menjembatani lembah kematian. Antara produk, dosen, bisa terhilirisasi dengan dunia industri,” ujarnya dalam press tour yang digelar Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) di Universitas Negeri Riau (Unri), Pekanbaru, Selasa (4/4/2023). 

Salah satu peneliti yang berhasil mendapat pendanaan dari Kemendikbud dan industri melalaui program ini yakni Dosen Teknik Kimia Fakultas Teknik Unri Dr. Padil. Dia mendapat dana penelitian dari Kemendibudristek sebesar Rp350 juta dan dari mitra industri sebesar Rp600 juta-Rp700 juta.

Uang itu digunakannya untuk mengatasi masalah replanting atau penanaman kembali batang sawit dari perkebunan sawit masyarakat di Kabupaten Pelalawan, Riau. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 14,66 juta hektare (ha) pada 2021. 

Riau menjadi provinsi dengan luas perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia pada 2021, yakni 2,86 juta ha. Luas tersebut setara dengan 19,51 persen dari seluruh perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Dia menyebut replanting sangat penting agar lahan sawit tetap produktif. Pohon kelapa sawit setidaknya dilakukan peremajaan jika usianya sudah tua yakni sekitar 35-30 tahun. Namun demikian, ketika dilakukan peremajaan, batang pohon sawit yang ditebang menjadi sampah begitu saja dan masyarakat kehilangan penghasilan. 

“Maka kami berpikir dimana penghasilan mereka nanti. Kalau ditanam kembali, butuh waktu 3 tahun baru bisa dipanen. Maka muncul ide ada usaha baru bagi mereka sehingga 3 tahun ada usaha baru,” tuturnya. 

Adapun usaha yang dibuat untuk membantu masyarakat yang kehilangan penghasilan ini yakni dengan beternak ayam petelur. “Selama ini ayam di Riau didatangkan dari Sumbar, belum ada produksi di Riau karena cuacanya panas. Kita bisa kembangkan ayam petelur, ini unit usaha baru dimunculkan dan berkembang,” ungkap Padil. 

 

Padil

Dosen Teknik Kimia Fakultas Teknik Unri Dr. Padil. (Sumber gambar : Kemendikbudristek)


Dalam proyek ini, Padil dibantu 12 mahasiswa, 11 orang berasal dari jurusan peternakan Universitas Andalas (Sumatera Barat) dan 3 lainnya mahasiswa teknik sipil di Unri. Mereka melakukan serangkaian pengkondisian salah satunya dengan membuat kandang di bawah pohon kelapa sawit agar lebih teduh. 

Dinilai cukup sukses, sayangnya Padil dan tim lengah dalam sisi pengelolaan atau organisasi yang belum kuat di mitra. Akhirnya program ini tidak bisa berjalan dengan baik. 

Menurutnya perlu perhatian yang berkesinambungan agar proyek yang dibuatnya terus berjalan. “Ini tinggal diaplikasikan ke pengguna. Apakah dibiarkan begitu saja? Kalau ditinggalkan, enggak ada gunanya. Perlu tindak lanjut. Bagaimana industrikan produk teknologi yang dihasilkan dosen,” tegas Padil.

Dia menyebut penelitian yang mendapat dana dari program Matching Fund baru di tingkat laboratorium, belum diujikan skala besar. Dengan demikian, industri belum percaya sepenuhnya untuk mengambil hasil penelitian yang telah dibuat para peneliti dari perguruan tinggi. Adapun tahapan hasil riset menjadi produk komersial, dimulai dari skala laboratorium, pilot project, baru ke industri. 

“Kalau Matching Fund melihat ada prospek untuk diambil dan diaplikasikan industri, jangan ditinggal. Bisa diaplikasikan. Misal sampai tahun ketiga, jangan diubah sampai ditangkap industri,” pinta Padil.

Baca juga: Kisah Mantan Dosen yang Sukses Berbisnis Perlengkapan Ibu dan Bayi

Dia menyebut potensi untuk mengatasi kekosongan pendapatan masyarakat ketika kebun sawit dilakukan replanting masih sangat besar. Dari peternakan ayam saja, kotorannya bisa dipakai sebagai pupuk alami kelapa sawit. 

Sementara itu, batang sawit yang ditebang bisa dimanfaatkan sebagai furnitur. Bagian bawah sawit keras, bisa jadi furnitur. Ujung atasnya, dari riset protein dan karbohidratnya tinggi, bisa potensi pakan. Hasil riset kita sangat bagus,” ulas Padil.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Cara Memilih Kasur, Lebih Baik Matras Keras atau Lembut?

BERIKUTNYA

Teaser Terbaru Barbie Tampilkan Margot Robbie dan Ryan Gosling Siap Masuki Dunia Nyata

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: