Pesawat tanpa awak yang dikembangkan Lapan/BRIN. (Sumber gambar : Lapan)

11 Inovasi Penerbangan dan Antariksa Indonesia

09 August 2022   |   08:57 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Riset di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi khususnya dalam penerbangan dan antariksa penting dalam mendukung pembangunan nasional. Apabila bisa menguasai keduanya, Indonesia sebagai negara tentu semakin disegani dan tak ayal semua berujung pada penambahan nilai ekonomi.

Kemandirian penerbangan sangat penting di Indonesia yang memiliki wilayah luas, mencakup daratan dan lautan, dan terdiri dari 17.504 pulau. Sementara penelitian antariksa penting untuk keberlangsungan hidup masyarakat dan sektor bisnis di Tanah Air.

Baca juga: Keren! Ini 5 Anak Indonesia yang Berprestasi di Kancah Internasional

Di Indonesia, ada sejumlah capaian di bidang kedirgantaraan dan antariksa yang tidak bisa dipandang remeh. Semua itu merupakan hasil kerja dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang kini dilebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjadi Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA). Apa saja? Berikut daftarnya : 
 

1. Lapan Surveillance UAV 02 (LSU 02)

Pesawat LSU 02 merupakan pesawat terbang tanpa awak atau yang sering disebut dengan PTTA atau Pesawat Udara NirAwak (PUNA), atau secara umum disebut dengan Unmanned Aerial Vehicle (UAV).

LSU 02 adalah produk Pusat Teknologi Penerbangan yang merupakan pesawat UAV dan telah melakukan berbagai misi surveillance baik sipil maupun militer. Kemampuan terbang pesawat yang diklasifikasikan sebagai Tactical UAV ini, telah mampu terbang secara autonomous dan menempuh jangkauan terbang cukup jauh sekitar 200 KM. Pengenbangan pesawat tanpa awak ini terus berlanjut. 
 

2. Satelit Lapan A1 (Lapan Tubsat)

Lapan Tubsat sebuah satelit mikro yang dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) bekerja sama dengan Universitas Teknik Berlin (Technische Universität Berlin/TU Berlin). Wahana ini dirancang berdasarkan satelit lain bernama DLR-Tubsat, namun juga menyertakan sensor bintang yang baru.

Satelit Lapan Tubsat yang berbentuk kotak dengan berat 57 kilogram dan dimensi 45 x 45 x 27 sentimeter ini akan digunakan untuk melakukan pemantauan langsung situasi di Bumi seperti kebakaran hutan, gunung berapi, banjir, tanah longsor, kecelakaan kapal maupun pesawat, menyimpan dan meneruskan pesan komunikasi di wilayah Indonesia, serta untuk misi komunikasi bergerak.
 

3. Satelit Lapan A2

 

Satelit Lapan A2. (Sumber gambar: LAPAN)

Satelit Lapan A2. (Sumber gambar: LAPAN)


Satelit Lapan ini merupakan suksesor dari satelit buatan Lapan sebelumnya, Lapan Tubsat yang dibuat di Jerman. Satelit Lapan A2 dibuat di Pusat Teknologi Satelit Lapan di Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, namun tetap menggunakan konsultan dari Jerman.

Tujuan penggunaan utama dari satelit Lapan A2 adalah sebagai mitigasi bencana. Satelit ini didesain untuk tiga misi yaitu pengamatan bumi, pemantauan kapal, dan komunikasi radio amatir.
 

4. Satellite Disaster Early Warning System (Sadewa)

Sistem informasi peringatan dini bencana yang dikembangkan berbasis teknologi satelit ini juga dilengkapi sensor-sensor terestrial. Sistem ini berfungsi untuk memberikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan penanganan kejadian bencana baik pada tingkat pemerintah pusat maupun daerah, dalam rangka pengelolaan risiko bencana.

Sadewa memantau kondisi lingkungan mendekati real-time dari satelit maupun sensor-sensor permukaan, kemudian memperkirakan kemungkinan terjadinya potensi bencana dengan menggunakan model-model komputer, dan menyampaikan informasi peringatan dini bencana melalui monitor display di sebuah ruang kontrol.
 

5. Desain Prototipe Sensor Lingkungan untuk Radome Antena Lapan Parepare Berbasis Perangkat Internet Of Things

Prototipe sensor lingkungan ini terdiri atas tiga bagian utama yaitu sensor suhu, modul wifi ESP, dan website untuk menampilkan informasi yang terupdate setiap saat. Seluruh sistem diatas dapat di akses melalui jaringan Local Area Network di lingkungan Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Parepare.

Dengan sistem ini diharapkan gangguan alam yang terjadi di antena dapat diminimalisir sehingga kemampuan antena melakukan penjejakan dan akuisisi data dapat maksimal.  Akhir dari prototipe sensor lingkungan ini diharapkan dapat membantu memperpanjang umur  pemakaian   antena  yang beroperasi di stasiun bumi penginderaan jauh Lapan Parepare.
 

6. Optimalisasi Sistem Perekaman dan Pengolahan Data Satelit Resolusi Sangat Tinggi di Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Parepare

Optimalisasi sistem perekaman dan pengolahan data satelit  Pleiades-1A/1B dan TerrasarX/TandemX ini untuk mempercepat proses penyampaian informasi melalui programming daerah yang ingin dilakukan perekaman, penerimaan dan perekaman data, pengolahan data dan transfer data ke data center.

Berdasarkan masing-masing fungsinya, optimalisasi sistem ini dapat dikelompokan menjadi beberapa bagian. Antara lain sistem monitoring ketersediaan data mentah/raw data pada server perekaman data Satelit Pleiades-1A/1B dan TerrasarX/TandemX. Kemudian sistem pengolahan data Pleiades-1A/1B dan TerrasarX/TandemX dari data raw hingga level yang telah ditentukan untuk masing-masing satelit.

Selanjutnya sistem transfer data dari server pengolahan data Pleiades-1A/1B dan TerrasarX/TandemX ke storage penyimpan (NAS), serta sistem transfer quicklook citra ke webserver dan pembacaan informasi data citra hasil pengolahan.
1
2


SEBELUMNYA

Hore, Film Baby Shark akan Tayang di Paramount+ Tahun Depan

BERIKUTNYA

Cocok Diputar untuk 17 Agustusan, Ini 8 Lagu yang Bikin Semangat

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: