Perjalanan Kebab Turki Baba Rafi, Bermula dari Gerobakan, Pecah Kongsi Hingga Melantai di Bursa
07 August 2022 |
14:57 WIB
1
Like
Like
Like
Siapa yang tidak kenal Kebab Turki Baba Rafi? Ya, brand waralaba makanan dan minuman ini menjadi pelopor franchise makanan dengan dengan konsep gerobakan dan kontainer, yang kini tersebar bukan hanya tersebar di Indonesia tetapi juga telah mendunia dan memiliki cabang di sejumlah negara.
Tak hanya itu, Kebab Turki Baba Rafi ini pun berhasil menjadi salah satu UMKM yang berhasil mencatatkan nama usahanya di lantai Bursa Efek Indonesia dengan kode RAFI.
Tidak main-main, dari 948 juta saham atau 30,1?ri total saham yang ditawarkan oleh UMKM makanan dan minuman ini ternyata sangat diminati investor bahkan oversubscribed hingga 75,75 kali setelah melewati masa penawaran umum sejak 1 hingga 3 Agustus 2022.
Penasaran bagaimana perjalanan bisnis UMKM yang bermula dari usaha gerobakan yang awalnya dijalankan oleh dua anak muda berusia 19 tahun ini, hingga mampu berkembang sebesar ini? Berikut Hypeabis rangkum kisah perjalanan jatuh bangunnya.
Baca juga: Cocok Buat Mulai Usaha, Ini 7 Franchise Ayam Geprek yang Lagi Ngetren
Seiring berjalannya waktu mereka pun mulai membesarkan usahanya dengan menawarkan skema waralaba pertama kali pada tahun 2005 hingga berkembang pesat dan mencapai lebih dari 300 gerai pada 2007.
Pada perjalanan membangun usaha Baba Rafi yang terus berkembang, Nilamsari lebih banyak memainkan peran di balik layar sebagai konseptor dan innovator sedangkan Hendy muncul di depan sehingga lebih banyak dikenal publik.
Meski demikian, sebagai sebuah brand dan menjadi bagian dari Putusan Pengadilan Agama, merek Baba Rafi tetap dimiliki bersama dengan kesepakatan sebagai berikut:
Nilamsari mengoperasikan Baba Rafi untuk regional Barat mulai dari Aceh di pulau Sumatera sampai Jogjakarta di pulau Jawa di bawah bendera usaha PT Sari Kreasi Boga. Adapun Hendy Setiono mengoperasikan Baba Rafi untuk regional Timur mulai dari Solo di Jawa Tengah sampai Papua di bawah bendera usaha Pt Baba Rafi Internasional (Babarafi Entreprise).
Kedua, berdasarkan keputusan bisnis, Baba Rafi diyakini masih potensial dan akan terus bertumbuh secara bisnis. Ditambah lagi dengan statusnya sebagai role model untuk bisnis franchise kuliner.
“Meski masih boleh melanjutkan bisnis Baba Rafi tetapi masing-masing diwajibkan memulainya dengan entitas baru. Maka saya mendirikan PT Sari Kreasi Boga yang disingkat SKB Food. Sari adalah dari nama saya dan Kreasi Boga merepresentasikan bidang bisnisnya yaitu kreasi makanan,” ungkap Nilamsari.
”Mereka yang menjadi direksi dan komisaris di SKB Food rata-rata berusia muda. Meskipun muda namun mereka penuh pengalaman, memiliki ilmu yang relevan dengan perkembangan zaman, dan berbasis pada data dalam pengambilan keputusan,” jelas Nilamsari.
Direktur Utama SKB Food, Eko Pujianto, menambahkan sejak awal perseroan didirikan pada 2017, pihaknya memang melakukan pembenahan internal dalam rangka penguatan fundamental dan tata kelola yang lebih baik serta prudent.
“Langkah ini kami lakukan supaya mindset perusahaan menjadi lebih baik sebagai sebuah korporasi sehingga langkah ekspansi dan strategis lainnya menjadi lebih terukur,” ujarnya.
Sebab ketika perusahaan tidak dikelola secara profesional maka akan berpotensi terjadi konflik kepentingan ketika ada persoalan internal. Selain itu, dari sisi akuntabilitas dan transparansi, perusaaan keluarga dan UMKM ini biasanya kurang transparan.
“Waktu saya masuk maka saya ubah budaya itu agar pada pemegang saham, komisaris, dan direksi semua paham betul terkait laporan keuangan yang transparan, dan akuntabilitasnya juga bisa dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
“Saat itu pun kami bukan lagi fokus menambah gerai tetapi mulai fokus ke sisi food suply yang mulai dirintis pada 2020 yang di tahun 2021 terus mengalami kenaikan dengan laba bersih melonjak 100% hingga akhirnya kami bisa IPO di tahun 2022,” ujar Eko yang menjadi Dirut termuda perusahaan yang melakukan IPO di Indonesia.
Waralaba Baba Rafi sejauh ini bukan merupakan motor pendapatan SKB Food karena porsi kontribusinya tidak mencapai 10%. Sebesar 90% sumber pendapatan Perseroan bersumber dari supply chain makanan dengan beragam output produk untuk berbagai tipe dan skala pelaku usaha kuliner di Indonesia.
Perseroan membangun rantai distribusi supply bahan baku makanan kepada mitra waralaba yang telah bermitra dengan Perseroan. Dengan adanya potensi rantai distribusi yang telah dibangun, dapat mengembangkan penjualan kepada pangsa pasar selain mitra waralaba seperti hotel, restoran, kafe, traditional market, pemindangan, dan toko kelontong yang tersebar di area Jabodetabek dan seluruh Indonesia.
Adapun waralaba makanan dan minuman yang dimiliki dan dikuasai oleh Perseroan adalah “Kebab Turki Babarafi”, “Container Kebab by Babarafi”, “Smokey Kebab”, “Sueger”, “Kebab Kitchen”, “Babarafi Café”, “Ayam Utuh”, “Jellyta”, “Raffi Express” dan “Ayam Pul”.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Tak hanya itu, Kebab Turki Baba Rafi ini pun berhasil menjadi salah satu UMKM yang berhasil mencatatkan nama usahanya di lantai Bursa Efek Indonesia dengan kode RAFI.
Tidak main-main, dari 948 juta saham atau 30,1?ri total saham yang ditawarkan oleh UMKM makanan dan minuman ini ternyata sangat diminati investor bahkan oversubscribed hingga 75,75 kali setelah melewati masa penawaran umum sejak 1 hingga 3 Agustus 2022.
Penasaran bagaimana perjalanan bisnis UMKM yang bermula dari usaha gerobakan yang awalnya dijalankan oleh dua anak muda berusia 19 tahun ini, hingga mampu berkembang sebesar ini? Berikut Hypeabis rangkum kisah perjalanan jatuh bangunnya.
Baca juga: Cocok Buat Mulai Usaha, Ini 7 Franchise Ayam Geprek yang Lagi Ngetren
1. Bermula dari Gerobakan
Kebab turki Baba Rafi ini pertama kali didirikan pada 2003 oleh Nilamsari Sahadewa dan Hendy Setiono yang saat itu masih belia berusia 19 tahun. Sebagai pasangan, keduanya bersama-sama memulai bisnis kebab di Surabaya dalam bentuk gerobakan dengan modal awal Rp4 juta pada 2003.Seiring berjalannya waktu mereka pun mulai membesarkan usahanya dengan menawarkan skema waralaba pertama kali pada tahun 2005 hingga berkembang pesat dan mencapai lebih dari 300 gerai pada 2007.
Pada perjalanan membangun usaha Baba Rafi yang terus berkembang, Nilamsari lebih banyak memainkan peran di balik layar sebagai konseptor dan innovator sedangkan Hendy muncul di depan sehingga lebih banyak dikenal publik.
2. PT Babarafi Indonesia Ditutup
Di tengah perjalanan, bisnis yang kala itu di bawah bendera usaha PT Babarafi Indonesia ini sempat berada di ujung tanduk seiring dengan berakhirnya usia pernikahan Nilamsari dan Hendy. Bahkan pada akhinya, entitas bisnis PT Babarafi Indonesia pun harus ditutup pada 2017 lalu.Meski demikian, sebagai sebuah brand dan menjadi bagian dari Putusan Pengadilan Agama, merek Baba Rafi tetap dimiliki bersama dengan kesepakatan sebagai berikut:
Nilamsari mengoperasikan Baba Rafi untuk regional Barat mulai dari Aceh di pulau Sumatera sampai Jogjakarta di pulau Jawa di bawah bendera usaha PT Sari Kreasi Boga. Adapun Hendy Setiono mengoperasikan Baba Rafi untuk regional Timur mulai dari Solo di Jawa Tengah sampai Papua di bawah bendera usaha Pt Baba Rafi Internasional (Babarafi Entreprise).
3. Tetap Pakai Brand Kebab Turki Baba Rafi
Meski memiliki masing-masing usaha, tetapi brand Kebab Turki Baba Rafi tetap digunakan. Nilam mengatakan ada dua pertimbangan yang membuat mereka tetap mengibarkan brand Baba Rafi. Pertama, faktor sejarah yang memengaruhi sisi emosional Nilamsari tanpa mengabaikan faktor rasional. ”Saya baru berusia 19 tahun ketika Baba Rafi mulai berdiri. Saya adalah founder dan Hendy juga founder. Tidak ada yang co-founder karena setelah itu juga diperjuangkan bersama,” ucapnya.Kedua, berdasarkan keputusan bisnis, Baba Rafi diyakini masih potensial dan akan terus bertumbuh secara bisnis. Ditambah lagi dengan statusnya sebagai role model untuk bisnis franchise kuliner.
4. SKB Food dan Babarafi Entrepresie Tidak Saling Berkaitan
Meski masih sama-sama menggunakan brand Baba Rafi namun antara SKB Food dengan perusahaan yang dibangun Hendy Setiono yaitu Babarafi Enterprise tidak ada kaitan satu sama lain, tidak terafiliasi dan tidak ada kolaborasi bisnis sejauh ini.“Meski masih boleh melanjutkan bisnis Baba Rafi tetapi masing-masing diwajibkan memulainya dengan entitas baru. Maka saya mendirikan PT Sari Kreasi Boga yang disingkat SKB Food. Sari adalah dari nama saya dan Kreasi Boga merepresentasikan bidang bisnisnya yaitu kreasi makanan,” ungkap Nilamsari.
5. SKB Food Dikelola Profesional Muda
Belajar dari pengalaman, Nilamsari tidak ingin menggunakan cara lama dalam menjalankan usaha bersama SKB Food. Perlu ada perbaikan dari segala sisi terutama tata kelola. Atas dasar itu maka diputuskan bahwa pihaknya merasa perlu melibatkan investor dan para eksekutif muda untuk mengisi berbagai jabatan strategis di perusahaan.”Mereka yang menjadi direksi dan komisaris di SKB Food rata-rata berusia muda. Meskipun muda namun mereka penuh pengalaman, memiliki ilmu yang relevan dengan perkembangan zaman, dan berbasis pada data dalam pengambilan keputusan,” jelas Nilamsari.
Direktur Utama SKB Food, Eko Pujianto, menambahkan sejak awal perseroan didirikan pada 2017, pihaknya memang melakukan pembenahan internal dalam rangka penguatan fundamental dan tata kelola yang lebih baik serta prudent.
“Langkah ini kami lakukan supaya mindset perusahaan menjadi lebih baik sebagai sebuah korporasi sehingga langkah ekspansi dan strategis lainnya menjadi lebih terukur,” ujarnya.
Sebab ketika perusahaan tidak dikelola secara profesional maka akan berpotensi terjadi konflik kepentingan ketika ada persoalan internal. Selain itu, dari sisi akuntabilitas dan transparansi, perusaaan keluarga dan UMKM ini biasanya kurang transparan.
“Waktu saya masuk maka saya ubah budaya itu agar pada pemegang saham, komisaris, dan direksi semua paham betul terkait laporan keuangan yang transparan, dan akuntabilitasnya juga bisa dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
6. SKB Food Resmi IPO
Hasilnya, SKB Food mampu bertransformasi secara cepat, adaptif terhadap dinamika yang terjadi sehingga mampu tetap tumbuh ditengah pandemi Covid-19. Keberhasilan ini juga membawa SKB Food siap untuk menjadi perusahaan publik dengan melakukan penawaran saham perdana (IPO) dan kelak menjadi pelopor UMKM yang mampu mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).“Saat itu pun kami bukan lagi fokus menambah gerai tetapi mulai fokus ke sisi food suply yang mulai dirintis pada 2020 yang di tahun 2021 terus mengalami kenaikan dengan laba bersih melonjak 100% hingga akhirnya kami bisa IPO di tahun 2022,” ujar Eko yang menjadi Dirut termuda perusahaan yang melakukan IPO di Indonesia.
Waralaba Baba Rafi sejauh ini bukan merupakan motor pendapatan SKB Food karena porsi kontribusinya tidak mencapai 10%. Sebesar 90% sumber pendapatan Perseroan bersumber dari supply chain makanan dengan beragam output produk untuk berbagai tipe dan skala pelaku usaha kuliner di Indonesia.
Perseroan membangun rantai distribusi supply bahan baku makanan kepada mitra waralaba yang telah bermitra dengan Perseroan. Dengan adanya potensi rantai distribusi yang telah dibangun, dapat mengembangkan penjualan kepada pangsa pasar selain mitra waralaba seperti hotel, restoran, kafe, traditional market, pemindangan, dan toko kelontong yang tersebar di area Jabodetabek dan seluruh Indonesia.
Adapun waralaba makanan dan minuman yang dimiliki dan dikuasai oleh Perseroan adalah “Kebab Turki Babarafi”, “Container Kebab by Babarafi”, “Smokey Kebab”, “Sueger”, “Kebab Kitchen”, “Babarafi Café”, “Ayam Utuh”, “Jellyta”, “Raffi Express” dan “Ayam Pul”.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.