Ilustrasi subvarian Covid-19 varian Omicron. (Sumber gambar : Unsplash/Fusion Medical Animation)

Ternyata Subvarian Omicron Ini yang Bikin Kasus Covid-19 Naik Lagi

07 August 2022   |   06:47 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Like
Kasus virus corona di Indonesia kembali meningkat dalam sepekan terakhir. Menurut data Satgas Penanganan Covid-19, pada Sabtu (6/8/2022), terdapat tambahkan 5.827 kasus positif baru SARS-CoV-2 di Indoensia. Kenaikan jumlah kasus ini tidak terlepas dari peran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut “Si Kembar” BA.4 dan BA.5 yang menjadi penyebab terjadinya gelombang Covid-19 di dunia, termasuk Indonesia saat ini.

“BA.2.75 yang diperkirakan memperburuk situasi, belum bisa mengalahkan BA.5. BA.5 menjadi faktor pemicu perburukan situasi,” tegas Dicky kepada Hypeabis.id, belum lama ini.

Data menguatkan bahwa BA.5 punya kemampuan lebih dari Delta dari sisi kecepatan penularan, kemampuan infeksi, dan potensi keparahan yang mirip dengan Delta. Subvarian Omicron ini kata Dicky bisa bereplikasi dan memperburuk organ paru. 

Baca jugaDosis Keempat Vaksin AstraZeneca 73 Persen Cegah Covid-19 Varian Omicron

“Kelebihan lain dia mereinfeksi, bahkan 1 bulan pasca sembuh bisa terinfeksi lagi, kemudian kemampuan menembus barikade antibodi yang ditimbulkan vaksin. Dia mendominasi menyebabkan peningkatan kasus di banyak negara termasuk Indonesia,” tuturnya.

Dengan modal imunitas yang dimiliki masyarakat saat ini, memang timbul kesan BA.4 dan BA.5 adalah subvarian yang lebih ringan. Namun apabila  menimpa kelompok yang belum divaksinasi, atau menurun vaksinasinya, Dicky menegaskan ini bisa berakibat fatal dan menyebabkan kematian. “Indonesia bisa gagal melindungi kelompok rawan seperti lansia dan komorbid,” imbuhnya.

Oleh karena itu, sejak awal Dicky menyarankan sejak awal, menjelang gelombang BA.4 dan BA.5, pemerintah ada baiknya melindungi kelompok rawan dengan booster kedua atau dosis keempat. 

Setiap varian atau subvarian baru strateginya selalu sama, yakni deteksi dini, surveilans, 5M, dan vaksinasi. Adapun menurut Dicky yang menjadi masalah saat ini, peran intervensi dari strategi tadi menurun jauh karena masyarakat banyak yang merasa aman semu, ditambah ada dorongan ekonomi dan politik. 

“Ini yang perlu diperbaiki karena ini akan memperburuk situasi, membuat ongkos jadi lebih besar. Banyak yang terinfeksi, belum bicara Long Covid. Harus lebih ketat lagi. Ini bukan gelombang terakhir, bukan subvarian atau varian terakhir,” jelas Dicky mengingatkan. 


Waspada Subvarian Baru

Terpisah, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (ID) Zubairi Djoerban juga berpendapat bahwa subvarian Covid-19 yang mendominasi menyebabkan terjadinya lonjakan kasus adalah BA.5, diikuti BA.4. Kemudian, subvarian baru yakni BA.4.6.

Baca jugaMeski Gejala Ringan, Subvarian Omicron BA.4 & BA.5 Tetap Perlu Diwaspadai

“Varian baru BA.4.6 lebih prevalensi sekitar 10,47 persen di empat negara bagian Amerika. Sekarang terdeteksi  di 44 negara. Sekarang perhatian dunia beralih ke varian baru BA.4.6,” jelasnya. 

Untuk Indonesia, mirip sebagian besar negara lain. Varian virus yang menjadi mayoritas menurutnya adalah BA.5. “Memang ada kecenderungan naik kalau melihat positivity rate, melihat keterisian di RS rujukan. Di beberapa tempat lebih dari 14 persen. BA.5 yang sekarang menjadi lebih serius,” jelasnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)


Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

6 Strategi Jitu Bawa Brand Lokal ke Pasar Global

BERIKUTNYA

Wisata Medis Orthopedi dan Tulang Belakang Hadir di Pekanbaru

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: