Ibu Menyusui Berisiko Tularkan Monkeypox pada Bayi
06 August 2022 |
12:26 WIB
Penularan cacar monyet atau monkeypox dapat terjadi lewat kontak erat antar manusia yang memiliki ruam monkeypox, termasuk melalui kontak tatap muka, kulit ke kulit, mulut ke mulut atau mulut ke kulit. Kondisi ini secara khusus perlu diperhatikan oleh ibu menyusui.
Ketua Satgas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Hanny Nilasari menerangkan dalam sebuah jurnal, ibu yang terinfeksi monkeypox, bisa menularkan kepada anaknya karena adanya kontak kulit dengan kulit.
“Pada ibu yang menyusui, apakah bisa tetap menyusui? Tentu tidak ya karena kontak kulit dengan kulit, itu harus dihindari. Ibu harus diisiolasi kalau terinfeksi monkepox,” jelasnya dalam konferensi pers, Jumat (6/8/2022).
Baca juga: Punya Gejala Khas, Ini Perbedaan Monkeypox Dengan Cacar Air
Dokter Spesialis Kulit Arini Astasari Widodo menerangkan virus cacar monyet dapat ditularkan ke janin selama kehamilan atau ke bayi baru lahir melalui kontak dekat selama dan setelah kelahiran.
Komplikasi pada kehamilan yang telah dilaporkan pada kasus infeksi monkeypox selama kehamilan diantaranya dapat terjadi keguguran spontan dan lahir mati pada bayi, persalinan prematur, hingga infeksi monkeypox pada bayi baru lahir. “Frekuensi dan faktor risiko untuk tingkat keparahan komplikasi pada kehamilan belum diketahui,” jelasnya kepada Hypeabis.id.
Bagi ibu yang baru melahirkan namun tertular monkeypox, Arini menjelaskan bahwa virus ini disebarkan melalui kontak dekat dan infeksi pada neonatus atau bayi baru lahir mungkin parah.
Oleh karena itu, dia menyarankan agar menyusui harus ditunda sampai kriteria penghentian isolasi terpenuhi. Artinya, semua lesi telah sembuh, keropeng telah terlepas, dan lapisan baru bekas cacar air telah terpenuhi, dan kulit utuh telah terbentuk.
Beberapa orang yang sedang menyusui, menurutnya memerlukan dukungan tambahan dari penyedia laktasi untuk memulai dan mempertahankan produksi air susu ibu (ASI), dan menghindari infeksi payudara saat lesi cacar monyet sedang dalam masa penyembuhan.
Sejauh ini, tidak diketahui apakah virus monkeypox mengontaminasi ASI. Dia menyarankan ASI yang dikeluarkan dari pasien yang simtomatik atau terisolasi harus dibuang saat penundaan menyusui.
Untuk menghindari bayi terkena virus monkeypox secara tidak sengaja, pengasuh yang sehat dapat memberi ASI donor yang dipasteurisasi atau susu formula bayi.
“Orang yang menyusui harus berbicara dengan penyedia layanan kesehatan untuk menentukan apakah lesi mereka telah sembuh dan mereka dapat melanjutkan menyusui langsung atau memberi ASI perah,” saran Arini.
Cacar monyet adalah penyakit langka yang disebabkan oleh virus monkeypox. Virus ini merupakan bagian dari genus orthopoxvirus, yang termasuk virus penyebab penyakit cacar. Monkeypox merupakan penyakit zoonosis, artinya bisa menular dari hewan ke manusia, dan sebaliknya. Bisa juga menular dari satu manusia ke manusia lainnya.
Gejala awal infeksi virus ini termasuk demam, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, dan pembesaran kelenjar getah bening. Setelah 1 sampai 2 hari, lesi mukosa berkembang di mulut, diikuti oleh lesi kulit pada wajah dan lengan, serta tungkai, termasuk telapak tangan dan telapak kaki.
Lesi menyebar dimulai dari batang tubuh selama 1 hingga 2 hari dan kemudian meluas ke tangan serta kaki. Sebelumnya, Arini menerangkan bahwa ruam mungkin atau mungkin tidak menyebar ke seluruh tubuh, dan jumlah total lesi dapat bervariasi dari sejumlah kecil hingga ribuan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Ketua Satgas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Hanny Nilasari menerangkan dalam sebuah jurnal, ibu yang terinfeksi monkeypox, bisa menularkan kepada anaknya karena adanya kontak kulit dengan kulit.
“Pada ibu yang menyusui, apakah bisa tetap menyusui? Tentu tidak ya karena kontak kulit dengan kulit, itu harus dihindari. Ibu harus diisiolasi kalau terinfeksi monkepox,” jelasnya dalam konferensi pers, Jumat (6/8/2022).
Baca juga: Punya Gejala Khas, Ini Perbedaan Monkeypox Dengan Cacar Air
Dokter Spesialis Kulit Arini Astasari Widodo menerangkan virus cacar monyet dapat ditularkan ke janin selama kehamilan atau ke bayi baru lahir melalui kontak dekat selama dan setelah kelahiran.
Komplikasi pada kehamilan yang telah dilaporkan pada kasus infeksi monkeypox selama kehamilan diantaranya dapat terjadi keguguran spontan dan lahir mati pada bayi, persalinan prematur, hingga infeksi monkeypox pada bayi baru lahir. “Frekuensi dan faktor risiko untuk tingkat keparahan komplikasi pada kehamilan belum diketahui,” jelasnya kepada Hypeabis.id.
Bagi ibu yang baru melahirkan namun tertular monkeypox, Arini menjelaskan bahwa virus ini disebarkan melalui kontak dekat dan infeksi pada neonatus atau bayi baru lahir mungkin parah.
Ilustrasi monkeypox (Sumber gambar : Freepik)
Beberapa orang yang sedang menyusui, menurutnya memerlukan dukungan tambahan dari penyedia laktasi untuk memulai dan mempertahankan produksi air susu ibu (ASI), dan menghindari infeksi payudara saat lesi cacar monyet sedang dalam masa penyembuhan.
Sejauh ini, tidak diketahui apakah virus monkeypox mengontaminasi ASI. Dia menyarankan ASI yang dikeluarkan dari pasien yang simtomatik atau terisolasi harus dibuang saat penundaan menyusui.
Untuk menghindari bayi terkena virus monkeypox secara tidak sengaja, pengasuh yang sehat dapat memberi ASI donor yang dipasteurisasi atau susu formula bayi.
“Orang yang menyusui harus berbicara dengan penyedia layanan kesehatan untuk menentukan apakah lesi mereka telah sembuh dan mereka dapat melanjutkan menyusui langsung atau memberi ASI perah,” saran Arini.
Cacar monyet adalah penyakit langka yang disebabkan oleh virus monkeypox. Virus ini merupakan bagian dari genus orthopoxvirus, yang termasuk virus penyebab penyakit cacar. Monkeypox merupakan penyakit zoonosis, artinya bisa menular dari hewan ke manusia, dan sebaliknya. Bisa juga menular dari satu manusia ke manusia lainnya.
Gejala awal infeksi virus ini termasuk demam, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, dan pembesaran kelenjar getah bening. Setelah 1 sampai 2 hari, lesi mukosa berkembang di mulut, diikuti oleh lesi kulit pada wajah dan lengan, serta tungkai, termasuk telapak tangan dan telapak kaki.
Lesi menyebar dimulai dari batang tubuh selama 1 hingga 2 hari dan kemudian meluas ke tangan serta kaki. Sebelumnya, Arini menerangkan bahwa ruam mungkin atau mungkin tidak menyebar ke seluruh tubuh, dan jumlah total lesi dapat bervariasi dari sejumlah kecil hingga ribuan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.