Ilustrasi mikroplastik (Sumber gambar: Laman Citarum Harum Juara)

Sampah Mikroplastik Bikin Ambyar Muara Sungai Menuju Teluk Jakarta

05 August 2022   |   10:35 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Sampah plastik yang meningkat akibat limbah medis selama pandemi Covid-19 menimbulkan permasalahan yang cukup serius. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan bahwa mikroplastik di muara sungai menuju Teluk Jakarta mengalami peningkatan selama pandemi Covid-19.

Hal itu diungkapkan oleh BRIN melalui Pusat Riset Oseanografi dalam jurnal Marine Pollution Bulletin berjudul Seasonal heterogeneity and a link to precipitation in the release of microplastic during Covid-19 outbreak from the Greater Jakarta area to Jakarta Bay, Indonesia.

Hasil monitoring sampah plastik ukuran mikroskopik (mikroplastik) semasa pandemi itu merupakan riset kolaborasi peneliti BRIN yang dikoordinasi oleh M. Reza Cordova, dengan Universitas Terbuka, Universitas Sumatera Utara, IPB University dan University of Portsmouth (United Kingdom).

Baca juga: Sampah Antariksa China Jatuh di Samudera Hindia, Masih ada Ribuan Puing di Luar Angkasa

Riset itu menyimpulkan bahwa mikroplastik yang terindikasi dari sampah alat pelindung diri (APD) dari muara sungai menuju Teluk Jakarta semasa pandemi Covid-19 mengalami peningkatan yang signifikan, terutama pada saat curah hujan tinggi.

Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN, M. Reza Cordova, memaparkan secara proporsi, terdapat peningkatan mikroplastik bentuk benang yang terindikasi memiliki bentuk asal dan jenis komposisi kimia yang sama dengan masker medis.

"Dari sebelumnya hanya sekitar 3 persen sesaat setelah ditemukannya kasus Covid-19 pertama di Indonesia, hingga akhirnya proporsi mikroplastik tersebut meningkat 10 kali lipat pada Desember 2020,” paparnya dalam keterangannya yang diterima Hypeabis.id, Jumat (5/8/2022).

Riset monitoring mikroplastik di muara sungai ini juga mencatat kelimpahannya yang lebih tinggi di wilayah pesisir timur Teluk Jakarta dibandingkan pesisir bagian barat. Dari 9 muara sungai yang diteliti di Kawasan Jabodetabek, mikroplastik ditemukan pada semua muara sungai yang diteliti.

Reza memaparkan peningkatan mikroplastik yang ditemukan ada pada kisaran 4,29 hingga 23,49 partikel mikroplastik per 1.000 liter air sungai dengan rata-rata 9.02 partikel per 1.000 liter air sungai yang bergerak menuju perairan Teluk Jakarta.

"Penambahan mikroplastik paling tinggi ditemukan pada musim hujan yakni rata-rata 9.02 partikel per 1.000 liter air sungai, sedangkan paling rendah ditemukan pada musim kemarau yakni 8.01 partikel per 1.000 liter air sungai," jelasnya.
 

Ilustrasi laut yang tercemar (Sumber gambar: Naja Bertolt Jensen/Unsplash)

Ilustrasi laut yang tercemar (Sumber gambar: Naja Bertolt Jensen/Unsplash)


Dengan hasil riset ini, Reza pun berharap bahwa peningkatan konsentrasi mikroplastik di lingkungan mendorong perbaikan pengelolaan sampah sekali pakai.

Menurutnya, hal itu bisa diwujudkan melalui implementasi dari aturan yang ketat, pemberian sosialisasi dan pemahaman publik, termasuk diperlukannya mempromosikan metode pembuangan yang benar dan perubahan sistemik dalam pengelolaan sampah plastik, khususnya plastik sekali pakai.

Mengingat kondisi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, dia pun mengajak masyarakat untuk turut berperan dalam menjaga kesehatan lingkungan, terutama terkait pembuangan sampah APD, dalam hal ini sampah masker yang biasa dipakai sehari hari.
 

Bahaya Mikroplastik

Sampah mikroplastik merupakan sampah berukuran kecil yang biasa ukurannya sekitar 1 mikrometer hingga 5 milimeter. Mikroplastik ini berasal dari penguraian sampah plastik yang ukurannya lebih besar, di mana nantinya sampah plastik tersebut tidak akan pernah terurai dengan sempurna sehingga menghasilkan sampah mikroplastik.

Sebagian besar dari sampah itu pun nantinya akan berakhir di laut. Peneliti dari Pusat Riset Geoteknologi BRIN, Dwi Amanda Utami, mengatakan rasio jumlah plastik terhadap ikan di laut pda 2025 adalah 1:3. Akan tetapi, pada 2050 diperkirakan jumlah sampah akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ikan di laut, yang dapat diperparah dengan tindakan overfishing.

Menurut Amanda, keberadaan sampah plastik di laut tersebut dapat membunuh berbagai biota, merusak ekosistem, bahkan membahayakan kegiatan navigasi perkapalan apabila sampah-sampah itu tersangkut di baling-baling.

Faktanya, jumlah sampel ikan di Indonesia yang mengandung mikroplastik bahkan 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan Amerika. Keberadaan mikroplastik di dalam perut ikan dan sumber air tawar dapat menjadi jalan masuk ke tubuh manusia.

"Mikroplastik mengandung berbagai zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan. Plastik dapat menyerap bahan kimia berbahaya yang terlarut dalam air dan semakin kecil ukuran plastik, dia akan semakin efisien dalam mengakumulasi toksin," katanya dilansir dari laman resmi Institut Teknologi Bandung (ITB).

Baca juga: Muncul Petisi Citayam Fashion Week, Bahas Sampah Hingga HAKI

Dia menambahkan bahwa polusi udara juga mengandung mikroplastik yang dapat terakumulasi di saluran pernapasan dan paru-paru, sehingga akan mengganggu sistem pernafasan.  Potensi bahaya mikroplastik lainnya pada kesehatan manusia adalah memicu pertumbuhan tumor, penghambat sistem imun, dan mengganggu sistem reproduksi. 

Editor: Fajar Sidik 
 

SEBELUMNYA

Pengabdi Setan 2: Communion Tembus 500.000 Penonton Pada Hari Pertama

BERIKUTNYA

Uji Nyali di Lokasi Syuting Pengabdi Setan 2: Communion, Rumah Susun yang Terbengkalai 15 Tahun

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: