anak yang kemampuan bahasa ekspresifnya belum berkembang dan bahasa reseptifnya juga masih terbatas terkadang akan menghadapi kesulitan dalam menyampaikan keinginan. (sumber gambar ilustrasi: pexels/pixabay)

4 Cara Memenuhi Kebutuhan Belajar Anak dengan Speech Delay di Sekolah

02 August 2022   |   11:02 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Anak-anak dengan speech delay atau kondisi keterlambatan berbicara memiliki kebutuhan yang berbeda dengan anak yang tidak mengalami kondisi tersebut. Tidak terkecuali untuk keperluannya saat harus belajar di sekolah, yang perlu perhatian dan penanganan lebih. 

Muthia Devita, Program Manager Sekolah Cikal, menuturkan bahwa terdapat empat cara memenuhi kebutuhan belajar buah hati yang mengalami kondisi keterlambatan berbicara saat belajar di sekolah. Mulai dari cara pemberian instruksi sampai dengan kehadiran aktivitas yang dapat menstimulasi.

Baca Juga : Perhatikan Hal Ini dalam Memilih Sekolah untuk Anak Speech Delay 

Pertama adalah penggunaan bahasa sederhana dan artikulasi yang jelas. Guru dan pendamping perlu memberikan perhatian terkait dengan hal ini. Selain itu, beri waktu juga bagi anak untuk memproses instruksi yang diterima sampai sang anak menunjukkan respons yang diharapkan.

Kedua, sekolah perlu memberikan pembelajaran berbasis kontekstual agar orang tua dan anak dapat melakukan refleksi bersama saat proses belajar dalam jaringan (daring) atau campuran dilakukan oleh sekolah.

Pemberian tugas dan materi belajar, lanjutnya, sebaiknya terkait dengan kehidupan sehari-hari sehingga orang tua dan anak dapat me-review tugas dan materi belajar saat berada di rumah.
“Berikan kesempatan kepada anak untuk menirukan kembali kata yang orang tua sebutkan.” tuturnya.

Ketiga adalah mengatur ruang belajar dan kelompok belajar. Dia menuturkan sekolah perlu mengatur ruang belajar yang nyaman dan minim gangguan agar anak lebih fokus dalam mendengarkan dan memperhatikan. Sekolah, katanya, juga dapat menggunakan media visual atau gambar untuk membantu murid mengkomunikasikan keinginan
 
Keempat, kata Muthia, adalah dengan melakukan pelatihan bahasa ekspresif dalam memberikan stimulasi oral bagi anak. Contoh stimulasi tersebut adalah dengan bermain meniup gelembung balon, peluit, dan sebagainya.

Baca Juga : Speech Delay Ternyata Berdampak pada Psikologis Anak  

Dia menuturkan bahwa anak yang kemampuan bahasa ekspresifnya belum berkembang dan bahasa reseptifnya masih terbatas, terkadang akan menghadapi kesulitan dalam menyampaikan keinginan. Kondisi tersebut, dapat membuat murid merasa kesal dan tantrum karena belum dapat menyampaikan keinginan.
 

Faktor Keterlambatan Bicara 

Sebelumnya, dia menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang memengaruhi anak mengalami keterlambatan berbicara. Pertama, orang tua kurang memberikan stimulasi bahasa dan terlalu banyak memberikan screen time pada anak seperti bermain gawai, menonton televisi, dan minim interaksi antara anak dan orang tua.

Kedua, ada gangguan/kondisi medis tertentu pada sistem neurologis yang dapat berpengaruh pada otot-otot berbicara. Ketiga, adanya gangguan/hambatan lain seperti autisme atau  ADHD. Anak dengan autisme, lanjutnya, memiliki masalah bahasa dan interaksi sosial.

Dalam mengawasi pengembangan diri anak sejak dini, lanjutnya, orang tua perlu memperhatikan dan fokus untuk melakukan aktivitas yang lebih lekat terhadap pengembangan pemerolehan bahasa dan komunikasi anak.

Baca Juga : Si Kecil Alami Speech Delay? Ini yang Perlu Dilakukan oleh Orang Tua 

Dalam sebuah rilis yang diterima Hypeabis.id, Departemen Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Ciptomangunkusumo mencatat bahwa dari 1.125 jumlah kunjungan pasien anak, sebesar 10,13 persen terdiagnosis keterlambatan bicara dan bahasa.

Di Indonesia, lanjutnya, prevalensi keterlambatan bicara pada anak prasekolah berada pada angka persentase antara 5 persen sampai 10 persen. Dia menyatakan bahwa keterlambatan bicara yang terjadi pada anak-anak semakin meningkat dari waktu ke waktu. 

Ketua Umum Ikatan Terapis Wicara Indonesia (Ikatwi) Waspada menilai masalah speech delay lebih dahsyat dari Covid-19. Menurutnya, satu dari lima anak menggunakan kata-kata lebih lambat dari anak-anak lain yang seusia. Kondisi ini akan membuat anak menunjukkan masalah perilaku karena merasa frustasi ketika tidak dapat mengungkapkan kebutuhan atau keinginannya.

Editor : Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Jangan Takut Vaksin! Efek Samping Covid Arm Tidak Berbahaya

BERIKUTNYA

Boyband Jepang BE:FIRST Rilis Scream, Single Pembuka Debut Album

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: