Berpapasan dengan Teman tetapi Tidak Menyapa, Jangan-jangan Kalian Pasif-Agresif, Yuk Kenali 5 Tandanya
13 July 2022 |
18:50 WIB
Pasif, eh tetapi kok agresif. Kedua karakter tersebut sangat bertolak belakang, tetapi bisa bergabung menjadi sebuah sifat baru seorang manusia. Sebuah sifat yang tanpa disadari bisa dimiliki siapa saja, dan menjadi sumber masalah dalam kehidupan sosial.
Di dalam pergaulan sosial, terutama lingkungan kerja, sangatlah mudah mendeteksi orang-orang dengan karakter agresif. Sebab, mereka cenderung mudah meluapkan emosi; misalnya mengejek, menghina, atau mengkritik secara frontal.
Memang tidak enak rasanya jika bermasalah dengan mitra kerja yang agresif. Namun, setidaknya Anda tahu mengapa mereka meledak-ledak dan alasan Anda dibuat sakit hati. Sebab, sinyal emosi yang disampaikan oleh orang agresif dapat terbaca secara gamblang.
Baca juga: 5 Manfaat Tertawa untuk Kesehatan Fisik dan Mental
Namun, ada kalanya Anda harus berkonflik dengan para kolega yang lebih ‘misterius’. Saat bermasalah dengan mereka, Anda tidak akan ‘diserang’ blakblakan. Bahkan, mereka akan mengatakan kalau semua baik-baik saja. Seolah-olah mereka menunjukkan sikap pasif. Lalu, hal-hal janggal mulai terjadi.
Misalnya; saat berpapasan, mereka tidak menyapa Anda. Padahal katanya tidak ada masalah apa-apa. Anda pun dibuat merasa tidak nyaman, canggung, dan merasa bersalah; tanpa tahu apa sebenarnya yang menjadi permasalahan.
Jika Anda pernah menemui situasi semacam itu di lingkungan kerja, besar kemungkinan Anda tengah berhadapan dengan kolega yang berkarakter pasifagresif.
Ada lima karakter atau gejala utama seseorang yang memiliki sifat pasif-agresif. Anda dapat mengenalinya untuk mendeteksi apakah ada seseorang di lingkungan kerja Anda yang memiliki sifat tersebut. Atau jangan-jangan Anda sendiri termasuk di dalamnya.
“Sebenarnya ini sifat agresif, karena sinyal emosi yang dilontarkan sangat eksplisit. Terang-terangan Anda didiamkan. Namun, orang pasif-agresif akan melakukannya dengan lebih ‘diam-diam’ seperti purapura tidak lihat saat berpapasan, pura-pura tidak dengar saat Anda mengungkapkan ide di rapat, atau pura-pura sedang fokus pada hal lain saat diajak bicara,” papar Berit di dalam bukunya yang terbit pada 2015 itu.
“Oke, terima kasih ya, kamu sudah menyelesaikan tugas dengan baik.” Lalu menambahkan, “Tapi belum sebaik punya si A.”
“Misalnya di tempat kerja. Mereka akan mengeluh soal apapun mulai dari atasan, rekan kerja, hingga pekerjaan; dan tidak merespons canda rekan kerjanya. Akhirnya, suasana menjadi tidak nyaman tanpa kita tahu mengapa orang tersebut marah,” lanjut Berit.
“Misalnya; saat mereka kedapatan bersalah, mereka tetap akan mempertahankan argumen dan posisinya ketika disalahkan. Sekalipun mereka tahu mereka salah. Mereka sengaja melakukannya untuk menjatuhkan mental atau membuat lawannya sebal.”
“Orang pasif-agresif cenderung suka menundanunda. Mereka tidak mengerti skala prioritas. Mereka selalu punya alasan untuk menghindari tugas. Hal ini bisa terjadi tidak hanya di lingkungan pekerjaan, tetapi juga hubungan pertemanan atau asmara,” jelas Berit.
Sebenarnya, sifat pasif-agresif bisa muncul karena rasa cemburu, iri, maupun gangguan kejiwaan. Akan tetapi, pada beberapa kasus, sifat pasif-agresif bisa merupakan hasil efek samping dari kesalahan dosis obat-obatan anti-psychotic.
Cara paling efektif justru adalah dengan mengabaikan perilaku negatif mereka dan berpurapura tidak memperhatikannya. Sebab, jika mereka merasa agresi mereka tidak memengaruhi Anda, mereka akan berhenti dengan sendirinya.
Apabila mengabaikan mereka saja tidak cukup, karena sikap mereka sudah sangat menyakiti perasaan Anda, cara yang paling disarankan adalah sebisa mungkin tidak usah berhubungan lagi dengan orang tersebut.
Baca juga: Waspada! 5 Kebiasaan Ini Mengancam Kesehatan Mental
Jika Anda sudah terlalu jengah dengan sikap pasifagresif orang tersebut, berinteraksilah seminimal mungkin dengannya. Komunikasi hanya sebatas pada persoalan profesional. Hal ini akan mencegah mereka melakukan agresi lebih lanjut pada Anda.
Editor: Dika Irawan
Di dalam pergaulan sosial, terutama lingkungan kerja, sangatlah mudah mendeteksi orang-orang dengan karakter agresif. Sebab, mereka cenderung mudah meluapkan emosi; misalnya mengejek, menghina, atau mengkritik secara frontal.
Memang tidak enak rasanya jika bermasalah dengan mitra kerja yang agresif. Namun, setidaknya Anda tahu mengapa mereka meledak-ledak dan alasan Anda dibuat sakit hati. Sebab, sinyal emosi yang disampaikan oleh orang agresif dapat terbaca secara gamblang.
Baca juga: 5 Manfaat Tertawa untuk Kesehatan Fisik dan Mental
Namun, ada kalanya Anda harus berkonflik dengan para kolega yang lebih ‘misterius’. Saat bermasalah dengan mereka, Anda tidak akan ‘diserang’ blakblakan. Bahkan, mereka akan mengatakan kalau semua baik-baik saja. Seolah-olah mereka menunjukkan sikap pasif. Lalu, hal-hal janggal mulai terjadi.
Misalnya; saat berpapasan, mereka tidak menyapa Anda. Padahal katanya tidak ada masalah apa-apa. Anda pun dibuat merasa tidak nyaman, canggung, dan merasa bersalah; tanpa tahu apa sebenarnya yang menjadi permasalahan.
Jika Anda pernah menemui situasi semacam itu di lingkungan kerja, besar kemungkinan Anda tengah berhadapan dengan kolega yang berkarakter pasifagresif.
Tanda-tanda Pasif-Agresif
Dikutip dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 18 Desember 2016, tipe orang seperti mereka memang cenderung lebih sulit terdeteksi dibandingkan tipe agresif. Di dalam bukunya yang berjudul The Superhuman Mind: How to Unleash Your Inner Genius, psikolog Berit Brogaard dan Kristian Marlow menjelaskan pasif-agresif adalah tendensi untuk mengungkapkan ekspresi/emosi negatif secara tidak langsung atau implisit.Ada lima karakter atau gejala utama seseorang yang memiliki sifat pasif-agresif. Anda dapat mengenalinya untuk mendeteksi apakah ada seseorang di lingkungan kerja Anda yang memiliki sifat tersebut. Atau jangan-jangan Anda sendiri termasuk di dalamnya.
1. Sikap mendiamkan
Ini adalah tanda-tanda paling umum dari seorang pasif-agresif. Saat berkonflik, mereka cenderung mengabaikan atau mendiamkan lawannya. Mereka menolak merespons pembicaraan lawannya atau bahkan menganggap mereka tidak ada.“Sebenarnya ini sifat agresif, karena sinyal emosi yang dilontarkan sangat eksplisit. Terang-terangan Anda didiamkan. Namun, orang pasif-agresif akan melakukannya dengan lebih ‘diam-diam’ seperti purapura tidak lihat saat berpapasan, pura-pura tidak dengar saat Anda mengungkapkan ide di rapat, atau pura-pura sedang fokus pada hal lain saat diajak bicara,” papar Berit di dalam bukunya yang terbit pada 2015 itu.
2. Ejekan halus
Orang pasif-agresif biasanya menghina dengan bahasa yang bias untuk menjatuhkan mental lawan. Misalnya, kalimat mereka seolah-olah bernada memberikan pujian, tetapi jika ditelaah kembali sebenarnya intinya adalah sebuah ejekan. Contohnya; Anda merasa ada atasan yang sentimen tanpa tahu apa kesalahan Anda. Saat menyerahkan tugas kepadanya, dia merespons,“Oke, terima kasih ya, kamu sudah menyelesaikan tugas dengan baik.” Lalu menambahkan, “Tapi belum sebaik punya si A.”
3. Cemberut
Rasanya tidak nyaman jika berada di dekat orang-orang yang mudah ngambek, suka menggerutu, cemberut, atau moody. Itu adalah tandatanda lain dari orang pasif-agresif. Mereka selalu membuat suasana menjadi canggung dan tidak nyaman.“Misalnya di tempat kerja. Mereka akan mengeluh soal apapun mulai dari atasan, rekan kerja, hingga pekerjaan; dan tidak merespons canda rekan kerjanya. Akhirnya, suasana menjadi tidak nyaman tanpa kita tahu mengapa orang tersebut marah,” lanjut Berit.
4. Keras kepala
Orang pasif-agresif biasanya menunjukkan sikap keras kepala secara tidak langsung sebagai bentuk pertahanan diri. Biasanya mereka menunjukkan sikap ini ketika berhadapan dengan orang yang menyinggung egonya.“Misalnya; saat mereka kedapatan bersalah, mereka tetap akan mempertahankan argumen dan posisinya ketika disalahkan. Sekalipun mereka tahu mereka salah. Mereka sengaja melakukannya untuk menjatuhkan mental atau membuat lawannya sebal.”
5. Gagal menyelesaikan tugas
Kecenderungan orang pasif-agresif adalah menghindari tugas yang harus diselesaikan. Mereka akan melimpahkan tanggung jawabnya kepada orang lain atau menerima tugas, tetapi tidak menyelesaikan tepat waktu.“Orang pasif-agresif cenderung suka menundanunda. Mereka tidak mengerti skala prioritas. Mereka selalu punya alasan untuk menghindari tugas. Hal ini bisa terjadi tidak hanya di lingkungan pekerjaan, tetapi juga hubungan pertemanan atau asmara,” jelas Berit.
Sebenarnya, sifat pasif-agresif bisa muncul karena rasa cemburu, iri, maupun gangguan kejiwaan. Akan tetapi, pada beberapa kasus, sifat pasif-agresif bisa merupakan hasil efek samping dari kesalahan dosis obat-obatan anti-psychotic.
Lalu, bagaimana cara menanggulangi orang pasifagresif?
Jangan menasehati mereka. Hal itu akan sangat menyinggung egonya dan mereka bisa membalas Anda dengan lebih menyakitkan. Sebab, sebenarnya orang pasif-agresif sudah tahu soal sifat mereka.Cara paling efektif justru adalah dengan mengabaikan perilaku negatif mereka dan berpurapura tidak memperhatikannya. Sebab, jika mereka merasa agresi mereka tidak memengaruhi Anda, mereka akan berhenti dengan sendirinya.
Apabila mengabaikan mereka saja tidak cukup, karena sikap mereka sudah sangat menyakiti perasaan Anda, cara yang paling disarankan adalah sebisa mungkin tidak usah berhubungan lagi dengan orang tersebut.
Baca juga: Waspada! 5 Kebiasaan Ini Mengancam Kesehatan Mental
Jika Anda sudah terlalu jengah dengan sikap pasifagresif orang tersebut, berinteraksilah seminimal mungkin dengannya. Komunikasi hanya sebatas pada persoalan profesional. Hal ini akan mencegah mereka melakukan agresi lebih lanjut pada Anda.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.