Suasana di Pulau Koh salah satu pulau di Raja Ampat, Papua Barat. (sumber gambar: JIBI/IZ)

Menatap Raja Ampat dari Piaynemo

13 July 2022   |   18:12 WIB

Ayo, kita jalan agak ke sana. Di sana terumbu karang dan ikannya bagus sekali. Tanpa perlu dikomando dua kali, saya dan sejumlah rekan media dari Jakarta langsung turun dari speed boat yang sandar di Pulau Koh. Siang 3 Juni 2015 itu cuaca di salah satu pulau di Raja Ampat, Papua Barat, agak mendung dan gerimis.

Pulau yang dimaksud Mario, pemilik speed boat yang merangkap pemandu wisata, cukup unik. Di sisi yang kami darati, ada bagian yang disebut ‘pasir timbul’ dengan area lumayan luas. Itu sebenarnya pantai (pulau) ketika air laut surut.

Setelah menyesuaikan diri sekadarnya dengan kondisi setempat, kami langsung berjalan ke tepi pantai pasir timbul untuk snorkeling. Harus ekstra hati-hati melangkah karena banyak  terumbu karang yang bisa melukai telapak kaki.

Baca juga: Gugusan Pulau Kabui, Sisi Lain Surga Raja Ampat di Papua Barat

Sungguh elok pemandangan bawah lautnya. Terumbu karang berbagai bentuk dan ukuran serta ikan warna warni langsung memanjakan mata. Dengan kontur pantai yang melandai, sebaiknya snorkeling dilakukan tidak jauh-jauh dari pasir timbul agar tidak terbawa arus laut dalam yang cukup kuat.

Lebih dari satu jam kami berada di pulau itu. Biarpun tidak terlalu luas, pemandangan di Koh sangat menawan. Perairannya tenang tetapi pasang surut kerap terjadi dalam tempo singkat. Itulah mengapa ketika kembali ke kapal kami terkejut, karena bagian depan sudah tersangkut di pantai, karena air surut.

Satu hari itu agenda rombongan yang berangkat atas undangan PT Pertamina (Persero) untuk mengunjung kilang Kasim, Sorong, sehari sebelumnya, memang khusus diarahkan untuk melaut ke Raja Ampat.

Sebelum sandar di Koh, pemberhentian pertama setelah lepas jangkar dari Sorong adalah Pulau  Mansuar. Bedanya, di pulau ini kami merapat di dermaga yang berlokasi di Kampung Yenbuba.

Asyik juga snorkeling di sekitar dermaga setelah melaut dari Sorong hampir dua jam. Cuaca yang terik semakin membuat pemandangan bawah laut‘terang benderang’. Itulah pesona perairan Raja Ampat dengan kekayaan terumbu karang dan satwa lautnya.

Dari dermaga, kampung Yenbuba terlihat sunyi. Tidak tampak ada warga yang beraktivitas di dekat pantai. Berbeda dengan kampung lain di pulau itu, yang sempat saya singgahi dua tahun lalu. Dermaga kayunya yang panjang langsung terhubung dengan sebuah resor.

Karena cukup banyak lokasi yang harus dikunjungi dalam tur Raja Ampat kali ini, kami tidak bisa berlama-lama di satu lokasi. Hari itu Mario menyiapkan agenda perjalanan yang cukup padat tapi santai. Bekal makan dan minum serta cemilan sudah tersedia lengkap di boat.

Sebelum berakhir di Raja Ampat Dive  Resort, Pulau Waigo, tempat kami mengi- nap malamnya, tiga rute panjang menantang berikutnya  harus dilalui yaitu Pulau Gam, Pulau Arborek, Piaynemo, dan Teluk Kabui.

Arborek tidak berbeda dengan Yenbuba tetapi tampak lebih hidup dan bergairah. Selepas dermaga langsung terlihat pemukiman penduduk. Sayang, sore itu tidak bisa snorkeling dengan nyaman, karena meski ombak tenang tapi arus terasa cukup kuat. Hari beranjak sore.

Yunus, sang ‘pilot’, langsung tancap gas ke Piaynemo sebelum gelap menjelang. Setelah sekitar 90 menit ngebut, akhirnya tiba juga di ‘taman firdaus’, gugusan pulau karst tinggi menjulang dengan perairannya berwarna hijau.

Sungguh mempesona. Piaynemo, yang kerap disebut sebagai Miniatur Wayag, eksis dengan keheningannya yang eksotis. “Itu pos jaga yang khusus dibangun untuk pengamanan Presiden SBY waktu itu,” ujar Mario sambil menunjuk ke arah bangunan kayu yang berdiri di tepi salah satu pulau karst.

Baca juga: Ada Surga Tersembunyi di Sauwandarek Raja Ampat, Yuk Kita Kepoin!

Menurut dia, saat gelaran Sail Raja Ampat tahun lalu  Presiden Yudhoyono sempat menikmati panorama di kepulauan tersebut. Namun SBY urung naik ke bukit melewati jalur khusus cukup terjal berupa tangga berkelok yang terbuat dari kayu besi, karena saat itu cuaca hujan. Ketika kami sampai dermaga, hujan tampaknya belum lama berlalu.

Mario seperti tak pernah bosan menantang kami terus snorkeling. Entah mengapa, suasana magis Piaynemo sore itu membuat kami segan turun ke air. Sejenak saya terpaku karena takjub dengan pemandangan sekitar.

Tantangan terakhir adalah menaiki sekitar 300 anak tangga sebelum mencapai puncak bukit dan berujung di semacam teras kayu berpagar. Di titik tertinggi inilah pengunjung tidak hanya dapat menikmati keindahan gugusan pulau karst tersebut secara utuh, tetapi juga horizon jelita Raja Ampat lainnya. (Inria Zulfikar/JIBI)

Editor: Fajar Sidik
 

SEBELUMNYA

Desain Kantor Pusat AirAsia: Industrial, Open Office, & Kekinian

BERIKUTNYA

Segar Hingga Unik, Berikut 5 Kuliner Khas Pulau Sumbawa

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: