Ilustrasi biji pala khas Fakfak, Papua. (Sumber gambar: INOBU)

Intip 6 Fakta Menarik tentang Rempah Pala dari Papua

04 April 2022   |   15:00 WIB

Like
Rempah-rempah telah dikenal sebagai bahan makanan dari Indonesia yang selalu diincar oleh berbagai negara di dunia. Salah satu jenis rempah yang terkenal adalah biji pala yang bisa ditemui di kawasan Indonesia bagian timur seperti Pulau Banda, Maluku dan Fakfak, Papua.

Pala di Maluku dan Papua memiliki beberapa perbedaan, di mana pala khas Maluku memiliki bentuk yang bulat dan pala khas Papua berbentuk lonjong dengan ukuran yang lebih besar. Selain itu, rasa pala khas Papua cenderung lebih manis sehingga bisa dijadikan sebagai pengganti jeruk untuk masyarakat setempat.

Dengan berbagai manfaat yang baik bagi masyarakat Fakfak, yuk intip enam fakta menarik tentang pala khas Papua sebagaimana disampaikan Nanny Uswanas, Co-founder komunitas Papua Muda Inspiratif.
 

1. Sumber penghidupan masyarakat

Pohon pala dalam kebudayaan masyarakat Fakfak dianggap sebagai sumber penghidupan, di mana hal ini diterapkan melalui implementasi pala sebagai lambang Kabupaten Fakfak untuk memperkuat jati diri masyarakatnya. 

Inilah yang mendorong perlunya regulasi dalam pembukaan lahan dengan cara menanam kembali pala dan menjadikan lokasi-lokasi tertentu sebagai area pelestarian pala, semacam hutan lindung di pusat kota, sehingga mudah dijangkau oleh wisatawan dan juga menjadi salah satu lanskap kota.
 

2. Komoditas bernilai tinggi

Sebelum Indonesia merdeka, pala sudah dipandang sebagai komoditas yang bernilai ekonomi tinggi oleh bangsa-bangsa di luar Indonesia. Zaman dahulu, masyarakat Fakfak di daerah pesisir dan beberapa bangsa lain sudah menjalin hubungan perdagangan biji pala sejak zaman Belanda.

Belakangan, masyarakat baru mengenal pala sebagai komoditas unggulan yang nilainya sangat menjanjikan selah pemerintah pusat terbentuk. Kini, penjualan zaman dahulu bukan per buah, melainkan per pohon dan sistem ini dianggap merugikan petani.
 

3. 'Bank hidup' untuk memenuhi kebutuhan

Dengan nilai komoditasnya yang tinggi, pala khas Papua bisa dijadikan sebagai mata pencaharian tambahan karena panennya yang dilakukan setiap dua kali setahun meski terkadang di antara waktu panen tersebut terselip satu kali musim panen tambahan. Karena itulah, pala biasanya dijadikan sebagai dana cadangan dari berbagai pemasukan dari pekerjaan harian seperti nelayan dan karyawan.

Pala Papua bisa dijual dalam bentuk segar maupun kering. Pala segar bisa dijual per buah sedangkan pala kering rata-rata dijual per kilogram. Nantinya, pala-pala tersebut dijual kepada pengepul dan dikirimkan ke beberapa daerah seperti Surabaya dan Sulawesi. 
 

4. Penjaga lingkungan dari bencana

Pohon pala memiliki kelebihan karena bisa tumbuh subur dan berbuah banyak tanpa perlu pupuk dan perawatan khusus. Tidak hanya itu, usianya juga bisa mencapai ratusan tahun dan terus berbuah hingga bisa dipanen oleh masyarakat dari generasi ke generasi.

Dalam segi bentuknya, diameter batang pohon pala Papua tidak besar, tapi punya akar yang sangat kuat. Inilah yang menjadikan pohon pala berperan penting dalam mencegah terjadinya banjir dan longsor. Di saat yang sama, pohonnya tinggi dan rindang sehingga bisa jadi peneduh bagi tanaman-tanaman lain di sekitarnya seperti pohon rambutan, langsat, cengkeh, dan durian.
 

5. Bagian dari budaya

Kehadiran pala juga tak lepas dari budaya masyarakat Papua, khususnya warga Fakfak. Salah satunya adanya tradisi mengikat satu pohon pala dengan kain putih saat panen untuk mewakili satu hutan pala serta membuat semacam nampan yang terbuat dari anyaman daun pandan dengan empat gelas kopi dan sirih pinang. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur terhadap kemurahan Tuhan.

Tradisi lainnya adalah membersihkan area di sekitar pohon dari gulma, sehingga piringan atau lingkaran di sekitar pohon bersih menjelang panen. Menariknya, pisau yang digunakan adalah pisau yang sudah diupacarakan dan ada prosesi khusus dalam menancapkan pisau pada galah.
 

6. Proses budidaya dalam jangka panjang

Budidaya tanaman pala dilakukan sejak ratusan tahun lalu oleh burung-burung dengan cara penyemaian. Hal ini dilakukan karena pala pada saat itu dikenal sebagai tanaman liar. Tapi, setidaknya lebih dari satu dekade lalu, pala mulai dibudidayakan oleh warga dengan menanamnya di lahan-lahan kosong atau ditanam kembali di lahan yang pohon-pohonnya tidak lagi produktif atau tumbang secara alami.

Tidak hanya pada penanaman, pemanfaatan pala sebagai bahan utama produk olahan juga dilakukan dengan memanfaatkan bagian biji berwarna merah dan daging buah dengan membuat beberapa produk seperti minyak asiri, manisan basah dan kering, selai, sirop, permen, aromaterapi, hingga balsem. Produk ini dibuat secara langsung oleh masyarakat Fakfak.


Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

4 Langkah Membuat Riset Pasar yang Benar

BERIKUTNYA

Coba 5 Tip Ini Supaya Koneksi Wi-Fi Lebih Kencang

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: