Cara Mencegah Anak Agar Tidak Terjerat Prostitusi Online
Apalagi saat ini kejahatan itu telah berkembang di dunia maya dalam bentuk prostitusi online. Tentunya, tidak ada orang tua normal yang menginginkan buah hatinya terjerembab ke dalam jaringan prostitusi anak yang mencekam.
Prostitusi anak adalah tindakan menawarkan dan mendapatkan jasa seksual dari anak di bawah umur kepada orang lain untuk mendapatkan imbalan uang atau keuntungan lainnya. Bentuknya bisa perdagangan manusia untuk seks komersial maupun pornografi.
Baca juga: Dampak Parah Kekerasan Seksual, Korban Alami Depresi Hingga Gangguan Kepribadian
Biasanya, prostitusi anak dimulai dari aksi-aksi pelecehan dan kekerasan seksual semacam mencolek, meraba, dan memerkosa. Di Indonesia, korban prostitusi anak lebih banyak menimpa anak-anak jalanan (anjal).
Lantas, apa sih yang memicu timbulnya prostitusi anak?
Dikutip dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 30 Oktober 2016,berdasarkan data jaringan global organisasi sipil ECPAT, prostitusi anak muncul akibat adanya aksi eksploitasi terhadap anak sebagai dampak dari disfungsi keluarga, pendidikan rendah, kemiskinan, pengangguran, dan bahkan tradisi.Saat itu, Koordinator ECPAT Indonesia Ahmad Soian menjelaskan di Indonesia, kemiskinan adalah faktor kunci dan kontributor utama kasus eksploitasi seks pada anak. Alasan yang sama juga menjadi pendorong banyaknya anak yang berprofesi sebagai anjal.
“Anak-anak yang tereksploitasi secara seksual mempunyai mobilitas tinggi, dan mereka yang sudah terperangkap sulit keluar karena seringkali teman dan lingkungan masyarakat bersikap menghakimi,” jelasnya.
Pemahaman perlindungan kepada hak anak kurang
Masalahnya, masih banyak orang tua di Indonesia yang belum memahami pentingnya perlindungan hak asazi pada anak. Akibatnya, banyak orang tua yang merasa tidak masalah mengorbankan buah hatinya, meskipun mereka mengaku terpaksa.Pada awalnya, anak-anak yang terjerumus eksploitasi seksual itu akan merasa terpaksa. Namun, secara psikologis, lama kelamaan mereka akan merasa kegiatan tersebut menjadi semacam ‘hobi’ untuk membebaskan mereka dalam melawan arus kehidupan.
Pada akhirnya, anak-anak itu akan lebih mengharapkan mendapatkan uang ketimbang pergi ke sekolah. Pola pikir dan kultur seperti itulah yang membentuk tatanan hidup pada banyak anjal di Tanah Air.
Mencegah anak dari jeratan prostitusi
Dalam hal ini, orang tua memiliki peranan sangat penting dalam mencegah anak-anak mereka terjerat prostitusi. Mengutip mikids.org, ada beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua terkait hal ini.-
Kasih sayang kepada anak
Anak-anak yang terjerat dalam prostitusi umumnya tidak mendapatkan kasih sayang utuh dari orang tua mereka. Bahkan, mereka hidup dalam situasi penuh kekerasan, baik secara fisik maupun psikis. Oleh sebab itu, sebagai orang tua, kita perlu memberikan kasih sayang kepada mereka. Cara kita mendefinisikan dan mengekspresikan cinta akan membentuk citra diri dan kepercayaan diri anak.
-
Biarkan anak bicara tentang masalah mereka
Sebagai orang tua, kita juga dituntut untuk membiarkan anak terbuka terhadap persoalan mereka. Termasuk soal pelecehan seksual. Ketika mereka mengalami hal tersebut, kita sebagai orang tua perlu mendengarkannya. Jangan sekali-kali menganggap remeh hal tersebut. Sebaliknya, orang tua perlu menjadi sosok yang mendukung mereka mengatasi hal tersebut.
-
Anak juga perlu tahu bahaya media sosial
Persoalan tak kalah penting adalah memberikan pemahaman kepada mereka tentang efek negatif dari media sosial. Kita sebagai orang tua wajib memberikan pemahaman tentang mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan di medsos. Misalnya, kita perlu mengingatkan anak-anak agar tidak menerima permintaan pertemanan dari orang tidak dikenal di medsos. Sebab bisa jadi orang-orang tersebut adalah pelaku kejahatan seksual.
Kemudian, jangan pernah sekali-kali berbagi foto telanjang dengan siapa pun. Adapun, hal penting lainnya dalah segera lapor kepada orang tua jika merasa terancam atau tidak nyaman ketika tengah berselancar di dunia maya.
Di samping itu, anak juga perlu soal definisi persahabatan. Dalam hal ini, teman-teman di media sosial tidaklah sama dengan teman-teman di kehidupan nyata. Pemahaman ini perlu ditanamkana agar mereka tidak terjebak pada hal-hal negatif di medsos.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.