Pengguna media sosial (dok. Pexels)

Waspada, Media Sosial Bikin Depresi

24 November 2021   |   09:34 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Penggunaan media sosial makin meningkat pada era digital ini. Selain membuat kita terhubung satu sama lain, beragam informasi tersebar luas di sana. Namun tahukah kamu penggunaan media sosial ternyata dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan mental loh. 

Hal ini yang coba dibuktikan Direktur Pusat Obat Eksperimental dan Diagnostik di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Boston Dr. Roy Perlis. Melakukan survei terhadap 5.400 pengguna aktif media sosial, dia menemukan banyak di antara mereka mengalami depresi. Bahkan depresi beberapa responden yang menggunakan Snapchat, Facebook, dan TikTok terbilang meningkat. 

"Satu penjelasan yang mungkin untuk hasil kami adalah orang-orang yang berisiko depresi, bahkan jika mereka saat ini tidak depresi, lebih cenderung menggunakan media sosial. Yang lain adalah bahwa media sosial sebenarnya berkontribusi terhadap peningkatan itu,” ujarnya seperti dikutip dari Medical Xpress, Rabu (24/11/2021).

Untuk mengeksplorasi kerentanan orang dewasa, tim Perlis berfokus pada pengguna media sosial berusia 18 tahun ke atas. Usia rata-rata responden ini hampir 56 tahun. Sekitar dua pertiganya adalah wanita, dan lebih dari tiga perempatnya adalah orang kulit putih.

Semua menyelesaikan survei awal tentang penggunaan platform seperti Facebook, Instagram, LinkedIn, Pinterest, TikTok, Twitter, Snapchat, dan/atau YouTube. Peserta juga ditanya tentang kebiasaan konsumsi berita dan akses ke dukungan sosial ketika mereka merasa sedih atau tertekan.

Tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda depresi pada survei pertama. Tetapi setelah menyelesaikan survei berikutnya, hampir 9 persen menunjukkan peningkatan skor yang signifikan untuk risiko depresi.

Peningkatan risiko terlihat pada pengguna TikTok atau Snapchat yang berusia 35 tahun ke atas, tetapi tidak terlihat di antara pengguna yang lebih muda. Dinamika sebaliknya dimainkan dengan pengguna Facebook. Risiko depresi naik di antara mereka yang berusia di bawah 35 tahun, tetapi tidak di antara pengguna yang lebih tua.

Mengingat penyebab dan efek spesifiknya tidak jelas, Perlis mengatakan kesimpulan untuk saat ini adalah para peneliti perlu memahami hubungan antara media sosial dan kesehatan mental dengan lebih baik. Namun yang pasti menurutnya intervensi untuk mencegah depresi dan kecemasan harus dilakukan.

"Kami berharap bahwa pekerjaan kami akan menginformasikan peneliti kesehatan mental dan pembuat kebijakan dalam berpikir tentang bagaimana mempelajari dan bertindak atas hubungan ini," kata Perlis.

Sementara itu, Amanda Giordano, profesor konseling dan layanan pengembangan manusia di University of Georgia menyebut satu hipotesis untuk hubungan antara penggunaan media sosial dan gejala depresi adalah tindakan membandingkan kehidupan seseorang yang tidak sempurna dengan gambar kehidupan orang lain yang disempurnakan, diedit, dan tampaknya sempurna. 

"Ini saja mungkin bukan penyebab gejala depresi, tetapi pada individu dengan faktor risiko dan kecenderungan lain, penggunaan media sosial dapat berkontribusi pada perkembangan gejala,” tegasnya.

Teori lain adalah bahwa koneksi sosial online tidak cukup menggantikan kedalaman dan kualitas pertemanan offline. Akibatnya, bahkan individu dengan ribuan koneksi media sosial masih bisa merasa kesepian, tidak dikenal, dan tidak didukung.

"Sederhananya, koneksi virtual mungkin gagal memenuhi kebutuhan dasar kita untuk memiliki dan keterikatan, yang dapat berkontribusi pada perasaan depresi pada beberapa individu," jelas Giordano.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Ini Daftar Lengkap Nominasi Grammy Awards 2022

BERIKUTNYA

Film Trolls 3 Dijadwalkan Rilis November 2023

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: