Cicip 5 Lauk untuk Megibung, Tradisi Makan Bersama dari Karangasem Bali
06 July 2022 |
13:25 WIB
Bali, provinsi di seberang Pulau Jawa ini kental dengan tradisi yang terus dilestarikan masyarakatnya hingga kini. Ragam tradisi tersebut erat kaitannya dengan upacara keagamaan. Salah satu contohnya adalah megibung yang tercatat menjadi warisan budaya takbenda Indonesia.
Mengutip situs Pencatatan Warisan Budaya TakBenda Kementerian Pendidikan, megibung merupakan tradisi makan bersama dalam satu wadah yang dilakukan pada masyarakat di Kabupaten Karangasem, Bali. Tradisi ini biasanya digelar usai melaksanakan upacara adat (hajatan).
Tradisi ini dikenalkan Raja ke VII Karangasem I Gusti Anglurah Ketut Karangasem pada 1614 Caka atau tepatnya 1692 Masehi. Pada saat itu, dia berhasil membawa kejayaan bagi Karangasem dalam upaya menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sasak (Lombok), untuk dijadikan daerah kekuasaannya.
Ketika para prajuritnya sedang beristirahat makan, Raja Karangasem tersebut membuat aturan baru untuk makan secara bersama-sama yang diistilahkan sebagai megibung atau bancakan di beberapa wilayah lain.
Baca juga: Rijsttafel, Perjamuan Makan khas Belanda yang Membumi di Indonesia
Ada beberapa istilah dalam tradisi makan bersama ini. Pertama, sele, berarti orang yang bergabung dan duduk bersama dala satu kelompok untuk menikmati santapan. Kedua, gibungan atau segepok nasi dengan alas gelaran dari daun pisang, yang ditaruh di atas dulang (nampan).
Ketiga, karangan alias lauk pauk yang ditaruh dalam sebuah gibungan. Tergantung pada kemampuan, tetapi berikut ini lauk-pauk yang biasanya tersedia dalam nampan pada saat tradisi megibung tersebut.
Mengutip situs Pencatatan Warisan Budaya TakBenda Kementerian Pendidikan, megibung merupakan tradisi makan bersama dalam satu wadah yang dilakukan pada masyarakat di Kabupaten Karangasem, Bali. Tradisi ini biasanya digelar usai melaksanakan upacara adat (hajatan).
Tradisi ini dikenalkan Raja ke VII Karangasem I Gusti Anglurah Ketut Karangasem pada 1614 Caka atau tepatnya 1692 Masehi. Pada saat itu, dia berhasil membawa kejayaan bagi Karangasem dalam upaya menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sasak (Lombok), untuk dijadikan daerah kekuasaannya.
Ketika para prajuritnya sedang beristirahat makan, Raja Karangasem tersebut membuat aturan baru untuk makan secara bersama-sama yang diistilahkan sebagai megibung atau bancakan di beberapa wilayah lain.
Baca juga: Rijsttafel, Perjamuan Makan khas Belanda yang Membumi di Indonesia
Ada beberapa istilah dalam tradisi makan bersama ini. Pertama, sele, berarti orang yang bergabung dan duduk bersama dala satu kelompok untuk menikmati santapan. Kedua, gibungan atau segepok nasi dengan alas gelaran dari daun pisang, yang ditaruh di atas dulang (nampan).
Ketiga, karangan alias lauk pauk yang ditaruh dalam sebuah gibungan. Tergantung pada kemampuan, tetapi berikut ini lauk-pauk yang biasanya tersedia dalam nampan pada saat tradisi megibung tersebut.
1. Jukut Urap
Tidak berbeda dari urap yang ditemukan di daerah lainnya, urap jukut menggunakan bahan dasar utama seperti kacang panjang, tauge, dan kangkung. Sayuran tersebut direbus kemudian dicampur dengan bumbu halus yang terdiri dari bawang putih, bawang merah, cabai merah, daun jeruk, dan kencur. Selanjutnya bumbu tersebut dicampurkan kelapa parut.
2. Komoh
Ini adalah hidangan sup yang berisi daging itik, babi, atau ayam. Ada banyak bumbu yang digunakan seperti bawang merah, bawang putih, cabai, lengkuas, kencur, jahe, bawang putih, kemiri, daging kelapa bakar, dan santan kental.
Terkadang makanan ini juga berisi jeroan dan kulit hewan. Komoh ditaruh dalam mangkok kecil dan biasanya disajikan bersama lawar.
Terkadang makanan ini juga berisi jeroan dan kulit hewan. Komoh ditaruh dalam mangkok kecil dan biasanya disajikan bersama lawar.
3. Lawar
Merupakan campuran sayur-sayuran, rempah, kelapa, dan daging cincang yang dibumbui secara merata. Bagi masyarakat Hindu, lawar biasanya dibuat menggunakan daging babi mentah. Ada pula yang mencampurkan darah binatang seperti ayam, babi, sapi pada lawar.
Namun buat kamu yang muslim, tidak perlu khawatir. Tidak sedikit restoran yang menyajikan lawar dengan bahan utama kacang panjang, kelapa parut, bumbu dasar khas Bali yang biasanya terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai, cengkih, terasi, hingga kemiri.
Namun buat kamu yang muslim, tidak perlu khawatir. Tidak sedikit restoran yang menyajikan lawar dengan bahan utama kacang panjang, kelapa parut, bumbu dasar khas Bali yang biasanya terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai, cengkih, terasi, hingga kemiri.
4. Sate lilit
Merupakan daging yang dihaluskan kemudian dicampur dengan berbagai bumbu, lalu dililitkan pada tusuk sate atau batang daun sereh, dan dibakar.
Daging yang dipakai bisa berupa daging babi, sapi, ayam, hingga ikan. Memakai bumbu genep atau khas Bali terdiri dari bawang merah, bawang putih, kencur, lengkuas, kunyit bakar, jahe, kemiri, merica, minyak kelapa. Ditambah cabai merah, cabai rawit, daun jeruk, daun salam, dan tentunya kelapa parut.
Baca juga: Mengenal Asal-usul Sate Taichan, Ternyata Tercipta Secara Kebetulan
Daging yang dipakai bisa berupa daging babi, sapi, ayam, hingga ikan. Memakai bumbu genep atau khas Bali terdiri dari bawang merah, bawang putih, kencur, lengkuas, kunyit bakar, jahe, kemiri, merica, minyak kelapa. Ditambah cabai merah, cabai rawit, daun jeruk, daun salam, dan tentunya kelapa parut.
Baca juga: Mengenal Asal-usul Sate Taichan, Ternyata Tercipta Secara Kebetulan
5. Bebek Timbungan
Kuliner ini dibuat dari daging bebek yang dimasak dengan teknik memasak lambat (slow cook) dengan menggunakan bambu dan asap dari api kecil.
Slow cook menanamkan rasa secara bertahap, menjadikan makanan matang merata dari waktu ke waktu sambil mempertahankan saripati dan kelembapan bahan makanan. Hasil akhirnya adalah kesempurnaan cita rasa bumbu Bali, tekstur daging yang lembut, dan tampilan hidangan yang unik.
Bumbu bebek timbungan biasanya terdiri dari cabai rawit, terasi, tomat, daun salam, dan minyak kelapa.
Editor: Gita Carla
Slow cook menanamkan rasa secara bertahap, menjadikan makanan matang merata dari waktu ke waktu sambil mempertahankan saripati dan kelembapan bahan makanan. Hasil akhirnya adalah kesempurnaan cita rasa bumbu Bali, tekstur daging yang lembut, dan tampilan hidangan yang unik.
Bumbu bebek timbungan biasanya terdiri dari cabai rawit, terasi, tomat, daun salam, dan minyak kelapa.
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.