Ilustrasi vegetarian (Sumber gambar: Unsplash/Anna Pelzer)

Seputar Vegetarian: Sejarah, Manfaat, Risiko, & Peluang Bisnis

04 July 2022   |   13:56 WIB

Jangan Latah jadi Vegan

 Hal sama diungkapkan oleh founder Lagizi Karya Indonesia Jansen Ongko. Ada beberapa hal, katanya, yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan menjadi vegetarian. Menjadi Vegan jangan sekadar latah, apalagi hanya menjadi korban dari gimmick pemasaran produsen makanan nonhewani. Diet vegetarian memang memiliki manfaat bagi tubuh. 

Hal ini karena anjuran mengonsumsi berbagai macam buah dan sayur terbukti efektif untuk menjaga kesehatan tubuh karena kandungan vitamin, mineral, serta fitonutrien di dalamnya. 

“Namun, bagi seorang vegetarian harus benar-benar memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi. Jika mengonsumsi makanan yang tidak tepat, berpotensi mengakibatkan kekurangan zat gizi tertentu.” 

Ahli gizi Rita Ramayulis menekankan bahwa hal yang paling penting adalah gizi seimbang. “Pada prinsipnya adalah gizi seimbang. Setiap makanan boleh dikonsumsi dan tidak ada makanan yang dianakemaskan.” 

Dengan kata lain, sambungnya, yang paling penting adalah keseimbangan dan modifikasi. Tidak boleh ada zat yang dimakan berlebihan. Misalnya, konsumsi zat tidak sehat, seperti gula, garam, dan makanan berkolesterol sangat tinggi, sedangkan konsumsi sayur dan buah sangat kurang. 

Dia menjelaskan munculnya tren makanan sehat, seperti cold press juice atau healthy bowl yang banyak digandrungi karena dipicu oleh pergeseran pola penyakit. 

Dahulu penyebab kematian tertinggi adalah akibat infeksi bakteri dan lingkungan yang tidak sehat. Kini angka kematian tertinggi justru berasal dari penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif. Penyakit ini bahkan mulai muncul di usia muda. 

“Situasi inilah yang dipakai oleh produsen untuk menyediakan makanan sehat bagi masyarakat. Intinya mereka mengemas zat-zat yang sering luput dimakan menjadi produk makanan sehat,” ujar Rita. 
 

Prospek Bisnis

Helga Angelina, pemilik restoran Burgreens, mengungkapkan dari segi bisnis prospek restoran organik sehat sangat bagus. “Saya rasa potensinya bagus, karena masyarakat sudah semakin teredukasi,” ujarnya. 

Jika tiga tahun lalu, sambungnya, memang berat karena clean eating masih dianggap aneh oleh sebagian kalangan. Namun, sekarang bisnis itu terus bertumbuh. Namun, jangan hanya sekadar ikutikutan tren.

Menurutnya, agar bisnis ini bisa berkelanjutan dibutuhkan orangorang yang memang memahami dan memiliki hasrat terhadap kuliner sehat. 

Dia menjelaskan, pergerakan di media social dan tren di negara Barat memengaruhi perkembangan tren clean eating pada masyarakat urban di Indonesia. Makanan sehat bukan lagi dipandang sekadar sebagai makanan diet untuk penurunan berat badan. 

Penggemar clean eating kebanyakan berasal dari kalangan menengah ke atas berusia 25 tahun-45 tahun. Mereka adalah orang-orang muda yang masih produktif dan terbuka akan hal-hal baru. Saat ini, menurut Helga, harga makanan sehat cenderung lebih mahal karena bahan pangan organik masih sangat tersegmentasi. 

Baca juga: Serupa tapi Tak Sama, Ini Beda Pola Makan Vegetarian dan Vegan

Namun, jika nanti semakin banyak orang menyadari clean eating itu baik dan permintaan makanan organik makin tinggi, dia meyakini harganya akan semakin murah. 

Editor: Dika Irawan
1
2


SEBELUMNYA

Dapat Cashback Premi Asuransi, Cek 5 Manfaat AIA Vitality

BERIKUTNYA

7 Dana yang Perlu Disiapkan Jelang Kelahiran si Buah Hati

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: