Serupa tapi Tak Sama, Ini Beda Pola Makan Vegetarian dan Vegan
06 November 2021 |
17:34 WIB
Dengan munculnya berbagai bisnis kuliner yang menyediakan opsi vegetarian dan vegan sebagai hal yang mulai dipertimbangkan untuk ada di dalam buku menu atau bahkan dikembangkan sebagai konsep utama, vegetarian dan vegan seringkali sulit dibedakan oleh masyarakat umum maupun mereka yang ingin memulai perubahan pola makan berbasis tumbuhan (plant-based).
Meski keduanya serupa, yaitu sama-sama menerapkan pola makan berbasis tumbuhan (plant-based), ternyata menurut co-founder komunitas Jakarta Vegan Guide Chandra Revo keduanya tetap berbeda lho meski vegan merupakan bagian dari vegetarian!
"Tapi memang vegan sebenarnya adalah turunan dari vegetarian. Jadi vegetarian itu sebenarnya terbagi menjadi ovo vegetarian, lacto vegetarian, lacto-ovo vegetarian, dan vegan. Bahkan sebenarnya pescatarian juga bisa dimasukkin ke dalam vegatarian itu sendiri," jelasnya.
Dia kemudian merincikan secara tingkatan atau hierarkis bahwa posisi pescatarian adalah posisi terbawah, lalu di atasnya ada lacto-ovo vegetarian, baru ovo vegetarian dan lacto vegetarian, kemudian vegan yang paling atas.
"Karena kalau dari bahan dasar yang tidak dikonsumsi itu, kalau pescatarian kan masih mengonsumsi seafood tapi sudah enggak mengonsumsi makanan berbasis hewan. Kalau vegetarian itu yang masih mengonsumsi telur dan susu, sedangkan vegan memang sudah tidak mengonsumsi telur dan susu," tambahnya.
(Baca juga: Simak 4 Tips untuk Jalankan Pola Makan Vegetarian bagi Pemula)
Selain itu, vegan juga sebenarnya sudah tidak mempertimbangkan ketiadaan produk hewani sebagai sebuah gaya hidup secara keseluruhan termasuk dalam pola makannya. Menurut Chandra, ini termasuk dalam segi fesyen dan kecantikan yang belakangan terungkap melibatkan hewan dalam praktik penelitian atau uji cobanya.
"Jadi untuk beberapa penganut vegan, mereka enggak mau pakai [produk] kecantikan atau riasan wajah yang diuji coba pada hewan. Makanya ada istilah cruelty-free beauty yang [produknya] menggunakan bahan vegan," katanya.
Akan tetapi pada realitasnya, Chandra berbagi cerita bahwa meski penganut vegan sebenarnya sudah ada, mereka justru tidak mau disebut vegan karena mereka belum sepenuhnya menjalani veganisme sebagai sebuah gaya hidup secara keseluruhan atau menjalankan gaya hidup vegan berdasarkan prinsip tertentu.
"Jadi ada juga yang hanya mau dibilang plant-based, makanya ada beberapa produk yang launching (rilis) dengan menyebutnya sebagai plant-based," tutupnya.
Editor: Dika Irawan
Meski keduanya serupa, yaitu sama-sama menerapkan pola makan berbasis tumbuhan (plant-based), ternyata menurut co-founder komunitas Jakarta Vegan Guide Chandra Revo keduanya tetap berbeda lho meski vegan merupakan bagian dari vegetarian!
"Tapi memang vegan sebenarnya adalah turunan dari vegetarian. Jadi vegetarian itu sebenarnya terbagi menjadi ovo vegetarian, lacto vegetarian, lacto-ovo vegetarian, dan vegan. Bahkan sebenarnya pescatarian juga bisa dimasukkin ke dalam vegatarian itu sendiri," jelasnya.
Dia kemudian merincikan secara tingkatan atau hierarkis bahwa posisi pescatarian adalah posisi terbawah, lalu di atasnya ada lacto-ovo vegetarian, baru ovo vegetarian dan lacto vegetarian, kemudian vegan yang paling atas.
"Karena kalau dari bahan dasar yang tidak dikonsumsi itu, kalau pescatarian kan masih mengonsumsi seafood tapi sudah enggak mengonsumsi makanan berbasis hewan. Kalau vegetarian itu yang masih mengonsumsi telur dan susu, sedangkan vegan memang sudah tidak mengonsumsi telur dan susu," tambahnya.
(Baca juga: Simak 4 Tips untuk Jalankan Pola Makan Vegetarian bagi Pemula)
Selain itu, vegan juga sebenarnya sudah tidak mempertimbangkan ketiadaan produk hewani sebagai sebuah gaya hidup secara keseluruhan termasuk dalam pola makannya. Menurut Chandra, ini termasuk dalam segi fesyen dan kecantikan yang belakangan terungkap melibatkan hewan dalam praktik penelitian atau uji cobanya.
"Jadi untuk beberapa penganut vegan, mereka enggak mau pakai [produk] kecantikan atau riasan wajah yang diuji coba pada hewan. Makanya ada istilah cruelty-free beauty yang [produknya] menggunakan bahan vegan," katanya.
Akan tetapi pada realitasnya, Chandra berbagi cerita bahwa meski penganut vegan sebenarnya sudah ada, mereka justru tidak mau disebut vegan karena mereka belum sepenuhnya menjalani veganisme sebagai sebuah gaya hidup secara keseluruhan atau menjalankan gaya hidup vegan berdasarkan prinsip tertentu.
"Jadi ada juga yang hanya mau dibilang plant-based, makanya ada beberapa produk yang launching (rilis) dengan menyebutnya sebagai plant-based," tutupnya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.