Raksasa Teknologi Bentuk Standar Metaverse, Apa Artinya?
26 June 2022 |
15:47 WIB
Salah satu kata paling populer dan banyak diperbincangkan publik sejak tahun lalu hingga sekarang adalah metaverse. Sebuah konsep yang definisi dan implementasinya masih menimbulkan perbincangan di industri teknologi.
Untuk mencapai satu konsep bersama, sejumlah perusahaan pemimpin teknologi global - Meta, Microsoft, Epic Games, Adobe, Nvidia, Sony, Unity, dan lainnya - membentuk apa disebut sebagai Metaverse Standards Forum.
Dilansir dari TechCrunch, tujuan utama dari dibentuknya forum standar itu adalah untuk mendorong interoperabilitas terbuka, yang dapat memudahkan pengembang untuk membangun dunia virtual lintas platform.
Sebagaimana diketahui, saat ini sudah ada beberapa proyek awal yang disebut-sebut sebagai bentukan dini metaverse. Sebut saja misalnya platform gim sosial Roblox, Decentraland, Sandbox, dan masih banyak lainnya yang dibentuk perusahaan tertentu.
Baca Juga : Potensi Metaverse dalam Pengembangan Smart City
Untuk sekarang, platform yang dikembangkan oleh perusahaan memiliki ‘dunia virtual’ masing-masing, yang membuatnya hanya bisa dimanfaatkan untuk pengguna mereka saja. Untuk dalam mengkoneksikan itu semua, dibutuhkan interoperabilitas di antara para pemain industri ini.
Interoperabilitas dapat didefinisikan sebagai sebuah proses di mana suatu aplikasi bisa berinteraksi dengan aplikasi lainnya, melalui sebuah protokol yang disetujui bersama. Jalurnya bisa bermacam-macam baik lewat Network TCP/IP, Protokol HTTP, dan lain sebagainya.
Hal tersebut yang ingin dicapai oleh sejumlah raksasa teknologi dalam Metaverse Standards Forum. Selain itu, mereka juga berencana untuk memberikan fokus lebih pada proyek pragmatis berbasis aksi seperti Hackathon dan perangkat Open Source.
Forum standar ini dipimpin oleh Khronos Group, merupakan konsorsium nirlaba yang mengerjakan dan mengembangkan teknologi mutakhir seperti virtual reality (VR), augmented reality (AR), machine learning (ML), artificial intelligence (AI), dan lain-lain.
Sebagai informasi, Khronos telah mencoba menetapkan standar untuk API VR dengan VR Standards Initiative pada 2016. Standar ini mencakup berbagai perusahaan termasuk Google, Nvidia, Epic Games, hingga Oculus yang punya proyek pengembangan perangkat tersebut.
“Beberapa pemimpin industri telah menyatakan bahwa potensi metaverse akan terwujud dengan baik jika dibangun di atas dasar standar terbuka,” tulis forum tersebut.
Baca Juga : Menengok Peluang Besar Metaverse untuk Pengembangan Bisnis
Untuk mencapai satu konsep bersama, sejumlah perusahaan pemimpin teknologi global - Meta, Microsoft, Epic Games, Adobe, Nvidia, Sony, Unity, dan lainnya - membentuk apa disebut sebagai Metaverse Standards Forum.
Dilansir dari TechCrunch, tujuan utama dari dibentuknya forum standar itu adalah untuk mendorong interoperabilitas terbuka, yang dapat memudahkan pengembang untuk membangun dunia virtual lintas platform.
Sebagaimana diketahui, saat ini sudah ada beberapa proyek awal yang disebut-sebut sebagai bentukan dini metaverse. Sebut saja misalnya platform gim sosial Roblox, Decentraland, Sandbox, dan masih banyak lainnya yang dibentuk perusahaan tertentu.
Baca Juga : Potensi Metaverse dalam Pengembangan Smart City
Untuk sekarang, platform yang dikembangkan oleh perusahaan memiliki ‘dunia virtual’ masing-masing, yang membuatnya hanya bisa dimanfaatkan untuk pengguna mereka saja. Untuk dalam mengkoneksikan itu semua, dibutuhkan interoperabilitas di antara para pemain industri ini.
Interoperabilitas dapat didefinisikan sebagai sebuah proses di mana suatu aplikasi bisa berinteraksi dengan aplikasi lainnya, melalui sebuah protokol yang disetujui bersama. Jalurnya bisa bermacam-macam baik lewat Network TCP/IP, Protokol HTTP, dan lain sebagainya.
Hal tersebut yang ingin dicapai oleh sejumlah raksasa teknologi dalam Metaverse Standards Forum. Selain itu, mereka juga berencana untuk memberikan fokus lebih pada proyek pragmatis berbasis aksi seperti Hackathon dan perangkat Open Source.
Forum standar ini dipimpin oleh Khronos Group, merupakan konsorsium nirlaba yang mengerjakan dan mengembangkan teknologi mutakhir seperti virtual reality (VR), augmented reality (AR), machine learning (ML), artificial intelligence (AI), dan lain-lain.
Sebagai informasi, Khronos telah mencoba menetapkan standar untuk API VR dengan VR Standards Initiative pada 2016. Standar ini mencakup berbagai perusahaan termasuk Google, Nvidia, Epic Games, hingga Oculus yang punya proyek pengembangan perangkat tersebut.
“Beberapa pemimpin industri telah menyatakan bahwa potensi metaverse akan terwujud dengan baik jika dibangun di atas dasar standar terbuka,” tulis forum tersebut.
Baca Juga : Menengok Peluang Besar Metaverse untuk Pengembangan Bisnis
Absennya nama-nama besar
Metaverse Standard Forum telah dibentuk, dan kita akan melihat ke depannya apa saja yang akan dikerjakan forum dan menjadi legasi di industri metaverse. Hanya saja, perlu dicatat bahwa tidak seluruh pemimpin industri global terlibat dalam forum itu.
Salah satu yang absen adalah Apple. Analytics Insight menyatakan bahwa kendati Apple belum secara resmi mengungkap proyek pengembangan metaverse–nya. Akan tetapi, sejumlah laporan telah menyatakan bahwa mereka tengah mengembangkan headset virtual reality.
Perusahaan lain yang telah menjalankan proyek mereka dan populer di masyarakat saat ini, seperti Niantic dan Roblox juga absen dari forum tersebut. Niantic adalah pengembang gim AR paling populer di dunia, Pokemon GO.
Selain itu, platform metaverse berbasis mata uang kripto yang telah disebutkan di atas yakni Sandbox dan Decentraland juga tidak ada. Kedua platform itu dianggap banyak pihak sebagai bentukan awal dari dunia virtual masa depan.
Nama terakhir yang juga absen adalah Google. Sebagai salah satu raksasa teknologi paling populer di dunia, perusahaan itu telah menunjukkan minatnya untuk mengembangkan dunia virtual mereka, dengan proyek perangkat VR dan AR.
Baca Juga : Berikut Ini Adalah Hal-Hal yang Akan Berubah Saat Era Metaverse Tiba
Para pemimpin teknologi global ini mungkin ke depannya bisa jadi ikut serta dalam Metaverse Standard Forum. Akan tetapi, ketidakhadiran mereka saat ini menimbulkan kekhawatiran tentang implementasi standar yang akan dibuat, apakah berlaku bagi banyak pihak atau tidak.
Pasalnya adopsi masal standar itu lah yang menjadi inti, bagaimana metaverse nantinya akan bisa saling terkoneksi. Supreet Raju, Founder OneRare - perusahaan gim berbasis metaverse, mengatakan hal tersebut.
“Kecuali ini adalah dewan metaverse dari para pemain yang ada dan pemain pasar lainnya, saya tidak benar-benar melihatnya sebagai standarisasi yang nyata,” katanya seperti dikutip Entrepreneur.
Editor : Nirmala Aninda
Salah satu yang absen adalah Apple. Analytics Insight menyatakan bahwa kendati Apple belum secara resmi mengungkap proyek pengembangan metaverse–nya. Akan tetapi, sejumlah laporan telah menyatakan bahwa mereka tengah mengembangkan headset virtual reality.
Perusahaan lain yang telah menjalankan proyek mereka dan populer di masyarakat saat ini, seperti Niantic dan Roblox juga absen dari forum tersebut. Niantic adalah pengembang gim AR paling populer di dunia, Pokemon GO.
Selain itu, platform metaverse berbasis mata uang kripto yang telah disebutkan di atas yakni Sandbox dan Decentraland juga tidak ada. Kedua platform itu dianggap banyak pihak sebagai bentukan awal dari dunia virtual masa depan.
Nama terakhir yang juga absen adalah Google. Sebagai salah satu raksasa teknologi paling populer di dunia, perusahaan itu telah menunjukkan minatnya untuk mengembangkan dunia virtual mereka, dengan proyek perangkat VR dan AR.
Baca Juga : Berikut Ini Adalah Hal-Hal yang Akan Berubah Saat Era Metaverse Tiba
Para pemimpin teknologi global ini mungkin ke depannya bisa jadi ikut serta dalam Metaverse Standard Forum. Akan tetapi, ketidakhadiran mereka saat ini menimbulkan kekhawatiran tentang implementasi standar yang akan dibuat, apakah berlaku bagi banyak pihak atau tidak.
Pasalnya adopsi masal standar itu lah yang menjadi inti, bagaimana metaverse nantinya akan bisa saling terkoneksi. Supreet Raju, Founder OneRare - perusahaan gim berbasis metaverse, mengatakan hal tersebut.
“Kecuali ini adalah dewan metaverse dari para pemain yang ada dan pemain pasar lainnya, saya tidak benar-benar melihatnya sebagai standarisasi yang nyata,” katanya seperti dikutip Entrepreneur.
Editor : Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.