Marak Terjadi, Simak Tips Penting Hindari Penipuan Daring
22 June 2022 |
14:06 WIB
Adopsi teknologi yang semakin pesat dalam beberapa waktu terakhir menjadikan dunia makin digital. Banyak aktivitas dilakukan melalui pemanfaatan internet dan platform digital. Belanja daring, sekolah jarak jauh, kerja dari rumah atau dari mana saja, penipuan daring makin marak.
Ya, tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan teknologi juga mengakibatkan maraknya aktivitas kriminal secara daring. Menurut Cyber Security Index, indeks kejahatan siber di Indonesia masuk dalam kategori tinggi yakni 0,62. Angka ini lebih tinggi ketimbang rerata global yang berkisar 0,54.
Selain itu, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) juga mencatatkan angka serangan siber pada 2020 lalu mencapai 495,3 juta. Jumlah ini meningkat sebesar 41 persen ketimbang tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 290,3 juta serangan.
Dari total serangan siber itu, salah satu modus penipuan daring yang populer adalah rekayasa sosial (social engineering). Jadi, rekayasa sosial adalah teknik manipulasi yang mengeksploitasi kesalahan manusia atau menipu korban guna mendapat informasi pribadi mereka.
Baca Juga : Cara Terbaik Menjaga Keamanan Siber & Privasi di Media Sosial
Jenis serangan ini tidak mensyaratkan penggunaan teknologi yang bersifat teknis, seperti mengirimkan virus atau malware untuk melakukan peretasan data pengguna. Akan tetapi, lebih memanfaatkan kelengahan dan ketidaktahuan pengguna internet.
Modus operandinya bisa bermacam-macam. Bentuk yang paling umum terjadi adalah penipu berpura-pura menjadi bagian dari lembaga terpercaya untuk menipu korban, dengan memberi hadiah tertentu yang menuntut pemberian identitas pribadi.
Sudah jelas bahwa penipuan dengan social engineering seringkali terjadi karena kurangnya kewaspadaan atau kehati-hatian pengguna. Xendit, perusahaan payment gateway, memberikan beberapa tip agar masyarakat terhindar dari penipuan daring :
Baca Juga : Kian Marak Kasus Kebocoran Data, Ini yang Perlu Dilakukan Kata Pakar Keamanan Siber
Ya, tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan teknologi juga mengakibatkan maraknya aktivitas kriminal secara daring. Menurut Cyber Security Index, indeks kejahatan siber di Indonesia masuk dalam kategori tinggi yakni 0,62. Angka ini lebih tinggi ketimbang rerata global yang berkisar 0,54.
Selain itu, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) juga mencatatkan angka serangan siber pada 2020 lalu mencapai 495,3 juta. Jumlah ini meningkat sebesar 41 persen ketimbang tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 290,3 juta serangan.
Dari total serangan siber itu, salah satu modus penipuan daring yang populer adalah rekayasa sosial (social engineering). Jadi, rekayasa sosial adalah teknik manipulasi yang mengeksploitasi kesalahan manusia atau menipu korban guna mendapat informasi pribadi mereka.
Baca Juga : Cara Terbaik Menjaga Keamanan Siber & Privasi di Media Sosial
Jenis serangan ini tidak mensyaratkan penggunaan teknologi yang bersifat teknis, seperti mengirimkan virus atau malware untuk melakukan peretasan data pengguna. Akan tetapi, lebih memanfaatkan kelengahan dan ketidaktahuan pengguna internet.
Modus operandinya bisa bermacam-macam. Bentuk yang paling umum terjadi adalah penipu berpura-pura menjadi bagian dari lembaga terpercaya untuk menipu korban, dengan memberi hadiah tertentu yang menuntut pemberian identitas pribadi.
Sudah jelas bahwa penipuan dengan social engineering seringkali terjadi karena kurangnya kewaspadaan atau kehati-hatian pengguna. Xendit, perusahaan payment gateway, memberikan beberapa tip agar masyarakat terhindar dari penipuan daring :
Baca Juga : Kian Marak Kasus Kebocoran Data, Ini yang Perlu Dilakukan Kata Pakar Keamanan Siber
1. Teliti sebelum klik
Seringkali, pelaku kejahatan siber akan berupaya memancing rasa penasaran atau mendorong urgensi korban untuk mengklik sebuah tautan. pancingan itu bisa jadi dengan iming-iming hadiah tertentu atau informasi keliru seputar akun layanan digital.
Oleh sebab itu, kita perlu memastikan setiap detail informasi yang dikirimkan. Pastikan untuk hanya mengklik tautan dari sumber resmi, nomor resmi, dan milis resmi. Jika masih ragu akan keasliannya, sebaiknya pastikan lagi ke penyedia layanan tentang informasi yang didapatkan.
Oleh sebab itu, kita perlu memastikan setiap detail informasi yang dikirimkan. Pastikan untuk hanya mengklik tautan dari sumber resmi, nomor resmi, dan milis resmi. Jika masih ragu akan keasliannya, sebaiknya pastikan lagi ke penyedia layanan tentang informasi yang didapatkan.
2. Amankan informasi pribadi
Hal penting lain yang harus diperhatikan adalah menyimpan informasi pribadi secara aman. Informasi ini termasuk detail akun, identitas pengguna, kata sandi, nomor PIN, hingga kode one time password (OTP).
Jangan pernah membagikan informasi tersebut kepada orang lain untuk meminimalisir dampak buruk yang bisa terjadi. Bahkan perlu diingat bahwa platform digital umumnya tidak akan meminta informasi rahasia seperti kata sandi untuk keperluan apa pun.
Jangan pernah membagikan informasi tersebut kepada orang lain untuk meminimalisir dampak buruk yang bisa terjadi. Bahkan perlu diingat bahwa platform digital umumnya tidak akan meminta informasi rahasia seperti kata sandi untuk keperluan apa pun.
3. Waspada terhadap akun tidak dikenal
Hampir bisa dipastikan bahwa pelaku kejahatan siber selalu menggunakan akun, berupa nomor telepon atau email yang tidak dikenal. Bisa jadi mereka berupaya meniru nama atau alamat domain sebuah perusahaan resmi.
Oleh sebab itu, perlu juga memerhatikan lebih detail ejaan dan format nama atau domain tertentu. Selain itu, jangan pernah membalas email atau pesan yang tidak diminta. Cukup abaikan pesan tersebut atau laporkan bila kalian merasa yakin itu adalah penipuan.
Editor: Nirmala Aninda
Oleh sebab itu, perlu juga memerhatikan lebih detail ejaan dan format nama atau domain tertentu. Selain itu, jangan pernah membalas email atau pesan yang tidak diminta. Cukup abaikan pesan tersebut atau laporkan bila kalian merasa yakin itu adalah penipuan.
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.