Ciptakan Rumah yang Damai, Simak Kiat Pola Asuh Anak dengan Konsep Screamfree Parenting
20 June 2022 |
15:06 WIB
Pola asuh terhadap anak yang lebih hangat tanpa teriakan dan bentakan dalam proses pendampingan tumbuh dan kembang anak atau yang kerap disebut Screamfree Parenting tengah menjadi pembicaraan, dan menjadi pola yang ingin diterapkan oleh banyak orang tua muda pada masa kini.
Saat ini, makin banyak orang tua yang menyadari pentingnya menjaga suasana rumah nyaman dan kondusif. Dengan rumah tangga tanpa teriakan, anak akan terhindar dari rasa takut, tekanan, atau trauma yang berlebihan dalam proses tumbuh dan kembangnya.
Wakil Kepala Rumah Main Cikal Ainul Yaqin menuturkan screamfree parenting adalah pola pengasuhan anak tanpa marah dengan penyampaian emosi dalam intonasi yang tinggi atau pun teriakan.
(Baca juga: Merasa Overparenting? Yuk Atasi dengan 5 Langkah Ini)
"Pola pengasuhannya mengedepankan ketenangan dan fokus pada reaksi emosi yang ditunjukan kepada anak. Bukan menitik beratkan fokus kita kepada perilaku anak,” katanya.
Dengan fokus kepada bagaimana cara kita bereaksi terhadap perilaku anak, ujarnya, akan memberikan orang tua waktu untuk memilah reaksi apa yang bisa dipilih tanpa menyakiti anak-anak baik secara fisik maupun psikis.
Dia mengingatkan kunci bagi orang tua untuk mengadopsi pola asuh ini adalah dengan menerapkan pause more and react less. Yang harus orang tua lakukan adalah belajar untuk berhenti sejenak, sehingga kalian dapat merespons lebih banyak dan lebih sedikit bereaksi. Ini benar-benar sederhana.
Begitu orang tua belajar mengendalikan emosi dan perilaku mereka sendiri, anak-anak akan mengikuti bagaimana mengendalikan emosi dan perilaku mereka.
“Termasuk di antaranya belajar cara yang baik untuk berkomunikasi dengan anak.” tambah Iqin.
Setidaknya ada dua cara agar orang tua dapat melakukan pola asuk dan pendampingan anak tanpa teriakan.
Saat ini, makin banyak orang tua yang menyadari pentingnya menjaga suasana rumah nyaman dan kondusif. Dengan rumah tangga tanpa teriakan, anak akan terhindar dari rasa takut, tekanan, atau trauma yang berlebihan dalam proses tumbuh dan kembangnya.
Wakil Kepala Rumah Main Cikal Ainul Yaqin menuturkan screamfree parenting adalah pola pengasuhan anak tanpa marah dengan penyampaian emosi dalam intonasi yang tinggi atau pun teriakan.
(Baca juga: Merasa Overparenting? Yuk Atasi dengan 5 Langkah Ini)
"Pola pengasuhannya mengedepankan ketenangan dan fokus pada reaksi emosi yang ditunjukan kepada anak. Bukan menitik beratkan fokus kita kepada perilaku anak,” katanya.
Dengan fokus kepada bagaimana cara kita bereaksi terhadap perilaku anak, ujarnya, akan memberikan orang tua waktu untuk memilah reaksi apa yang bisa dipilih tanpa menyakiti anak-anak baik secara fisik maupun psikis.
Dia mengingatkan kunci bagi orang tua untuk mengadopsi pola asuh ini adalah dengan menerapkan pause more and react less. Yang harus orang tua lakukan adalah belajar untuk berhenti sejenak, sehingga kalian dapat merespons lebih banyak dan lebih sedikit bereaksi. Ini benar-benar sederhana.
Begitu orang tua belajar mengendalikan emosi dan perilaku mereka sendiri, anak-anak akan mengikuti bagaimana mengendalikan emosi dan perilaku mereka.
“Termasuk di antaranya belajar cara yang baik untuk berkomunikasi dengan anak.” tambah Iqin.
Setidaknya ada dua cara agar orang tua dapat melakukan pola asuk dan pendampingan anak tanpa teriakan.
Suasana rumah yang kondusif akan berpengaruh pada proses pengendalian emosi anak. (Sumber gambar: Monstera/Pexels)
1. Ingat Bahwa Anak sedang Belajar
Orang tua perlu mengingat bahwa anak-anak yang sedang didampingi adalah anak-anak yang masih membutuhkan proses untuk belajar, mendapatkan bimbingan untuk memahami, mengerti, dan bahkan juga perlu mendapatkan kesempatan untuk belajar dari kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan.
Jadi, orang tua harus memahami bahwa proses bertumbuh anak merupakan tahapan awal dari prosesnya belajar mengenai diri sendiri, orang lain, dan sekitarnya. Orang tua yang melakukan refleksi pada momen pendampingan tanpa teriakan ini merupakan pemberian kesempatan bagi anak untuk tumbuh dan belajar dari kesalahannya.
Jadi, orang tua harus memahami bahwa proses bertumbuh anak merupakan tahapan awal dari prosesnya belajar mengenai diri sendiri, orang lain, dan sekitarnya. Orang tua yang melakukan refleksi pada momen pendampingan tanpa teriakan ini merupakan pemberian kesempatan bagi anak untuk tumbuh dan belajar dari kesalahannya.
2. Lakukan Refleksi dan Evaluasi
Orang tua dapat melakukan refleksi dan evaluasi atas apa yang pernah dilakukan dan diucapkan kepada anak-anak. Dengan refleksi dan sikap jujur terhadap diri sendiri, orang tua seharusnya mampu melihat apakah sudah menerapkan cara yang tepat dalam mendidik anak – termasuk menggunakan nada tinggi dan teriakan.
Orang tua harus menekankan pada momen refleksi dalam melakukan pertimbangan untuk bereaksi atas aksi yang anak lakukan saat memiliki respon yang ingin dikeluarkan.
“Ingat, kuncinya adalah refleksi diri dan berikan waktu untuk berdamai dengan diri sebelum kemudian kita memilih untuk menunjukkan respon yang kita inginkan, dengan demikian kita akan memiliki kekuasaan penuh terhadap reaksi yang akan kita tunjukkan tanpa dikuasai oleh kondisi emosional sesaat,” kata Iqin.
Editor: Nirmala Aninda
Orang tua harus menekankan pada momen refleksi dalam melakukan pertimbangan untuk bereaksi atas aksi yang anak lakukan saat memiliki respon yang ingin dikeluarkan.
“Ingat, kuncinya adalah refleksi diri dan berikan waktu untuk berdamai dengan diri sebelum kemudian kita memilih untuk menunjukkan respon yang kita inginkan, dengan demikian kita akan memiliki kekuasaan penuh terhadap reaksi yang akan kita tunjukkan tanpa dikuasai oleh kondisi emosional sesaat,” kata Iqin.
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.