Ilustrasi mainan anak-anak pada usia dini. (Sumber gambar: Unsplash)

Kenali Ragam Mainan Bayi sampai Balita, Ada Bel hingga Puzzle

16 June 2022   |   15:46 WIB

Kemudian pada usia tiga tahun, orang tua bisa memberikan mainan edukatif yang memicu pengembangan imajinasi dan pengetahuan dasar. Cecil beranggapan bahwa usia ini merupakan usia di mana anak-anak sudah mulai memasuki dunia imajinasi dan di saat yang sama juga sudah mulai menunjukkan kesenangan ketika bertemu dengan teman sebayanya.

Mainan yang dipilih adalah permainan yang memicu kreativitas dan pengenalan aktivitas sehari-hari. Contoh dari mainan yang bisa diberikan adalah rumah-rumahan dengan boneka, permainan pasir-pasiran, permainan dokter-dokteran atau masak-masakan, membaca buku cerita, hingga mewarnai.
 

3. Balita (4-5 tahun)

Untuk periode ini, permainan yang lebih kompleks bisa diberikan. Alasannya adalah karena anak-anak pada fase ini sudah mulai mengetahui berbagai pengetahuan dasar dan mengembangkan beberapa kemampuan yang diperlukan dalam jangka panjang seperti fokus, konsentrasi, dan inisiatif.

Untuk anak-anak usia empat tahun, mainan yang bisa diberikan adalah kartu memori, clay dan plastisin, puzzle, hingga menggambar dan mewarnai. Mainan ini diberikan untuk mengembangkan kemampuan kolaborasi, fokus, kemampuan berpikir kritis, kepercayaan diri, hingga komunikasi dan inovasi kreatif.

Sementara itu, anak-anak usia lima tahun memiliki kemampuan yang lebih baik dalam segi fisik, emosional, dan sosial. Biasanya, mainan yang diberikan bertujuan untuk menstimulasi gerak dalam sebuah ruang, meningkatkan kemampuan kognitif, mengembangkan keseimbangan dan koordinasi, serta mampu membaca pada tahap awal.

Contoh mainan yang direkomendasikan untuk anak-anak usia lima tahun adalah set mewarnai figurin mini, mainan role-play, boneka yang bisa dimodifikasi, hingga melukis.

Meski psikolog yang juga bekerja di Rumah Sakit Primaya ini sangat menekankan pada pentingnya mainan sesuai dengan usianya, dia memberi pengecualian pada anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) yang memiliki pendekatan berbeda ketika berurusan dengan mainan. Penyebabnya adalah ABK biasanya memiliki usia mental yang tidak beriringan dengan usia kronologisnya.

"Orang tua tidak bisa dorong anak-anak dengan kebutuhan khusus untuk [bisa berkembang] sama dengan anaknya. Mereka harus mengikuti perkembangan anak-anak tersebut," ujarnya.
1
2


SEBELUMNYA

Deretan Musisi Muda yang Sukses Berkiprah di Mancanegara

BERIKUTNYA

Regulasi Masih Menjadi Tantangan Bagi Layanan Kesehatan Digital

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: