Cara Menghindari Kesalahan dalam Berinvestasi
15 June 2022 |
19:39 WIB
Sebenarnya, bagaimana cara memilih investasi? Instrumen investasi apa yang bisa dikatakan bagus? Apakah satu jenis investasi cocok bagi setiap orang? Ya, pertanyaan semacam itu memang sering terlintas di pikiran seseorang yang sudah memiliki keinginan untuk berinvestasi, terutama mereka yang awam soal investasi.
Teddy Oetomo, Head of Intermediary PT Schroders Indonesia, mengatakan selama berkarier sebagai perencana keuangan, dirinya memang sering mendapatkan pertanyaan seputar tip memilih saham atau jenis reksa dana maupun serangkaian obligasi tertentu.
Baca juga: Tergiur Investasi Properti, Pelajari Dahulu Data-datanya
Teddy memberikan gambarannya. Saat baru saja pindah ke suatu kota baru dan bertanya soal kemungkinan membeli properti, orang yang Anda tanyai mungkin akan menjawab dengan kata-kata ‘tergantung’.
Hal tersebut tergantung pada pertanyaan apakah Anda menginginkan sebuah rumah atau sebuah apartemen, Anda ingin membangun atau membeli properti yang sudah jadi, Anda menginginkan properti di area mahal, sedang, rendah, Anda menginginkan adanya sekolah yang bagus di sekitarnya, atau apakah Anda bekerja di sekitar area tersebu, serta banyak lagi pertanyaan lainnya.
“Menanyakan seseorang mengenai kemenarikan suatu instrumen keuangan tertentu tanpa pertamatama mengevaluasi profil risiko Anda dan membentuk model portofolio Anda, sama seperti pergi ke kota baru, dan mengabaikan seluruh faktor di atas yang seharusnya Anda tentukan lebih dahulu, membayar uang muka untuk properti secara langsung, dan melibatkan kontraktor untuk membangun rumah di atasnya, bahkan tanpa denah apapun,” jelasnya.
Teddy menuturkan banyak pribadi yang mendapati diri mereka memiliki sejumlah besar dana untuk berinvestasi, menjadi sedikit terlalu tergesa-gesa dan langsung membelanjakan dana tersebut untuk beberapa instrumen keuangan.
“Mohon diingat bahwa di sini kita tidak berbicara mengenai daftar belanja untuk sepasang sepatu olahraga terkini, tetapi investasi untuk masa depan Anda. Sehingga, sangat tidak bijaksana untuk membuat keputusan tergesa-gesa,” katanya.
Adapun, pertanyaan yang harus diajukan sebelum berinvestasi antara lain:
Portofolio dengan konsentrasi lebih tinggi pada ekuitas atau reksa dana ekuitas, mungkin lebih cocok untuk investor yang berusia muda daripada mereka yang mendekati usia pensiun karena memiliki asosiasi terhadap risiko yang lebih tinggi.
Sebaliknya, mayoritas kepemilikan pada investasi penghasil pendapatan, seperti properti yang disewakan, reksa dana pendapatan tetap dan deposito bank mungkin lebih cocok untuk mereka yang mendekati usia pensiun.
Baca juga: Begini Tren Investasi pada Kalangan Milenial Tahun Ini, Metaverse Bakal Digandrungi!
Sementara itu, seseorang dengan kemungkinan lebih tinggi untuk melakukan pengeluaran besar dalam dua tahun ke depan harus menyimpan lebih banyak uang tunai atau investasi yang lebih cair dengan volatilitas yang lebih rendah dalam portofolio mereka.
Di sisi lain, untuk pribadi yang memiliki gaji tetap lebih tinggi, mungkin lebih cocok untuk berpartisipasi dalam rencana cicilan bulanan untuk investasi mereka.
Namun, untuk pribadi dengan pendapatan yang kurang stabil, yaitu mereka yang memiliki pendapatan dengan komposisi bonus dan komisi penjualan yang lebih tinggi mungkin kurang cocok untuk melakukan rencana cicilan bulanan.
Catatan redaksi: Artikel ini diambil dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 7 Agustus 2016.
Editor: Dika Irawan
Teddy Oetomo, Head of Intermediary PT Schroders Indonesia, mengatakan selama berkarier sebagai perencana keuangan, dirinya memang sering mendapatkan pertanyaan seputar tip memilih saham atau jenis reksa dana maupun serangkaian obligasi tertentu.
Mengenali Profil Risiko
Namun, sebelum memberikan jawabannya, Teddy selalu menyarankan calon investor untuk mengetahui profil risiko yang mereka miliki guna menentukan model portofolio yang sesuai untuk mereka. “Singkatnya, apabila investor pribadi langsung mendapatkan informasi mengenai tip saham atau kemenarikan suatu instrumen keuangan tertentu, para investor ini memulai dari titik yang salah,” katanya.Baca juga: Tergiur Investasi Properti, Pelajari Dahulu Data-datanya
Teddy memberikan gambarannya. Saat baru saja pindah ke suatu kota baru dan bertanya soal kemungkinan membeli properti, orang yang Anda tanyai mungkin akan menjawab dengan kata-kata ‘tergantung’.
Hal tersebut tergantung pada pertanyaan apakah Anda menginginkan sebuah rumah atau sebuah apartemen, Anda ingin membangun atau membeli properti yang sudah jadi, Anda menginginkan properti di area mahal, sedang, rendah, Anda menginginkan adanya sekolah yang bagus di sekitarnya, atau apakah Anda bekerja di sekitar area tersebu, serta banyak lagi pertanyaan lainnya.
“Menanyakan seseorang mengenai kemenarikan suatu instrumen keuangan tertentu tanpa pertamatama mengevaluasi profil risiko Anda dan membentuk model portofolio Anda, sama seperti pergi ke kota baru, dan mengabaikan seluruh faktor di atas yang seharusnya Anda tentukan lebih dahulu, membayar uang muka untuk properti secara langsung, dan melibatkan kontraktor untuk membangun rumah di atasnya, bahkan tanpa denah apapun,” jelasnya.
Teddy menuturkan banyak pribadi yang mendapati diri mereka memiliki sejumlah besar dana untuk berinvestasi, menjadi sedikit terlalu tergesa-gesa dan langsung membelanjakan dana tersebut untuk beberapa instrumen keuangan.
“Mohon diingat bahwa di sini kita tidak berbicara mengenai daftar belanja untuk sepasang sepatu olahraga terkini, tetapi investasi untuk masa depan Anda. Sehingga, sangat tidak bijaksana untuk membuat keputusan tergesa-gesa,” katanya.
Daftar Pertanyaan
Teddy menambahkan, kebanyakan orang melakukan kesalahan ketika mereka mulai berinvestasi tanpa mengenali profil risiko mereka. Untuk itu, dia menyarankan sebelum memulai investasi, harus direnungkan dan dipetakan dahulu kondisi keuangan Anda.Adapun, pertanyaan yang harus diajukan sebelum berinvestasi antara lain:
- Berapakah umur Anda?
- Apakah Anda sudah menikah atau masih bujangan?
- Apakah Anda memiliki anak?
- Berapa umur mereka?
- Berapa banyak tanggungan Anda?
- Apakah Anda sudah pernah memiliki properti dan apakah sudah lunas atau masih dikenakan pembayaran cicilan pinjaman?
- Apakah Anda memiliki pendapatan pasif?
- Bagaimana struktur kompensasi pada pendapatan Anda?
- Apakah Anda memiliki rencana untuk membeli sesuatu yang bernilai besar seperti mobil dalam waktu dekat?
- Apakah Anda memiliki perlindungan seperti asuransi dan seterusnya?
Masih banyak lagi pertanyaan lainnya yang bisa diteruskan.
Penyesuaian
Portofolio dengan konsentrasi lebih tinggi pada ekuitas atau reksa dana ekuitas, mungkin lebih cocok untuk investor yang berusia muda daripada mereka yang mendekati usia pensiun karena memiliki asosiasi terhadap risiko yang lebih tinggi.Sebaliknya, mayoritas kepemilikan pada investasi penghasil pendapatan, seperti properti yang disewakan, reksa dana pendapatan tetap dan deposito bank mungkin lebih cocok untuk mereka yang mendekati usia pensiun.
Baca juga: Begini Tren Investasi pada Kalangan Milenial Tahun Ini, Metaverse Bakal Digandrungi!
Sementara itu, seseorang dengan kemungkinan lebih tinggi untuk melakukan pengeluaran besar dalam dua tahun ke depan harus menyimpan lebih banyak uang tunai atau investasi yang lebih cair dengan volatilitas yang lebih rendah dalam portofolio mereka.
Di sisi lain, untuk pribadi yang memiliki gaji tetap lebih tinggi, mungkin lebih cocok untuk berpartisipasi dalam rencana cicilan bulanan untuk investasi mereka.
Namun, untuk pribadi dengan pendapatan yang kurang stabil, yaitu mereka yang memiliki pendapatan dengan komposisi bonus dan komisi penjualan yang lebih tinggi mungkin kurang cocok untuk melakukan rencana cicilan bulanan.
Catatan redaksi: Artikel ini diambil dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 7 Agustus 2016.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.