Ilustrasi menyusui (Sumber gambar: Unsplash/Kevin Liang)

Mitos & Fakta Seputar Air Susu Ibu, Salah Satunya Benarkah Bisa Dijadikan KB Alami?

13 June 2022   |   15:46 WIB

Air susu ibu (ASI) menjadi suplai nutrisi terpenting bagi si buah hati pada masa-masa awal kehidupannya. Selain bermanfaat untuk menjaga kesehatan bayi, ASI juga berkontribusi besar terhadap peningkatan kecerdasan anak. Tidak heran jika banyak ibu yang terus berupaya dan bersusah payah memberikan ASI kepada buah hatinya.

Saking pentingnya ASI sebagai nutrisi utama bayi, beragam pandangan terkait ASI banyak berseliweran di masyarakat. Bahkan, banyak pula pandangan yang salah soal pemberian ASI yang berkembang di masyarakat.

Apa saja fakta dan mitos seputar ASI? Berikut penjelasan dari Dokter Spesialis Anak dari RS Siloam Paulus Linardi seperti dikutip dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 25 September 2016.
 

Ibu sakit tidak boleh memberikan ASI?

Dia menuturkan hal tersebut merupakan mitos salah kaprah yang beredar di masyarakat. “Ibu menyusui tetap bisa memberikan ASI ke anaknya meskipun sedang sakit,” ujarnya.

Baca juga: Hypnobirthing, Cara Ampuh Hadapi Stress Hingga Komplikasi Jelang Persalinan

Paulus menjelaskan, saat sedang sakit ibu akan membuat antibodi sendiri yang justru akan diberikan kepada anak melalui ASI. Dia bahkan menyarankan kepada ibu untuk tetap menyusui saat sedang sakit. Hal ini juga berlaku bagi ibu yang sedang mengonsumsi obat.

Paulus menjelaskan, ASI memiliki zat inumoglobulin yang tidak terdapat di susu formula. Zat inilah yang akan mewariskan kemampuan antiinfeksi ibu kepada sang anak.
 

ASI sebagai KB alami?

Pandangan lain yang berkembang di masyarakat adalah fungsi ASI untuk mencegah kehamilan. Banyak yang percaya menyusui bayi menjadi alat kontrasepsi alami bagi kalangan ibu. Benarkah demikian?

Menurut Paulus, pandangan ini tidak sepenuhnya salah, tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Agar bisa bermanfaat sebagai alat kontrasepsi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah hubungan suami istri harus dilakukan ketika ibu belum mengalami menstruasi ketika menyusui.

Sebaliknya, jika dilakukan setelah menstruasi maka manfaat ini tidak dapat dirasakan. “Menyusui dapat menekan produksi hormon dalam tubuh sehingga bisa menjadi alat kontrasepsi alami,” tuturnya.

Namun saat menstruasi, hormon pada tubuh akan kembali diproduksi. Paulus juga menambahkan, pada umumnya kontrasespsi alami ini hanya berlaku 6 bulan setelah melahirkan.
 

Kuantitas ASI sebagai tolok ukur kesuksesan?

Kendati sangat penting bagi perkembangan si buah hati, kuantitas ASI setiap ibu berbeda-beda. Ada yang memiliki ASI melimpah tetapi tidak sedikit juga yang tidak mampu memproduksi ASI dalam jumlah yang diinginkan.

Baca juga: Memilih Persalinan Normal atau Caesar? Ini Penjelasan dari Ahlinya

Seringkali jumlah ASI yang melimpah ini dijadikan indikator kesuksesan seorang ibu dalam menyusui. Padahal, faktor yang perlu diperhatikan adalah si buah hati itu sendiri. Jika terjadi peningkatan berat badan dan cukup buang air kecil, lima sampai enam kali per hari, maka boleh dikatakan sukses dalam program pemberian ASI.

“Jadi bukan lomba banyak-banyakan stok ASI,” tuturnya.

Editor: Dika Irawan
 

SEBELUMNYA

Angkat soal Poligami, Film Atas Nama Surga Tayang Serentak di Empat Negara

BERIKUTNYA

Dari Asia hingga Eropa, Foto-foto Ini Menggambarkan Kepiluan Pengungsi Mencari 'Rumah Baru'

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: