Bunda, Terapkan 4 Cara Ini untuk Mencegah Anak Kecanduan Game
12 June 2022 |
20:39 WIB
Bermain game sepertinya sudah menjadi kegiatan sehari-hari anak-anak saat ini, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Apalagi harga ponsel pintar dengan yang makin canggih dan terjangkau, ditambah pilihan aplikasi permainan yang beragam, membuat bermain gim sulit dipisahkan dari rutinitas.
Sebuah survei yang dikeluarkan South East Asian Nutrition Survey (Seanuts) pada 2015 saja sudah menunjukkan bahwa separuh dari anak Indonesia beraktivitas rendah karena malas bergerak. Terutama bagi anak-anak yang tinggal di perkotaan lebih malas bergerak dan kurang aktif ketimbang anak-anak yang ada di perdesaan.
Survei yang dilakukan tim Seanuts ini menunjukkan kalau anak-anak di perdesaan melangkah sebanyak 13.853 langkah per hari untuk anak laki-laki dan 11.911 langkah per hari untuk anak perempuan. Namun, anak-anak di perkotaan hanya melangkah sebanyak 12.910 langkah tiap harinya untuk anak laki-laki dan 12.113 langkah per hari untuk anak perempuan.
Baca juga: Begini Cara Menangkal Efek Buruk Game pada Anak
Dari data Seanuts yang dikeluarkan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) tersebut juga memperlihatkan bahwa anak-anak tidak mengalami pertumbuhan yang maksimal akibat malas bergerak. Dari hasil penelitian Seanuts sejak Januari hingga Desember 2011 di 25 provinsi (48 kabupaten/kota di 192 kelurahan/desa), 25,1% anak-anak di perkotaan dan 39,2% anak di perdesaan mengalami masalah pertumbuhan termasuk dalam tinggi badan.
Peneliti dari Persagi Heryudarini Harahap mengatakan banyak pola kehidupan anak Indonesia yang berubah pada zaman sekarang, salah satunya adalah maraknya warung internet dan gadget yang menyediakan beragam permainan, sehingga tidak banyak menuntut anak untuk aktif bergerak.
“Jadi sebanyak 55,2% anak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi, bermain game dan komputer lebih dari dua jam sehari,” katanya, beberapa waktu lalu.
Heryudarini menambahkan penelitian mengenai pola aktivitas anak Indonesia juga memperlihatkan bahwa anak-anak yang dianggap malas bergerak mayoritas berasal dari orang tua yang berpenghasilan tinggi. Anak-anak ini dengan mudah mendapatkan beragam fasilitas permainan di rumah.
Conny Tanjung yang tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan jika orang tua tidak segera bertindak tegas dan disiplin pada anak yang sudah malas bergerak akan membahayakan kesehatan dan tumbuh kembang sang anak sendiri.
Tidak hanya obesitas yang terjadi pada anak tetapi juga memengaruhi prestasi dan aktivitas sosial anak. Padahal dengan bergerak aktif anak-anak akan mudah belajar dan berinterasksi dengan lingkungan sekitar. Untuk itu orang tua perlu mendorong anak agar dapat mengatur jam main gim dengan aktivitas bergerak secara proporsional. Adapun hal yang harus dilakukan antara lain:
Baca juga: Trik Main Game Apex Legends Mobile untuk Pemula
Dengan demikian, anak akan memiliki komitmen dan kedisiplinan dalam menjalani rutinitasnya sehari-hari, dan kebiasaannya bermain gim dapat dibatasi secara proporsional.
Catatan redaksi: Materi ini diolah dari artikel Bisnis Indonesia Minggu edisi 15 Mei 2015.
Editor: Fajar Sidik
Sebuah survei yang dikeluarkan South East Asian Nutrition Survey (Seanuts) pada 2015 saja sudah menunjukkan bahwa separuh dari anak Indonesia beraktivitas rendah karena malas bergerak. Terutama bagi anak-anak yang tinggal di perkotaan lebih malas bergerak dan kurang aktif ketimbang anak-anak yang ada di perdesaan.
Survei yang dilakukan tim Seanuts ini menunjukkan kalau anak-anak di perdesaan melangkah sebanyak 13.853 langkah per hari untuk anak laki-laki dan 11.911 langkah per hari untuk anak perempuan. Namun, anak-anak di perkotaan hanya melangkah sebanyak 12.910 langkah tiap harinya untuk anak laki-laki dan 12.113 langkah per hari untuk anak perempuan.
Baca juga: Begini Cara Menangkal Efek Buruk Game pada Anak
Dari data Seanuts yang dikeluarkan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) tersebut juga memperlihatkan bahwa anak-anak tidak mengalami pertumbuhan yang maksimal akibat malas bergerak. Dari hasil penelitian Seanuts sejak Januari hingga Desember 2011 di 25 provinsi (48 kabupaten/kota di 192 kelurahan/desa), 25,1% anak-anak di perkotaan dan 39,2% anak di perdesaan mengalami masalah pertumbuhan termasuk dalam tinggi badan.
Peneliti dari Persagi Heryudarini Harahap mengatakan banyak pola kehidupan anak Indonesia yang berubah pada zaman sekarang, salah satunya adalah maraknya warung internet dan gadget yang menyediakan beragam permainan, sehingga tidak banyak menuntut anak untuk aktif bergerak.
“Jadi sebanyak 55,2% anak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi, bermain game dan komputer lebih dari dua jam sehari,” katanya, beberapa waktu lalu.
Heryudarini menambahkan penelitian mengenai pola aktivitas anak Indonesia juga memperlihatkan bahwa anak-anak yang dianggap malas bergerak mayoritas berasal dari orang tua yang berpenghasilan tinggi. Anak-anak ini dengan mudah mendapatkan beragam fasilitas permainan di rumah.
Conny Tanjung yang tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan jika orang tua tidak segera bertindak tegas dan disiplin pada anak yang sudah malas bergerak akan membahayakan kesehatan dan tumbuh kembang sang anak sendiri.
Tidak hanya obesitas yang terjadi pada anak tetapi juga memengaruhi prestasi dan aktivitas sosial anak. Padahal dengan bergerak aktif anak-anak akan mudah belajar dan berinterasksi dengan lingkungan sekitar. Untuk itu orang tua perlu mendorong anak agar dapat mengatur jam main gim dengan aktivitas bergerak secara proporsional. Adapun hal yang harus dilakukan antara lain:
1. Mengubah kebiasaan orang tua terhadap gadget.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengubah pola orang tua terlebih dahulu. Jika orang tua sudah mulai tegas untuk membatasi pemakaian gawai (gadget) atau ponsel pintar ada anak, jangan pula tunjukkan kebiasan orang tua yang terus menerus menggunakan gawai.2. Menjaga asupan gizi anak.
Kemudian mulai biasakan memberi anak asupan gizi yang baik. Kurangi kebiasaan mengajak anak menyantap makanan cepat saji dan jajanan yang tidak sehat. “Intinya tugas orang tua adalah mencontoh kan dulu kebiasaan sehat yang seperti apa yang harus dilakukan anak,” kata Conny.3. Mendorong anak untuk beraktivitas fisik.
Untuk menilai intensitas aktivitas fisik pada anak dapat dilakukan dengan mengajaknya berbicara pada saat anak sedang beraktivitas, jika anak masih menjawab pertanyaan tetapi dengan terengah-engah, maka aktivitas anak masih tergolong rendah.4. Membuat jadwal kegiatan harian.
Selain itu, biasakan membuat jadwal keseharian yang sederhana pada anak, misalnya, menggunakan gawai tidak lebih dari dua jam sehari dan bermain di luar rumah minimal satu jam.Baca juga: Trik Main Game Apex Legends Mobile untuk Pemula
Dengan demikian, anak akan memiliki komitmen dan kedisiplinan dalam menjalani rutinitasnya sehari-hari, dan kebiasaannya bermain gim dapat dibatasi secara proporsional.
Catatan redaksi: Materi ini diolah dari artikel Bisnis Indonesia Minggu edisi 15 Mei 2015.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.