Bermain gim daring (game online) telah menjadi aktivitas yang banyak digemari oleh anak-anak (Sumber gambar: Unsplash/Onur Binay)

Mencegah Dampak Negatif Game Online pada Anak

10 May 2022   |   08:59 WIB
Image
Syaiful Millah Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Industri gim baik di tingkat global maupun nasional terus tumbuh dari tahun ke tahun. Kendati begitu, perkembangan industri ini bukannya tanpa hambatan. Stigma negatif yang melekat pada video gim masih menjadi momok bagi banyak pihak. 

China misalnya. Sebagai pasar terbesar industri gim di dunia, pelaku gim di negara itu menghadapi rintangan berat akibat apa yang disebut oleh pemerintah sebagai ‘candu spiritual’ video gim daring, khususnya pada kelompok anak-anak. 

Hal ini berimplikasi pada kebijakan pemerintah setempat yang membatasi waktu bermain gim daring untuk para pemain di bawah umur hanya 3 jam per minggu. Sementara itu, laporan Statista pada 2021 mencatat umumnya para pemain gim di negara tersebut paling sedikit bermain selama 6 jam per minggu. 

Selain itu, otoritas Negeri Panda juga melakukan aturan ketat verifikasi nama asli yang melarang kelompok orang dewasa untuk melakukan pembelian dalam gim (in app purchase) secara anonim di platform gim yang ada di negara tersebut. 

Tak hanya China, Inggris juga belum lama ini menyinggung salah satu isu dalam permainan video gim yang dikenal sebagai loot box atau kotak acak berisi item tertentu. Disebutkan otoritas bahwa hal ini mengarah pada aktivitas perjudian, yang berdampak buruk bagi kelompok anak. 

Isu ini sejatinya telah muncul sejak beberapa tahun lalu, tak hanya di Inggris tapi juga Amerika Serikat dengan klaim yang mirip yakni kegiatan slot atau perjudian yang ilegal. Kebangkitan topik seputar loot box di Inggris menjadi tantangan bagi industri gim secara umum. 

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Data Allcorrect Games Insight mencatat ada sekitar 116 juta pemain gim di dalam negeri, dengan proporsi 35% di antaranya berusia 10 hingga 20 tahun, yang berarti di dalamnya mencakup kategori anak. 

Direktur Informasi dan komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Wiryanta, mengakui bahwa game online bisa menyebabkan anak kecanduan, dengan kecenderungan memiliki keinginan terus bermain sepanjang waktu. 

Menurutnya, hal ini merupakan dampak negatif yang dihasilkan dari produk teknologi masa kini. “Kemajuan teknologi membawa perubahan dalam budaya. Ini mengingatkan pada kita semua, terutama anak-anak bahwa game online juga bisa menyebabkan kecanduan,” katanya. 

Selain itu, isu mengenai cyber bullying dan kekerasan daring juga tak bisa dilepaskan dari permainan video gim daring. Untuk itu, pemerintah telah menetapkan Indonesia Gaming Rating System (IGRS) yang akan terus digalakkan. 

Anggota Komisi 1 DPR RI, Bobby Adhityo Rizaldi, menambahkan beberapa dampak negatif kecanduan gim daring yang telah banyak terjadi di kalangan masyarakat. Ini termasuk, menurunkan kebugaran tubuh, kesulitan berinteraksi dan berekspresi, hingga menimbulkan stres. 

Dia mengatakan, ada beberapa ciri anak kecanduan gim daring. Pertama, tidak peduli terhadap pelajaran sekolah. Kedua, tetap bermain gim walau sudah dilarang. Ketiga, enggan melepaskan gawai walau sebentar. Keempat, menolak bermain di luar bersama teman sebayanya. 

Hal ini, katanya, perlu ditangani sejak dari awal, mengingat industri gim berkembang dengan sangat pesat sehingga antisipasi harus menjadi kunci. Menurutnya, peran orang tua untuk membatasi dan memastikan konsumsi konten anak pada gawai harus dipertegas. 

“Pastikan orang tua bisa mengawasi anak saat bermain, batasi waktu jika anak bermain sendiri, taruh gadget di tempat yang tersembunyi, pasang sandi, dan tunjukkan sikap yang tegas,” katanya memberi beberapa kiat. 

Kepala Tim Ahli Kajian Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Amerika-Eropa, Faiz Arsyad, menambahkan beberapa tip untuk mencegah anak dari kecanduan gim daring, seperti mencari hobi dan kegiatan baru yang disukai. 

Dia juga menekankan perlunya manajemen waktu dan perhatian orang tua terhadap anak dalam bermain gim, di mana mereka perlu menetapkan batasan waktu dan meluangkan waktu untuk si buah hati saling bercerita dan berkegiatan bersama. 

Selain itu, Dia menyebut pengawasan anak terhadap bahaya gim daring juga perlu menjadi perhatian dari pemerintah dengan menghadirkan solusi atau kebijakan jitu guna meredam dampak negatif bagi anak, tapi tetap mendorong dampak positif yang ada. 

Faiz tak memungkiri bahwa gim daring memiliki sejumlah hal positif yang bisa dioptimalkan. Misalnya keterampilan yang akan meningkatkan koordinasi mata dan tangan, meningkatkan kemampuan baca, pengetahuan tentang komputer, hingga kemampuan bahasa asing. 


Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Bisa Jadi Camilan & Ide Jualan, Yuk Coba Resep Tahu Bakso Semarang Ini!

BERIKUTNYA

Diperingati Tiap 10 Mei, Ketahui Serba-Serbi Hari Lupus Sedunia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: