Ilustrasi keuangan (Sumber gambar: Unsplash/Ibrahim Rifath)

Siasat Agar Terhindar dari Middle Income Trap, Saat Kondisi Keuangan Terus Menurun

28 May 2022   |   13:04 WIB

Bisa jadi beberapa orang sukses di masa kini, tetapi pada kemudian hari bahkan pada masa tua banyak terlilit utang hingga jatuh kembali ke titik nol. Hal ini karena mereka salah merencanakan keuangan. Entah karena pensiun, harta habis tak bersisa, dan tidak memiliki investasi apa pun.

Pada kondisi tersebut muncul istilah middle income trap, yakni di mana keuangan mengalami stagnasi atau stuck pada level middle terus menerus. Kondisi seperti itu membuat sulit untuk naik kelas atau untuk mencapai keuangan yang sehat dan wealthy. Padahal, penghasilan sebelumnya mampu untuk memenuhi biaya hidup.

Baca juga: 5 Tips Sejahtera Finansial pada Hari Tua
 

Faktor penyebab

Kondisi tersebut dapat disebabkan beberapa faktor di antaranya adalah karena gaya hidup yang tinggi dan minim untuk menabung dan berinvestasi. Dihimpun dari Bisnis Indonesia Weekly edisi Mei 2018, perencana keuangan  M.Andoko mengatakan orang-orang seperti itu biasanya mengikuti tren gaya hidup tanpa memikirkan keuangan di masa depan. 

Kebanggaan atau gengsi terhadap barang branded, gaya hidup tinggi, pergaulan sosialita sudah menjadi kebiasaan. Padahal, jika ditinjau dari keuangan hal tersebut tidak dapat dilakukan.

“Jebakan itu memang terjadi. Itu paradoks keuangan artinya ketika penghasilannya bertambah tinggi pada saat yang sama memiliki potensi kehilangan income yang tinggi melalui gaya hidup, apalagi gaya hidup semakin komplek,”  jelas Andoko.

Andoko menuturkan ketika seseorang memiliki penghasilan yang cukup baik, kebutuhan  seperti sandang, papan, dan pangan merasa sudah terpenuhi selanjutnya mereka ingin aktualisasi diri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan gaya hidup mewah atau memiliki barang-barang mewah.

“Misalnya jalan-jalan [luar negeri], biasanya kalau sudah pernah jalan-jalan abis itu ketagihan. Keinginan menjadi semakin besar, itu yang perlu diperhatikan,” katanya.
 

Tidak masalah bila semuanya sudah dipersiapkan

Kendati begitu, menjadi hal yang wajar sepanjang hal tersebut telah dipersiapkan dengan matang jauh-jauh hari.  Mestinya, lanjut Andoko, kalau mereka memiliki tujuan keuangan akan lebih hati-hati untuk mengeluarkan uang. 

“ Tujuan itu akan membantu menuntun apa yang mereka inginkan atau yang sesuai dengan kebutuhannya,” katanya.

Menurutnya, dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih tak dapat dipungkiri dapat membuat godaan semakin tinggi. Dia mencontohkan memiliki handphone canggih lebih dari satu, mobil lebih dari satu, dan berkumpul dengan sosialita. 

Namun di sisi lain, sebenarnya hal tersebut dapat membantu mempermudah aktivitasnya apabila  dapat mengontrol penggunaan dan memahami tujuan keuangan dengan baik.

“Namun jangan cuma dilihat sebagai jebakan, bisa juga mendapatkan income tambahan, aktivitas tambahan ataupun networking [yang lebih luas],” lanjutnya.

Oleh karena itu perencanaan keuangan menjadi kuncinya. Dengan adanya perencanaan akan mempermudah dalam mengatur dan mengelolanya. 
 

Analisa terlebih dahulu

Agar tidak terjebak dengan keinginan sesat dan dorongan konsumtif semata, lebih baik menganalisa dahulu keuangan yang dimiliki. Dalam hal ini, membaca dan menuliskan apa saja modal, aset, sumber keuangan yang anda punya. Melalui analisa keuangan tersebut maka akan lebih mudah untuk membuat tujuan keuangan yang realistis. 

Dalam merencanakan keuangan langkah awal yang perlu diperhitungkan adalah  kemampuan finansial. Oleh karena itu, pertama yang harus dilakukan adalah mengategorikan sebagai kebutuhan prioritas karena kondisi setiap orang berbeda-beda. Setelah menentukan kebutuhan mana yang menjadi prioritas dan mana yang kurang maka seharusnya dapat memangkas anggaran belanja untuk keperluan yang tidak penting.

Baca juga: Perhatikan 2 Hal Penting ini Agar Ketahanan Finansial Kalian Terjaga

 Menurut Andoko, dalam hal perencanaan keuangan sehari-hari, Anda harus memiliki budgeting anggaran. Dia melanjutkan idealnya  dari pemasukan perencanaanya paling tidak mencapai 20% untuk investasi, 35% untuk cicilan terbagi atas cicilan produktif sebesar 20?n 15% cicilan konsumtif, sisanya sebesar 45?pat diatur untuk kebutuhan lain seperti uang transportasi dan untuk kebutuhan anak.

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Panduan Menonton BNI Java Jazz Festival 2022, dari Jadwal sampai Panggung

BERIKUTNYA

Ternyata Begini Kisah di Balik Lagu Berjudul Seniman Karya Adhitia Sofyan 

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: