Bukan Cuma Seru-seruan, Ini Motif Lahirnya Gerakan No Backpack Day
22 May 2022 |
14:54 WIB
Beberapa waktu belakangan viral tentang aksi No Bakcpack Day atau Hari Tanpa Ransel yang dilakukan oleh sejumlah siswa di sebuah sekolah di Jakarta. Dalam aksi ini, para siswa menggunakan berbagai macam tempat untuk buku-buku pelajaran yang akan digunakan saat bersekolah.
Ya, No Backpack Day bukan sekadar hari seru-seruan yang dilakukan oleh anak-anak atau siswa-siswa sekolah. Lebih dari itu, No Backpack Day merupakan bentuk solidaritas bagi anak-anak sekolah lainnya yang tidak mampu membeli tas untuk buku-buku atau perlengkapan sekolah dan harus berjalan bermil-mil jauhnya.
Dilansir dari nobackpackday.org, Mongai Fankam adalah sosok yang ada di balik Hari Tanpa Ransel ini. Dia memprakarsai gerakan No Backpack Day saat melihat kondisi anak-anak di Kamerun, Afrika.
Baca juga: Tip Menyiapkan Mental Anak Kembali ke Sekolah
Dia menyaksikan sebagian besar anak-anak di pedesaan Kamerun harus berjalan bermil-mil untuk sekolah. Tidak hanya itu, mereka yang bepergian ke sekolah juga tidak membawa tas punggung atau ransel untuk membawa perlengkapan belajar.
Merasa iba dengan kondisi sebagian besar anak-anak tersebut, Mongai memutuskan untuk tidak berdiam diri. Dia merasa perlu mengambil sebuah tindakan.
Dia pun meminta sebuah celengan kepada sang ibu saat kembali ke Amerika. Sang wanita kecil itu kemudian bertekad untuk mengumpulkan uang di dalam celengan, dan berharap dapat memberikan tas ransel bagi anak-anak di Kamerun.
Saat berkunjung lagi ke Kamerun, celengan yang dimiliki berisi US$175. Saat itu, dia berpikir dapat membelikan seluruh anak-anak di Kamerun tas ransel. Dia merasa kecewa lantaran uang yang dimiliki hanya cukup untuk memberi 12 ransel.
“Saya tahu jika saya membeli tas ransel, tidak semua anak bisa mendapatkan tas ransel. Saya tidak ingin seorang anak untuk tidak memiliki ransel. Jadi saya memutuskan untuk mendapatkan buku catatan, pena, pensil, penggaris, rautan, dan penghapus sehingga setiap anak setidaknya akan menerima perlengkapan sekolah dengan lengkap,” katanya.
Dia pun lalu bercerita mengenai rasa keprihatinannya terhadap anak-anak sekolah di Kamerun kepada sang guru, dan menyampaikan keinginannya bahwa teman-teman sekolahnya di Sekolah Dasar Blythe di AS menyumbangkan ransel dan perlengkapan sekolah untuk anak-anak Kamerun dengan kondisi yang tidak mampu memiliki ransel.
Dia juga menginginkan teman-teman di sekolahnya datang ke sekolah tanpa ransel dalam sehari. Aktivis muda yang telah mendapatkan berbagai penghargaan tersebut menginginkan teman-temannya membawa semua perlengkapan dan buku di tangan atau di dalam kantong plastik seperti yang dilakukan oleh anak-anak di Kamerun setiap hari.
Gayung bersambut. Kepala Sekolah di Blythe Elementary, staf, dan seluruh siswa memberikan dukungan untuk keinginan Mongai dan menjalankan aksi itu. Hari itu pun kemudian ditetapkan sebagai Hari Tanpa Ransel atau No Backpack Day.
Sejak 2012 silam, masih dalam laman yang sama, hampir 40 sekolah di Charlote telah bergabung dan menjalankan aksi tersebut. Tidak hanya itu, lebih dari 20.000 ransel telah diberikan kepada anak-anak di sejumlah negara yang memerlukan seperti di Kamerun, Tanjung Verde, Liberia, Malawi, Nigeria, Sierra Leone, Afrika Selatan, Togo, Toronto , Uganda, Zimbabwe dan secara lokal di Carolina Utara.
Harapan besar sang aktivis muda tersebut adalah gerakan Hari Tanpa Ransel menyebar ke banyak sekolah, dan berharap tidak ada lagi anak yang membawa buku dalam kantong plastik atau ditenteng di tangan.
Lebih dari menjalankan aksi Hari Tanpa Ransel, wanita yang dibawa oleh sang ibu dalam sebuah perjalanan misi ke Kamerun saat usia 3 tahun juga meluncurkan sebuah mode pakaian yang sebagian dari penjualannya untuk mendukung inisiatif No Backpack Day.
Baca juga: Ini Dia Sekolah Esport Pertama di Dunia
Mongai telah bertemu dengan beberapa pemimpin terkenal dunia sejalan dengan pekerjaan advokasi di bidang pendidikan. Dia telah berbagi panggung dengan Dr. Joyce Banda yang merupakan mantan Presiden Republik Malawi, Dr. Ameenah Gurib-Fakim mantan Presiden Republik Mauritius, Ny. Leymah Gbowee pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2011, dan sebagainya.
Sejumlah penghargaan yang telah diterima oleh Mongai antara lain menerima The 2014 Annie T. Doe Memorial Foundation Humanitarian Award Recipient pada 13 September 2014. Dinobatkan sebagai gadis luar biasa oleh Lake Norman Women Magazine pada edisi Juni 2014.
Pada 14 Maret 2016, dia juga memperoleh penghargaan dari 104,7 FM sebagai anak yang luar biasa, dan banyak lagi pencapaian yang diperoleh oleh Mongai.
Editor: Fajar Sidik
Ya, No Backpack Day bukan sekadar hari seru-seruan yang dilakukan oleh anak-anak atau siswa-siswa sekolah. Lebih dari itu, No Backpack Day merupakan bentuk solidaritas bagi anak-anak sekolah lainnya yang tidak mampu membeli tas untuk buku-buku atau perlengkapan sekolah dan harus berjalan bermil-mil jauhnya.
Dilansir dari nobackpackday.org, Mongai Fankam adalah sosok yang ada di balik Hari Tanpa Ransel ini. Dia memprakarsai gerakan No Backpack Day saat melihat kondisi anak-anak di Kamerun, Afrika.
Baca juga: Tip Menyiapkan Mental Anak Kembali ke Sekolah
Dia menyaksikan sebagian besar anak-anak di pedesaan Kamerun harus berjalan bermil-mil untuk sekolah. Tidak hanya itu, mereka yang bepergian ke sekolah juga tidak membawa tas punggung atau ransel untuk membawa perlengkapan belajar.
Merasa iba dengan kondisi sebagian besar anak-anak tersebut, Mongai memutuskan untuk tidak berdiam diri. Dia merasa perlu mengambil sebuah tindakan.
Dia pun meminta sebuah celengan kepada sang ibu saat kembali ke Amerika. Sang wanita kecil itu kemudian bertekad untuk mengumpulkan uang di dalam celengan, dan berharap dapat memberikan tas ransel bagi anak-anak di Kamerun.
Saat berkunjung lagi ke Kamerun, celengan yang dimiliki berisi US$175. Saat itu, dia berpikir dapat membelikan seluruh anak-anak di Kamerun tas ransel. Dia merasa kecewa lantaran uang yang dimiliki hanya cukup untuk memberi 12 ransel.
“Saya tahu jika saya membeli tas ransel, tidak semua anak bisa mendapatkan tas ransel. Saya tidak ingin seorang anak untuk tidak memiliki ransel. Jadi saya memutuskan untuk mendapatkan buku catatan, pena, pensil, penggaris, rautan, dan penghapus sehingga setiap anak setidaknya akan menerima perlengkapan sekolah dengan lengkap,” katanya.
Dia pun lalu bercerita mengenai rasa keprihatinannya terhadap anak-anak sekolah di Kamerun kepada sang guru, dan menyampaikan keinginannya bahwa teman-teman sekolahnya di Sekolah Dasar Blythe di AS menyumbangkan ransel dan perlengkapan sekolah untuk anak-anak Kamerun dengan kondisi yang tidak mampu memiliki ransel.
Dia juga menginginkan teman-teman di sekolahnya datang ke sekolah tanpa ransel dalam sehari. Aktivis muda yang telah mendapatkan berbagai penghargaan tersebut menginginkan teman-temannya membawa semua perlengkapan dan buku di tangan atau di dalam kantong plastik seperti yang dilakukan oleh anak-anak di Kamerun setiap hari.
Gayung bersambut. Kepala Sekolah di Blythe Elementary, staf, dan seluruh siswa memberikan dukungan untuk keinginan Mongai dan menjalankan aksi itu. Hari itu pun kemudian ditetapkan sebagai Hari Tanpa Ransel atau No Backpack Day.
Sejak 2012 silam, masih dalam laman yang sama, hampir 40 sekolah di Charlote telah bergabung dan menjalankan aksi tersebut. Tidak hanya itu, lebih dari 20.000 ransel telah diberikan kepada anak-anak di sejumlah negara yang memerlukan seperti di Kamerun, Tanjung Verde, Liberia, Malawi, Nigeria, Sierra Leone, Afrika Selatan, Togo, Toronto , Uganda, Zimbabwe dan secara lokal di Carolina Utara.
Harapan besar sang aktivis muda tersebut adalah gerakan Hari Tanpa Ransel menyebar ke banyak sekolah, dan berharap tidak ada lagi anak yang membawa buku dalam kantong plastik atau ditenteng di tangan.
Lebih dari menjalankan aksi Hari Tanpa Ransel, wanita yang dibawa oleh sang ibu dalam sebuah perjalanan misi ke Kamerun saat usia 3 tahun juga meluncurkan sebuah mode pakaian yang sebagian dari penjualannya untuk mendukung inisiatif No Backpack Day.
Baca juga: Ini Dia Sekolah Esport Pertama di Dunia
Mongai telah bertemu dengan beberapa pemimpin terkenal dunia sejalan dengan pekerjaan advokasi di bidang pendidikan. Dia telah berbagi panggung dengan Dr. Joyce Banda yang merupakan mantan Presiden Republik Malawi, Dr. Ameenah Gurib-Fakim mantan Presiden Republik Mauritius, Ny. Leymah Gbowee pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2011, dan sebagainya.
Sejumlah penghargaan yang telah diterima oleh Mongai antara lain menerima The 2014 Annie T. Doe Memorial Foundation Humanitarian Award Recipient pada 13 September 2014. Dinobatkan sebagai gadis luar biasa oleh Lake Norman Women Magazine pada edisi Juni 2014.
Pada 14 Maret 2016, dia juga memperoleh penghargaan dari 104,7 FM sebagai anak yang luar biasa, dan banyak lagi pencapaian yang diperoleh oleh Mongai.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.