Minuman manis penyebab PTM. (Sumber gambar : Unsplash/Frank Zheng)

Waspada Penyakit Tidak Menular, Penyebab Tertinggi Kematian di Indonesia

19 May 2022   |   07:30 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi beban bagi negara. Pasalnya, 73 persen kematian di Indonesia disebabkan oleh kelompok penyakit ini. Ironisnya, 80 persen PTM disebabkan oleh gaya hidup yang sejatinya dapat dicegah.

Sekretaris Umum Aliansi PTM dr. Ade Meidian Ambari menerangkan, karena sifatnya yang kronis atau menahun dan tidak memberikan dampak kesehatan seketika, umumnya masyarakat tidak sadar bahwa perilaku mereka berisiko pada penyakit tidak menular. 

Faktor risiko tersebut berupa konsumsi makanan dan minuman dengan kandungan gula, garam, dan lemak yang tinggi, konsumsi rokok, asupan sayur dan buah yang rendah, serta tidak berolahraga. 

"Konsumsi garam dan lemak jenuh oleh penduduk Indonesia melebihi anutan yang seharusnya. Indonesia negara peringkat 3 konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK). Ini berkontribusi pada penyakit tidak menular," ungkapnya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (18/5/2022).

Oleh karena itu, dia berharap adanya pengendalian faktor risiko PTM seperti menerapkan cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) dan segera menyelesaikan revisi PP 109/ 2012 dalam pengendalian produk zat adiktif tembakau. 

Baca juga: Kenali Penyakit Infeksi Saluran Kemih, Mulai dari Gejala hingga Pencegahan

"Rokok merupakan faktor risiko yang berkontribusi pada semua penyebab kematian PTM," jelas Ade. 

Salah satu bentuk PTM yang banyak diderita masyarakat Indonesia adalah obesitas. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), di Indonesia, prevalensi obesitas pada kelompok dewasa meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu satu dekade terakhir, dari 10,50 persen pada 2007 menjadi 21,80 persen pada 2018. 

Sedangkan prevalesi obesitas pada anak usia 5–12 tahun mencapai 18,8 persen dan menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat obesitas pada anak tertinggi di wilayah ASEAN. 

Kemudian, angka kesakitan akibat diabetes juga berdampak luas. Anita Sabidi, anggota Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) dan Ikatan Diabetes Anak dan Remaja (Ikadar) menyebut sebanyak 19,5 juta orang penduduk Indonesia merupakan penderita diabetes yang seumur hidupnya harus menjalani pengobatan dengan biaya yang tidak sedikit. 

Negara setidaknya harus menanggung sebesar Rp 21,2 triliun untuk membiayai terapi penyakit ini. "Diabetes merupakan penyebab kematian tertinggi nomor 3 di Indonesia," imbuhnya.

Selain itu, bentuk PTM yang juga banyak diderita masyarakat Indonesia adalah hipertensi. Sekitar 52,7 persen penduduk Indonesia mengonsumsi natrium  lebih 2000 mg/hari atau melebihi batas yang dianjurkan. 

Rata-rata asupan natrium penduduk Indonesia mencapai 2.764 mg/orang/hari. Sebanyak 73 persen natrium yang dikonsumsi berasal dari makanan yang dimasak di rumah dan 23 persen dari makanan yang dibeli di luar rumah.

Karena itu, tidak mengherankan apabila Riskesdas 2018 menunjukkan, prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia 34,11 persen atau naik dari sebelumnya 25,8 persen tahun 2013. 

Ketua Bidang Edukasi Publik dan Pemberdayaan Masyarakat Komnas PT dra. Rita Damayanti menilai hal ini pada akhirnya dapat memicu komplikasi kesehatan yang lebih buruk.

Kondisi itu diperburuk oleh prevalensi konsumsi rokok penduduk di atas 15 tahun di Tanah Air yang mencapai 66 persen dan prevalensi perokok pada kelompok umur 10-14 tahun yang sebesar 3,5 persen.

Baca juga: Mulai Sekarang Jangan Sungkan Konsumsi Jamur

"Untuk mencegah penyakit tidak menular, tidak ada cara lain selain dengan menghindari faktor risikonya. Upaya ini tidak cukup hanya dengan promosi dan edukasi kesehatan saja, harus ada kebijakan yang secara komprehensif yang mengatur," tutur Rita.

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Rose BLACKPINK Tampil Beda dengan Gaya Rambut Pendek

BERIKUTNYA

Bohemia Interactive Rilis Game Baru Arma Reforger & Umumkan Pengembangan Arma 4 

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: