Takjil menjadi salah satu istilah yang identik dengan bulan Ramadan (Sumber gambar: Umar Ben/Unsplash)

Identik dengan Bulan Puasa, Yuk Ketahui Asal-usul Istilah Takjil

16 April 2022   |   12:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Takjil menjadi salah satu istilah yang identik dengan bulan Ramadan. Takjil merupakan istilah umum untuk kudapan yang dimakan sesaat setelah berbuka puasa yang biasanya berupa panganan ringan seperti gorengan, kolak, es campur dan sop buah.

Meski sering mengucapkannya, tak sedikit orang yang masih belum memahami arti dari istilah takjil itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), takjil memiliki dua arti yakni mempercepat dalam berbuka puasa dan nomina konkret yang berarti makanan untuk berbuka puasa.

Kamus lain yakni Loan-Words in Indonesian and Malay (Obor, 2008), mengartikan istilah takjil sebagai food such as dates used to break the fast yang dalam bahasa Indonesia berarti makanan seperti kurma yang digunakan untuk berbuka puasa. Selain itu, kamus ini juga mencatat takjil dengan arti hastening atau menyegerakan.
 

Gorengan salah satu takjil yang digemari banyak orang (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Gorengan salah satu takjil yang digemari banyak orang (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

(Baca juga: 2 Resep Takjil Berbahan Kurma ala Sisca Soewitomo)


Asal-usul Istilah Takjil

Melansir dari laman resmi Muhammadiyah, Sabtu (16/4/2022), istilah takjil berasal dari bahasa Arab yang diambil dari Hadis Nabi Muhammad Riwayat Bukhari dan Muslim yang berbunyi manusia masih terhitung dalam kebaikan selama ia menyegerakan (Ajjalu) berbuka.

Istilah Ajjalu atau menyegerakan dalam hadis tersebut, dalam bahasa Arab memiliki medan semantik yaitu ajjala–yu’ajjilu–ta’jilan yang artinya momentum, tergesa-gesa, menyegerakan, atau mempercepat. Begitupun dalam KBBI yang mengistilahkan takjil sebagai makanan untuk berbuka puasa yang disegerakan.

Dalam tataran budaya, takjil umumnya dimiliki oleh setiap bangsa muslim di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia. Snouck Hurgronje dalam De Atjehers, yakni laporannya setelah mengunjungi Aceh di antara tahun 1891-1892, mencatat bahwa masyarakat lokal telah mengadakan buka puasa (takjil) di masjid beramai-ramai dengan ie bu peudah atau bubur pedas.

Dalam catatan lain yang belum terkonfirmasi kebenarannya, takjil bahkan menjadi medium dakwah Wali Songo untuk melakukan dakwah dan Islamisasi di bumi Nusantara.

Meskipun Takjil dikenal sebagai bagian dari perintah Nabi dan diadopsi dalam berbagai budaya yang berbeda, nyatanya pada masa-masa itu takjil hanya menjadi kebudayaan lokal, dan bukan kebudayaan populer.
 

Kurma dan es campur adalah panganan takjil yang populer (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

 

Anjuran berbagi Takjil

Takjilan menjadi budaya pada bulan puasa terutama di masjid-masjid. Dalam tulisan berjudul Menilik Budaya Takjil di Bulan Puasa oleh Sule Subaweh, menyebutkan takjilan merupakan sumbangan kaum Muslim atau jemaah Masjid yang diberikan secara bergantian sesuai jadwal setiap hari selama Ramadhan.

Salah satu dalil yang melatarbelakangi adanya ibadah sedekah dalam bentuk takjil tersebut sebagaimana hadis berikut ini.

“Barang siapa yang memberi buka orang yang berpuasa, niscaya dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sama sekali.” (Hadis Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah).


Selain itu, anjuran berbagi takjil juga diperkuat oleh sabda Rasulullah SAW berikut ini.

"Sesungguhnya orang yang berpuasa jika ia berbuka pada seseorang, maka malaikat akan mendoakan orang tersebut hingga orang yang berpuasa tersebut selesai hajatnya, atau sampai menyelesaikan makanannya." (HR Darimi dan Abu Ya'la dengan Isnad Jayid).


Atas dasar hadis di atas, banyak orang memberikan takjil yang berlangsung selama bulan puasa yang biasanya dipusatkan di masjid, surau, musala, atau langgar. Pemberian takjil biasanya dilakukan menjelang berbuka.

Berbagai panganan yang biasanya dibagikan sebagai takjil seperti nasi, roti, kurma, kolak, teh, maupun camilan tradisional lokal lainnya. Biasanya, takjil disediakan oleh umat secara sukarela sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama. 


Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

10 Destinasi Situs Peninggalan Kerajaan Islam, Pas untuk Wisata Religi

BERIKUTNYA

Awas, Ini 7 Tipe Teman Toksik yang Harus Dihindari

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: