Reog Ponorogo (Sumber gambar: Indonesia Kaya)

Mengenal Sejarah Reog Ponorogo, Kesenian yang Mau Diklaim Malaysia

11 April 2022   |   14:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Malaysia berencana akan mengajukan kesenian Reog Ponorogo sebagai kebudayaan negaranya ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Hal tersebut membuat seniman Reog di Ponorogo, Jawa Timur, gusar. Mereka menuntut pemerintah segera mendaftarkan Reog ke UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia.

Tak ingin jatuh ke tangan Malaysia, pemerintah pun telah mengajukan kesenian Reog Ponorogo ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) milik Indonesia pada 18 Februari 2022 lalu. Saat ini, pemerintah tengah memenuhi dan melengkapi persyaratan administrasi pengajuannya ke UNESCO.
 

Sejarah Reog Ponorogo

Reog merupakan tarian tradisional yang digelar di arena terbuka dan berfungsi sebagai hiburan rakyat. Biasanya akan ada penari utama berkepala singa dengan hiasan bulu merak, ditambah beberapa penari bertopeng dan berkuda lumping.

Menurut disertasi berjudul Reog Ponorogo dalam Tinjauan Aksiologi Relevansinya dengan Pembangunan Karakter Bangsa yang ditulis oleh Asmoro Achmadi, sejarah awal mula kesenian Reog Ponorogo memiliki beberapa versi. 

Pertama, Klana Sewandana, raja kerajaan Bantarangin, melamar putri raja Kediri Dewi Sanggalangit. Salah satu syarat lamarannya yakni dibuatkan gamelan model baru dan manusia berkepala harimau. Gamelan tersebut sebagai cikal bakal kesenian reog yang saat itu disebut gumbung.

Kedua, Ki Ageng Kutu sebagai abdi raja Brawijaya V memilih meninggalkan Majapahit, karena Brawijaya V tidak dapat menguasai kerajaan dan lebih dikuasai istrinya. Ki Ageng Kutu di daerah Wengker akhirnya mendirikan padepokan Surukubeng melatih para muda berlatih ilmu kanuragan dengan permainan barongan.

Barongan tersebut sebagai sindiran terhadap Raja Brawijaya V, sehingga Ki Ageng Kutu dianggap mbalelo/ memberontak. Brawijaya V sangat sulit menaklukkan Surukubeng, maka diutuslah Raden Katong menaklukkannya dan berhasil. Akhirnya, Raden Katong diserahi tanah perdikan Wengker.

Ketiga, sebelum Raden Katong menguasai Wengker, Ki Ageng Kutu menciptakan barongan yang menjadi permainan para warok. Setelah Ki Ageng Kutu dikalahkan Raden Katong, maka Raden Katong memandang perlu melestarikan barongan sebagai media dakwah Islam. 

Barongan yang dahulu dipunyai para warok sekarang menjadi milik masyarakat Ponorogo dan diganti nama reog. Kata reog berasal dari kata riyokun artinya husnul khotimah. Maksudnya, perjuangan Raden Katong dan kawan-kawannya diharapkan menjadi perjuangan yang diridai Tuhan.

(Baca juga: Ramai Soal Pawang Hujan, Begini Sejarahnya yang telah Ada Sejak Zaman Purba)

 

b

Reog Ponorogo (Sumber gambar: Indonesia Kaya)


Pementasan Reog
1
2


SEBELUMNYA

Review Deebot X1 Omni: Robot Pembersih Rumah Serba Otomatis 

BERIKUTNYA

Intip Yuk, Fitur-Fitur yang Bakal Hadir di Android 13 Tiramisu

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: