Tarian Seirama Barongsai dan Reog Ponorogo Hadir di Car Free Day Sunday Market LIT
12 February 2023 |
13:56 WIB
Barongsai sudah lama dikenal sebagai tarian tradisional Tiongkok yang nyentrik dengan ornamen singa dan naga yang dikenakan penarinya. Tercatat, Barongsai sudah menjadi hiburan bagi warga Tiongkok yang dimulai sejak ribuan tahun lalu, bahkan sebelum masa Dinasti Chin memimpin di abad ke-3 sebelum masehi.
Keunikan Barongsai memang selalu menarik untuk ditonton. Apalagi, para penari Barongsai selalu menampilkan atraksi melompat hingga meliuk-liuk dengan indah dengan kostum khas berwarna merah dan emas. Lembaga Indonesia-Tiongkok (LIT) membawa Barongsai sebagai tontonan menarik di rangkaian Car Free Day sekitar jalan Sahid Sudirman pada 12 Februari 2023.
Baca juga: 5 Fakta Menarik tentang Barongsai, Tarian Singa dalam Tradisi Imlek
Menariknya, para penari Barongsai tak sendiri menampilkan hiburan bagi masyarakat yang sedang asyik olahraga di jalan Sudirman. Kali ini, kesenian Tiongkok itu dipadukan dengan penampilan Reog Ponorogo. Sebagaimana diketahui, Reog Ponorogo sebagai kesenian asli Indonesia dari Ponorogo, Jawa Timur juga telah lama populer.
Reog Ponorogo menjadi salah satu hiburan rakyat Ponorogo yang sedikit mengandung unsur magis, di mana seseorang menari menggunakan topeng besar di bagian kepalanya yang diperkirakan memiliki bobot hingga 50 kg.
Kegagahan Reog Ponorogo berpadu dengan cantiknya Barongsai mewarnai event Sunday Market dari LIT tersebut. Bahkan masyarakat masih memadati area untuk menonton kesenian ini meski cuaca sedang tak bersahabat karena hujan mengguyur.
Sudrajat selaku Ketua Lembaga Indonesia-Tiongkok menuturkan, program Sunday Market LIT kali ini menonjolkan seni budaya yang populer dari Indonesia dan Tiongkok.
Ada alasan mengapa LIT kali ini membawa paduan Barongsai dan Reong Ponorogo. Menurut Sudrajat, Reog, Barongsai, dan Liong memiliki karakter dan frekuensi yang seirama sehingga sangat cocok bila dipadukan.
“Jadi sebetulnya kalau ditilik ya Reog itu ada terinspirasinya dari Barongsai ya, jadi ada koneksinya. Nila-nilai yang dahulu ada di Ponorogo dituangkan ke kesian Reog ini ada pengaruhnya dari budaya-budaya Tiongkok,” jelas Sudrajat.
Melalui hiburan yang memadukan dua unsur kebudayaan ini, Sudrajat berharap hubungan Indonesia dan Tiongkok bisa lebih baik dan terikat, ditunjukkan dengan hiburan-hiburan semacam panggung pertunjukan di Sunday Market.
Paduan tampilnya Barongsai dan Reog Ponorogo merupakan satu di antara rangkaian kegiatan Sunday Market LIT. LIT memiliki komitmen untuk mendukung kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya serta gaya hidup masyarakat.
LIT adalah organisasi kemasyarakat non-pemerintah dan non-profit yang dibuat berdasarkan ketentuan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan dan Peraturan Pelaksanaannya, dengan Surat Keterangan Terdaftar Nomor: 102 Tahun 1999 DIV dari Bidang Dalam Negeri Republik Indonesia Cq Direktorat Jenderal Sosial Politik.
Baca juga: Mengenal Sejarah Reog Ponorogo, Kesenian yang Mau Diklaim Malaysia
Kegiatannya melingkupi gerakan hubungan bilateral Indonesia dan Tiongkok khususnya dalam hal ekonomi, sosial, dan budaya. Mulanya, organisasi ini bernama Lembaga Indonesia-Cina (LIC) yang kemudian mengalami perubahan nama setelah Keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengganti kata China menjadi Tionghoa pada Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2014.
Editor: Fajar Sidik
Keunikan Barongsai memang selalu menarik untuk ditonton. Apalagi, para penari Barongsai selalu menampilkan atraksi melompat hingga meliuk-liuk dengan indah dengan kostum khas berwarna merah dan emas. Lembaga Indonesia-Tiongkok (LIT) membawa Barongsai sebagai tontonan menarik di rangkaian Car Free Day sekitar jalan Sahid Sudirman pada 12 Februari 2023.
Baca juga: 5 Fakta Menarik tentang Barongsai, Tarian Singa dalam Tradisi Imlek
Menariknya, para penari Barongsai tak sendiri menampilkan hiburan bagi masyarakat yang sedang asyik olahraga di jalan Sudirman. Kali ini, kesenian Tiongkok itu dipadukan dengan penampilan Reog Ponorogo. Sebagaimana diketahui, Reog Ponorogo sebagai kesenian asli Indonesia dari Ponorogo, Jawa Timur juga telah lama populer.
Reog Ponorogo menjadi salah satu hiburan rakyat Ponorogo yang sedikit mengandung unsur magis, di mana seseorang menari menggunakan topeng besar di bagian kepalanya yang diperkirakan memiliki bobot hingga 50 kg.
Kegagahan Reog Ponorogo berpadu dengan cantiknya Barongsai mewarnai event Sunday Market dari LIT tersebut. Bahkan masyarakat masih memadati area untuk menonton kesenian ini meski cuaca sedang tak bersahabat karena hujan mengguyur.
Penampilan Reog Ponorogo di Sunday Market LIT (Sumber gambar: Arief Hermawan/Hypeabis.id)
Sudrajat selaku Ketua Lembaga Indonesia-Tiongkok menuturkan, program Sunday Market LIT kali ini menonjolkan seni budaya yang populer dari Indonesia dan Tiongkok.
Ada alasan mengapa LIT kali ini membawa paduan Barongsai dan Reong Ponorogo. Menurut Sudrajat, Reog, Barongsai, dan Liong memiliki karakter dan frekuensi yang seirama sehingga sangat cocok bila dipadukan.
“Jadi sebetulnya kalau ditilik ya Reog itu ada terinspirasinya dari Barongsai ya, jadi ada koneksinya. Nila-nilai yang dahulu ada di Ponorogo dituangkan ke kesian Reog ini ada pengaruhnya dari budaya-budaya Tiongkok,” jelas Sudrajat.
Melalui hiburan yang memadukan dua unsur kebudayaan ini, Sudrajat berharap hubungan Indonesia dan Tiongkok bisa lebih baik dan terikat, ditunjukkan dengan hiburan-hiburan semacam panggung pertunjukan di Sunday Market.
Paduan tampilnya Barongsai dan Reog Ponorogo merupakan satu di antara rangkaian kegiatan Sunday Market LIT. LIT memiliki komitmen untuk mendukung kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya serta gaya hidup masyarakat.
LIT adalah organisasi kemasyarakat non-pemerintah dan non-profit yang dibuat berdasarkan ketentuan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan dan Peraturan Pelaksanaannya, dengan Surat Keterangan Terdaftar Nomor: 102 Tahun 1999 DIV dari Bidang Dalam Negeri Republik Indonesia Cq Direktorat Jenderal Sosial Politik.
Baca juga: Mengenal Sejarah Reog Ponorogo, Kesenian yang Mau Diklaim Malaysia
Kegiatannya melingkupi gerakan hubungan bilateral Indonesia dan Tiongkok khususnya dalam hal ekonomi, sosial, dan budaya. Mulanya, organisasi ini bernama Lembaga Indonesia-Cina (LIC) yang kemudian mengalami perubahan nama setelah Keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengganti kata China menjadi Tionghoa pada Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2014.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.