Ilustrasi bisnis online (Sumber gambar: Roberto Cortese/Unsplash)

Laporan Ini Jelaskan Hambatan Suatu Brand Bangun Interaksi dengan Konsumen

24 March 2022   |   06:30 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Genhype, tahukah kalian, dengan teknologi saat ini, interaksi antara konsumen dengan suatu brand dapat terlacak. Setidaknya, ada lebih dari empat juta interaksi konsumen dengan brand setiap harinya. Pemilik brand bisa memanfaatkan data tersebut sebagai acuan bisnis mereka dan melihat ekspektasi konsumen.

Berdasarkan laporan yang dirilis oleh perusahaan consumer intelligence Talkwalker, para konsumen cenderung menginginkan produk yang lebih inovatif, lebih cepat dan lebih baik. Laporan berjudul Shape Tomorrow itu merupakan hasil dari analisis Talkwalker terhadap 100 brand global selama dua tahun terakhir.

Hasil laporan itu terbagi dalam tiga kategori yakni ekspektasi konsumen yang berfokus pada diri sendiri sebesar 64%, masyarakat (35%), dan global (1%). Analisis itu menunjukkan bahwa terjadi peningkatan permintaan konsumen terhadap brand untuk mengadvokasi keragaman dan inklusi, meningkatkan standar hidup karyawan, dan memastikan produknya dapat diterima oleh konsumen yang lebih luas.

Selain itu, laporan Shape Tomorrow juga mengidentifikasi lima hambatan utama yang perlu diatasi brand agar terkoneksi dengan konsumen terutama pada pascapandemi seperti kekacauan data, kurangnya kecepatan, kurangnya sumber daya, ketidakmampuan untuk membuktikan return of investment (ROI), dan ketidakpastian masa depan.
 

Ilustrasi pebisnis (Sumber gambar: Nataliya Vaitkevich/Pexels)

Ilustrasi pebisnis (Sumber gambar: Nataliya Vaitkevich/Pexels)

Kelima hambatan itu dinilai memiliki risiko yang lebih tinggi dari sebelumnya bagi brand dalam hal mencapai kedekatan dengan konsumen. Padahal, brand dengan customer centric tumbuh hampir tiga kali lebih cepat daripada rata-rata industri.

Benjamin Soubies, Managing Director APAC & Jepang Talkwalker, melihat adanya kesenjangan yang melebar antara apa yang disampaikan brand dan apa yang ingin didengar konsumen.

Benjamin menerangkan pada pengalaman konsumen yang positif misalnya, pihaknya telah melihat penurunan sebesar 17,5?lam interaksi media sosial secara global dari Maret 2020 hingga Januari 2022.

“Pandemi telah mempercepat perubahan preferensi dan perilaku konsumen, serta brand membutuhkan paradigma baru untuk menyikapi evolusi cepat ini,” katanya dalam keterangan tertulisnya yang diterima Hypeabis.id, Rabu (23/3/2022).

(Baca juga: Survei: Belanja Online Meningkat 10 Persen pada Momen Ramadan & Idulfitri Tahun Ini)

Selain itu, Benjamin juga menerangkan kedekatan dengan konsumen juga memungkinkan suatu brand untuk mengubah data yang sesuai dengan persepsi konsumen terkini, sehingga memudahkan pengambilan keputusan serta mendorong pertumbuhan brand itu sendiri. Dengan pemahaman yang tepat mengenai konsumen, katanya, brand dapat semakin terkoneksi.

Consumer intelligence dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kesenjangan antara konsumen dan brand, dengan menghadirkan wawasan secara real-time kepada tim yang tepat untuk memperkuat rancangan kampanye serta layanan dan produk,” ujar Benjamin.


Editor: Roni Yunianto
 

SEBELUMNYA

BTS Raih Penghargaan Fandom & Video Klip Terbaik di iHeartRadio Music Awards 2022

BERIKUTNYA

Kembangkan Bisnis secara Kolaboratif, Ini 3 Cara Jitu Buat Co-Branding!

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: