4 Kesalahan Penerapan Artificial Intelligence dalam Bisnis
22 March 2022 |
07:17 WIB
Pandemi telah mengubah gaya hidup masyarakat secara masif. Muncul beragam kebiasaan baru yang menjadi solusi bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat lewat inovasi teknologi. Salah satunya adalah penggunaan chatbot, sebuah teknologi artificial intelligence (AI) yang dikembangkan untuk bisa melayani konsumen secara real time lewat fitur chatting.
Peran teknologi ini diprediksi akan menjadi solusi krusial terhadap masalah operasional bisnis khususnya di bidang customer experience. CEO & Co-Founder Kata.ai Irzan Raditya mengatakan dewasa ini keputusan konsumen sebelum memilih suatu produk atau jasa ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah performa customer service.
“Kami menemukan 80% pertanyaan umum dari konsumen dapat dijawab oleh teknologi chatbot,” katanya.
Seiring teknologi yang berkembang pesat, kini chatbot akrab ditemukan masyarakat di dalam keseharian salah satunya lewat fitur chatting. Berdasarkan riset dari PwC pada 2030, kontribusi sebesar 45 persen dari produk domestik bruto global akan datang dari peningkatan daya tarik produk yang didorong oleh minat pasar yang tinggi.
Hal ini didasari oleh penerapan AI yang masif akan mendorong variasi produk, peningkatan personalisasi kebutuhan konsumen serta daya tarik promosi yang semakin terjangkau. Sedangkan di negara-negara berkembang di Asia termasuk Indonesia, total produk domestik bruto diprediksi akan meningkat sebesar 10,4 persen dari adopsi teknologi AI di berbagai industri.
Diperlukan sebuah persiapan yang matang sebelum suatu bisnis dikatakan siap menggunakan teknologi AI. Agar eksekusi teknologi mampu menjadi solusi tepat guna serta memberikan dampak positif, berikut beberapa hal yang harus dihindari sebelum memutuskan menggunakan teknologi AI.
Sebuah perusahaan harus mengetahui permasalahan dasar yang ingin dituntaskan dengan menggunakan teknologi otomasi, sehingga AI dapat didesain secara spesifik untuk mengatasi problematika bisnis yang dihadapi.
Tujuan yang jelas akan berpengaruh dalam penerapan teknologi AI yang didasarkan pada proses bisnis yang ingin diperbaiki ataupun dikembangkan. Teknologi AI sangat bergantung terhadap situasi dan kondisi bisnis, dimana kecerdasan buatan ini diciptakan berdasarkan tujuan spesifik dari setiap permasalahan bisnis yang berjalan.
Dengan memiliki tujuan yang jelas, penyedia jasa system integration atau technology solution akan mengetahui bagaimana cara mempersiapkan produk yang sesuai dengan kebutuhan suatu bisnis serta mampu meningkatkan produktivitas atau bahkan efisiensi di dalam kegiatan operasional bisnis.
(Baca juga: Wah Meta Kembangkan Teknologi Penerjemah Ucapan Universal Berbasis Artificial Intelligent)
Peran teknologi ini diprediksi akan menjadi solusi krusial terhadap masalah operasional bisnis khususnya di bidang customer experience. CEO & Co-Founder Kata.ai Irzan Raditya mengatakan dewasa ini keputusan konsumen sebelum memilih suatu produk atau jasa ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah performa customer service.
“Kami menemukan 80% pertanyaan umum dari konsumen dapat dijawab oleh teknologi chatbot,” katanya.
Seiring teknologi yang berkembang pesat, kini chatbot akrab ditemukan masyarakat di dalam keseharian salah satunya lewat fitur chatting. Berdasarkan riset dari PwC pada 2030, kontribusi sebesar 45 persen dari produk domestik bruto global akan datang dari peningkatan daya tarik produk yang didorong oleh minat pasar yang tinggi.
Hal ini didasari oleh penerapan AI yang masif akan mendorong variasi produk, peningkatan personalisasi kebutuhan konsumen serta daya tarik promosi yang semakin terjangkau. Sedangkan di negara-negara berkembang di Asia termasuk Indonesia, total produk domestik bruto diprediksi akan meningkat sebesar 10,4 persen dari adopsi teknologi AI di berbagai industri.
Diperlukan sebuah persiapan yang matang sebelum suatu bisnis dikatakan siap menggunakan teknologi AI. Agar eksekusi teknologi mampu menjadi solusi tepat guna serta memberikan dampak positif, berikut beberapa hal yang harus dihindari sebelum memutuskan menggunakan teknologi AI.
1. Tidak memiliki evaluasi dari masalah bisnis
Penerapan teknologi AI selalu bermuara dari masalah yang ingin diatasi di dalam proses bisnis. Masalah tersebut bisa datang dari berbagai faktor yang berkaitan dengan proses bisnis.Sebuah perusahaan harus mengetahui permasalahan dasar yang ingin dituntaskan dengan menggunakan teknologi otomasi, sehingga AI dapat didesain secara spesifik untuk mengatasi problematika bisnis yang dihadapi.
Ilustrasi chat bot (Sumber gambar: Roman Pohorecki/Pexels)
2. Tidak memiliki tujuan yang jelas
Tujuan yang jelas akan berpengaruh dalam penerapan teknologi AI yang didasarkan pada proses bisnis yang ingin diperbaiki ataupun dikembangkan. Teknologi AI sangat bergantung terhadap situasi dan kondisi bisnis, dimana kecerdasan buatan ini diciptakan berdasarkan tujuan spesifik dari setiap permasalahan bisnis yang berjalan.Dengan memiliki tujuan yang jelas, penyedia jasa system integration atau technology solution akan mengetahui bagaimana cara mempersiapkan produk yang sesuai dengan kebutuhan suatu bisnis serta mampu meningkatkan produktivitas atau bahkan efisiensi di dalam kegiatan operasional bisnis.
(Baca juga: Wah Meta Kembangkan Teknologi Penerjemah Ucapan Universal Berbasis Artificial Intelligent)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.