Kenali Pandemic Fatigue & Beberapa Kiat Mengatasinya
19 February 2022 |
19:21 WIB
Pandemi Covid-19 tak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga mempengaruhi kondisi kesehatan mental setiap orang. Hal tersebut dapat dipicu oleh berbagai persoalan yang timbul selama masa pagebluk. Masalah mental yang muncul tersebut harus ditangani dengan tepat.
Menurut Psikolog Klinis & Hipnoterapi, Liza Marielly Djaprie, salah satu keluhan kesehatan mental yang juga bisa terjadi selama pandemi yakni pandemic fatigue atau kelelahan pandemi. Ini terjadi ketika seseorang berada dalam situasi kehilangan motivasi untuk mengikuti perilaku yang disarankan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari virus.
Menurutnya, hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor seperti merasa lelah karena terlalu banyak waktu di rumah dan tidak bisa leluasa beraktivitas. Selain itu, pandemi Covid-19 yang terjadi juga membuat banyak orang merasa panik dan bingung dalam menghadapinya untuk senantiasa mendapatkan rasa aman dan nyaman.
“Itu semua akhirnya menimbulkan kecemasan lalu tidak bisa melupakannya dengan cara-cara positif seperti jalan-jalan ke mal atau travelling. Kalau tidak diatasi dengan baik, ini bisa menjadi cikal bakal gangguan psikologis seperti gangguan depresi dan stres,” katanya kepada Hypeabis.id, baru-baru ini.
Liza juga menjelaskan beberapa tanda yang perlu diwaspadai ketika seseorang mengalami stres yakni adanya perubahan pola makan. Ketika stres, seseorang bisa saja menjadi banyak makan atau disebut juga emotional eater atau justru merasa tidak nafsu makan sama sekali.
Selain itu, adanya perubahan pola tidur menjadi sulit tidur atau insomnia atau justru terlalu banyak tidur (hipersomnia), serta perubahan emosi yang tidak menentu. Hal ini bisa menjadi tanda yang serius, kata Liza, jika terjadi selama 2 minggu sampai 1 bulan.
(Baca juga: 5 Hal yang Bisa Dilakukan saat Teman sedang Isoman)
Untuk mengatasi kelelahan dan kebosanan yang terjadi selama pandemi yang bisa menimbulkan stres, Liza pun memberikan beberapa kiat yang bisa dilakukan. Pertama, bangun kecerdasan emosional dalam diri. Dengan kata lain, seseorang harus bisa bersikap fleksibel dan menerima kondisi yang sedang terjadi dan harus dihadapi.
Kedua, mulai membuat kesadaran akan kebutuhan diri sendiri. Misalnya, ketika merasa lelah maka harus beristirahat. Ketiga, tak kalah penting juga untuk menciptakan kreativitas di masa pandemi. Misalnya, ketika pandemi membuat mobilitas terbatas, ciptakan kegiatan-kegiatan seru yang bisa dilakukan oleh semua anggota keluarga di rumah.
“Ini yang harus kita lakukan. Sebab, anak-anak tergantung dari lingkungan sekitarnya. Bisa tidak kita merangkul mereka. Dengan begitu, akar keluarga itu tetap kokoh bahwa kita saling bantu, saling jaga dan pandemi ini harus dilalui bersama-sama,” katanya.
Keempat, tak kalah penting yang perlu dilakukan adalah mulai mengenali emosi. Menurut Liza, penting untuk mengetahui kapan kita merasa lelah, sedih, marah atau ingin menikmati waktu sendiri.
Dia menegaskan bahwa sehat mental bukan berarti seseorang tidak boleh merasakan beberapa emosi tersebut, tetapi justru kita perlu tahu bagaimana mengelolanya dengan cara mengenalinya terlebih dahulu.
Editor: Indyah Sutriningrum
Menurut Psikolog Klinis & Hipnoterapi, Liza Marielly Djaprie, salah satu keluhan kesehatan mental yang juga bisa terjadi selama pandemi yakni pandemic fatigue atau kelelahan pandemi. Ini terjadi ketika seseorang berada dalam situasi kehilangan motivasi untuk mengikuti perilaku yang disarankan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari virus.
Menurutnya, hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor seperti merasa lelah karena terlalu banyak waktu di rumah dan tidak bisa leluasa beraktivitas. Selain itu, pandemi Covid-19 yang terjadi juga membuat banyak orang merasa panik dan bingung dalam menghadapinya untuk senantiasa mendapatkan rasa aman dan nyaman.
“Itu semua akhirnya menimbulkan kecemasan lalu tidak bisa melupakannya dengan cara-cara positif seperti jalan-jalan ke mal atau travelling. Kalau tidak diatasi dengan baik, ini bisa menjadi cikal bakal gangguan psikologis seperti gangguan depresi dan stres,” katanya kepada Hypeabis.id, baru-baru ini.
Berkreasi bersama anak bisa mencegah bosan saat berada di rumah (Dok. Cottonbro/Pexels)
Selain itu, adanya perubahan pola tidur menjadi sulit tidur atau insomnia atau justru terlalu banyak tidur (hipersomnia), serta perubahan emosi yang tidak menentu. Hal ini bisa menjadi tanda yang serius, kata Liza, jika terjadi selama 2 minggu sampai 1 bulan.
(Baca juga: 5 Hal yang Bisa Dilakukan saat Teman sedang Isoman)
Untuk mengatasi kelelahan dan kebosanan yang terjadi selama pandemi yang bisa menimbulkan stres, Liza pun memberikan beberapa kiat yang bisa dilakukan. Pertama, bangun kecerdasan emosional dalam diri. Dengan kata lain, seseorang harus bisa bersikap fleksibel dan menerima kondisi yang sedang terjadi dan harus dihadapi.
Kedua, mulai membuat kesadaran akan kebutuhan diri sendiri. Misalnya, ketika merasa lelah maka harus beristirahat. Ketiga, tak kalah penting juga untuk menciptakan kreativitas di masa pandemi. Misalnya, ketika pandemi membuat mobilitas terbatas, ciptakan kegiatan-kegiatan seru yang bisa dilakukan oleh semua anggota keluarga di rumah.
“Ini yang harus kita lakukan. Sebab, anak-anak tergantung dari lingkungan sekitarnya. Bisa tidak kita merangkul mereka. Dengan begitu, akar keluarga itu tetap kokoh bahwa kita saling bantu, saling jaga dan pandemi ini harus dilalui bersama-sama,” katanya.
Keempat, tak kalah penting yang perlu dilakukan adalah mulai mengenali emosi. Menurut Liza, penting untuk mengetahui kapan kita merasa lelah, sedih, marah atau ingin menikmati waktu sendiri.
Dia menegaskan bahwa sehat mental bukan berarti seseorang tidak boleh merasakan beberapa emosi tersebut, tetapi justru kita perlu tahu bagaimana mengelolanya dengan cara mengenalinya terlebih dahulu.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.