5 Tradisi Unik Perayaan Cap Go Meh di Indonesia
15 February 2022 |
19:34 WIB
Perayaan Cap Go Meh jatuh pada hari ini, Selasa (15/2/2022). Istilah Cap Go Meh berasal dari dialek Hokkian yang bila diartikan secara harfiah berarti 15 hari atau malam setelah Imlek. Menandai hari kelima belas bulan pertama Imlek, Cap Go Meh merupakan penutup dari rangkaian perayaan Tahun Baru imlek.
Dikenal juga dengan Festival Yuanxiao atau Shangyuan, perayaan ini awalnya diperingati sebagai hari penghormatan kepada Dewa Thai Yi yang dianggap sebagai dewa tertinggi di langit oleh Dinasti Han (206 SM-221 M). Seiring waktu, perayaan ini menjadi festival yang bisa dinikmati seluruh masyarakat.
Setiap negara memiliki beberapa tradisi unik dalam perayaan Imlek tak terkecuali di Indonesia. Merangkum dari berbagai sumber, berikut adalah 5 tradisi perayaan Tahun Baru Imlek di Tanah Air.
Tak hanya untuk bersembahyang, perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro juga semakin meriah dengan berbagai pertunjukan seni khas Tionghoa mulai dari Barongsai hingga pertunjukkan wayang orang.
Keunikan dari pulau yang merupakan delta dari Sungai Musi ini tak cuma terdapat pada perayaan Cap Go Meh-nya saja. Mulai dari sejarahnya yang dahulu sempat menjadi salah satu pos penjagaan bahkan Panglima Cheng Ho, hingga legenda rakyat yang menceritakan kisah cinta putri Palembang dan pangeran dari Negeri Tiongkok yang berakhir tragedi. Bahkan, makam dari sang putri Palembang dan pangeran dari Negeri Tiongkok ini masih bisa kamu temukan di Pulau Kemaro.
Salah satu kota yang kerap merayakan Cap Go Meh dengan meriah adalah Singkawang. Selain parade kesenian multietnis yang meriah, salah satu kegiatan khas dari kota di Kalimantan Barat ini saat perayaan Cap Go Meh adalah kehadiran Tatung.
Tatung dipercaya sebagai manusia pilihan dewa. Warga Singkawang meyakini mereka membantu manusia mencapai kedamaian, menjaga agar tidak diganggu makhluk lain, juga memberi pengobatan. Agar bisa membantu orang lain, mereka membiarkan badannya dirasuki roh.
Saat dirasuki roh, para Tatung ini mampu menjadi kebal. Pada saat pawai atau parade Cap Go Meh, Tatung akan mengenakan pakaian dewa dan melakukan berbagai pertunjukkan seperti menekan perut dan kaki dengan parang, atau memakan pecahan kaca dari lampu neon. Beberapa orang bahkan menggorok leher atau mengiris lidah dengan pisau atau mandau, senjata khas suku Dayak
Uniknya, Kirab Budaya Ruwat Bumi di Salatiga ini tak hanya diramaikan masyarakat Tionghoa melainkan seluruh masyarakat dari berbagai lapisan dan latar belakang. Hal ini bisa dilihat dari beragamnya seni yang mengiringi arak-arakan Kirab Budaya Ruwat Bumi ini mulai dari Barongsai, Liong, hingga Reog Ponorogo.
Selain di Salatiga, tradisi Kirab Budaya Bumi pada saat Cap Go Meh ini juga bisa kamu temukan di beberapa daerah lainnya di Indonesia, khususnya di pulau Jawa.
(Baca juga: Resep Lontong Cap Go Meh, Hidangan Perpaduan Budaya Tionghoa & Jawa)
Dikenal juga dengan Festival Yuanxiao atau Shangyuan, perayaan ini awalnya diperingati sebagai hari penghormatan kepada Dewa Thai Yi yang dianggap sebagai dewa tertinggi di langit oleh Dinasti Han (206 SM-221 M). Seiring waktu, perayaan ini menjadi festival yang bisa dinikmati seluruh masyarakat.
Setiap negara memiliki beberapa tradisi unik dalam perayaan Imlek tak terkecuali di Indonesia. Merangkum dari berbagai sumber, berikut adalah 5 tradisi perayaan Tahun Baru Imlek di Tanah Air.
1. Ziarah ke Pulau Kemaro (Palembang)
Perayaan Cap Go Meh di Palembang terpusat di Pulau Kemaro, tepatnya Klenteng Hok Tjing Rio yang terletak di pulau tersebut. Memasuki hari kelima belas setelah tahun baru Imlek, warga Tionghoa, khususnya yang memeluk agama Konghucu akan berbondong-bondong menyebrang ke Pulau Kemaro untuk memanjatkan doa di Klenteng Hok Tjing Rio.Tak hanya untuk bersembahyang, perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro juga semakin meriah dengan berbagai pertunjukan seni khas Tionghoa mulai dari Barongsai hingga pertunjukkan wayang orang.
Keunikan dari pulau yang merupakan delta dari Sungai Musi ini tak cuma terdapat pada perayaan Cap Go Meh-nya saja. Mulai dari sejarahnya yang dahulu sempat menjadi salah satu pos penjagaan bahkan Panglima Cheng Ho, hingga legenda rakyat yang menceritakan kisah cinta putri Palembang dan pangeran dari Negeri Tiongkok yang berakhir tragedi. Bahkan, makam dari sang putri Palembang dan pangeran dari Negeri Tiongkok ini masih bisa kamu temukan di Pulau Kemaro.
Klenteng Hok Tjing Rio di Pulau Kemaro (Dok. Indonesia Kaya)
2. Parade Tatung (Singkawang)
Salah satu kota yang kerap merayakan Cap Go Meh dengan meriah adalah Singkawang. Selain parade kesenian multietnis yang meriah, salah satu kegiatan khas dari kota di Kalimantan Barat ini saat perayaan Cap Go Meh adalah kehadiran Tatung.Tatung dipercaya sebagai manusia pilihan dewa. Warga Singkawang meyakini mereka membantu manusia mencapai kedamaian, menjaga agar tidak diganggu makhluk lain, juga memberi pengobatan. Agar bisa membantu orang lain, mereka membiarkan badannya dirasuki roh.
Saat dirasuki roh, para Tatung ini mampu menjadi kebal. Pada saat pawai atau parade Cap Go Meh, Tatung akan mengenakan pakaian dewa dan melakukan berbagai pertunjukkan seperti menekan perut dan kaki dengan parang, atau memakan pecahan kaca dari lampu neon. Beberapa orang bahkan menggorok leher atau mengiris lidah dengan pisau atau mandau, senjata khas suku Dayak
3. Kirab Budaya Ruwat Bumi (Salatiga)
Selain Singkawang, perayaan Cap Go Meh di Salatiga juga biasanya digelar meriah. Setiap tahunnya pada perayaan Cap Go Meh, masyarakat di Salatiga melakukan ritual Kirab Budaya Ruwat Bumi dengan membawa arak-arakan tandu yang berisi patung Dewa.Uniknya, Kirab Budaya Ruwat Bumi di Salatiga ini tak hanya diramaikan masyarakat Tionghoa melainkan seluruh masyarakat dari berbagai lapisan dan latar belakang. Hal ini bisa dilihat dari beragamnya seni yang mengiringi arak-arakan Kirab Budaya Ruwat Bumi ini mulai dari Barongsai, Liong, hingga Reog Ponorogo.
Selain di Salatiga, tradisi Kirab Budaya Bumi pada saat Cap Go Meh ini juga bisa kamu temukan di beberapa daerah lainnya di Indonesia, khususnya di pulau Jawa.
Parade Tatung di Singkawang (Dok. Indonesia Kaya)
(Baca juga: Resep Lontong Cap Go Meh, Hidangan Perpaduan Budaya Tionghoa & Jawa)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.