Ilustrasi mengelola keuangan dengan cara menabung. (dok. Pexels)

Potensi Gelombang Ketiga Covid-19, Begini Cara agar Keuangan Tetap Sehat

05 February 2022   |   03:56 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Genhype, seiring dengan angka Covid-19 yang terus naik, yuk kembali meninjau pos anggaran rumah tangga. Antisipasi itu penting loh agar keuangan kita tetap sehat walaupun berada di situasi terburuk. Oleh karenanya, kita harus bersiap dengan kembali ke dasar perencanaan keuangan.

Perencana Keuangan dari OneShildt, Budi Raharjo, mengatakan memang awal tahun ini tumbuh optimisme terhadap pemulihan ekonomi. Tetapi jangan dilupakan bahwa ada varian baru yang muncul yang diprediksi memicu gelombang ketiga pandemi Covid-19 di Indonesia.

"Kembalikan keuangan pada porsinya supaya kita lebih siap terhadap situasi. Kembalikan pondasi keuangannya," ujarnya saat dihubungi, Jumat (4/2/2022).

Mengembalikan pondasi keuangan yang dimaksud Budi yakni memulihkan dana darurat yang mungkin terpakai selama dua tahun terakhir sejak munculnya pandemi. Kemudian menyiapkan asuransi kesehatan dan asuransi jiwa.

Bicara asuransi jiwa, Budi mengimbau agar jangan sampai salah. Perhatikan kecukupan dana, penerima manfaatnya, return, hingga perusahaan yang menyediakan asuransi tersebut.

(Baca juga: Μau Napas Usaha Panjang? Begini 5 Tips Kelola Keuangan untuk UMKM)

Selain itu, kita juga perlu me-review anggaran dalam setahun kemarin untuk melihat apakah keuangan bisa aman atau tidak pada 2022 ini. Jangan lupa juga meninjau pengeluaran tahunan seperti pajak.

Apabila dari hasil review anggaran kita ingin pondasi lebih kuat, Budi menyarankan untuk melakukan efisiensi dan prioritas pengeluaran supaya dana darurat yang disiapkan umurnya lebih panjang.

"Dana darurat umumnya 3-6 bulan pengeluaran, kalau mau memperpanjang, turunkan pengeluaran dari Rp5 juta bisa Rp4 juta. Kalau punya utang, apakah masih bisa dipertahankan atau dilunasi. Kalau mau ambil utang baru, dipertimbangkan apakah diperlukan," saran Budi.

Kalau pun ingin berinvestasi, perhatikan tujuan dari investasi tersebut. Setidaknya ada beberapa jenis jangka waktu investasi. Ada investasi dalam jangka sangat pendek, di bawah 12 bulan. Ini menurutnya bisa diamankan namun jangan gegabah menempatkan investasi dengan volatilitas tinggi hanya ingin mencari peluang keuntungan tetapi tidak imbang dengan risiko.

Ada juga investasi jangka pendek 1-3 tahun yang bisa diprioritaskan ke instrumen yang lebih konservatif seperti tabungan dan deposito. Kemudian ada investasi jangka menengah 3-7 tahun, dan jangka panjang di atas 7 tahun.

Pada jangka panjang, Budi menyebut dengan adanya volatilitas, instrumen yang berisiko tinggi ternyata memiliki beberapa peluang apabila harga terkoreksi tetapi fundamental masih bagus seperti halnya saham. Kendati demikian, pemilihannya juga perlu berhati-hati agar tidak salah pilih. Namun yang pasti, diversifikasi investasi itu penting.

"Investasi yang aman hanya instrumen yang tidak alami volatilitas dan memberikan kepastian return, misal deposito. Tetapi menurut beberapa orang itu tidak menarik, gimana kalau tergerus inflasi. Kembali kepada goalsnya, investasi ini mau dipakai buat apa," tegas Budi.

Dia juga mengingatkan apabila ingin investasi yang bisa memberikan return tinggi namun tinggi pula volatilitasnya, jangan sampai mengambil pos anggaran penting seperti dana pendidikan, dana kebutuhan pokok, apalagi dana darurat.


Editor: Avicenna

SEBELUMNYA

Temuan Baru, Covid-19 Berpengaruh pada Sel Jantung

BERIKUTNYA

Biar Cuan, Ini 4 Tips Memulai Investasi pada Tahun Macan Air

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: