Buku Memoar Orang-Orang Singkawang Soft Launching
04 February 2022 |
20:27 WIB
Bagi Genhype pencinta buku, terdapat buku yang tidak boleh kalian lewati lho. Terlebih, kalian suka dengan buku-buku yang mengandung sejarah, yakni buku Memoar Orang-Orang Singkawang yang hari ini soft launching di Komunitas Salihara, Jakarta.
Lio Kurniawan, Ketua Penerbit Yayasan Singkawang, Luhur Abadi, menuturkan buku Memoar Orang-orang Singkawang akan terasa lebih berbeda karena para pelaku sejarah menuturkan kisahnya sendiri tentang apa yang terjadi, kapan terjadi, dan di mana kejadian itu berlangsung.
Lantaran para narasumber berada di berbagai belahan dunia, wawancara dan pemotretan dalam proses penyusunan buku ini pun juga dilakukan di tempat para narasumber berada.
“Proses perjalanan menuju tempat narasumber berada, mewawancarai mereka maupun pemotretan saat dan pasca-wawancara menjadi sebuah kisah tersendiri yang mengesankan,” katanya.
(Baca juga: Nirasha Darusman Ceritakan Kematian & Duka dalam Buku Lost and Found)
Sementara itu Kurator Pameran Foto dan Buku Memoar Orang-orang Singkawang, Oscar Matuloh, menuturkan penerbitan buku ini sebagai persembahan bagi segenap penyintas kekerasan dan tindak diskriminasi.
Kemudian, buku ini juga sebagai penghormatan bagi mereka yang telah gugur akibat angkara politik dan ambisi kekuasaan. Seraya melandaskan kisah mereka sebagai monumen ingatan bagi masa depan peradaban kemanusiaan kita.
“Zaman berganti, namun eksistensi bilah tragedi dan kisi-kisi traumatis itu tidak boleh lagi berulang pada masa datang,” katanya.
Untuk diketahui, Singkawang sampai saat ini, dikenal lekat dengan identitas budaya China. Kota seluas 504 km2 itu merupakan salah satu pecinan di Indonesia. Kota tersebut didominasi penduduk keturunan China sekitar 40 persen.
Kemudian, etnis Melayu Singkawang (sambas) sebanyak 30 persen, Dayak 10 persen, Jawa 10 persen, Madura 5 persen, dan pendatang lainnya. Kota berpenduduk sebanyak 239.260 jiwa tersebut menjadi salah satu kota di Indonesia yang penduduknya multietnis dan agama.
Editor: Avicenna
Lio Kurniawan, Ketua Penerbit Yayasan Singkawang, Luhur Abadi, menuturkan buku Memoar Orang-orang Singkawang akan terasa lebih berbeda karena para pelaku sejarah menuturkan kisahnya sendiri tentang apa yang terjadi, kapan terjadi, dan di mana kejadian itu berlangsung.
Lantaran para narasumber berada di berbagai belahan dunia, wawancara dan pemotretan dalam proses penyusunan buku ini pun juga dilakukan di tempat para narasumber berada.
“Proses perjalanan menuju tempat narasumber berada, mewawancarai mereka maupun pemotretan saat dan pasca-wawancara menjadi sebuah kisah tersendiri yang mengesankan,” katanya.
(Baca juga: Nirasha Darusman Ceritakan Kematian & Duka dalam Buku Lost and Found)
Sementara itu Kurator Pameran Foto dan Buku Memoar Orang-orang Singkawang, Oscar Matuloh, menuturkan penerbitan buku ini sebagai persembahan bagi segenap penyintas kekerasan dan tindak diskriminasi.
Kemudian, buku ini juga sebagai penghormatan bagi mereka yang telah gugur akibat angkara politik dan ambisi kekuasaan. Seraya melandaskan kisah mereka sebagai monumen ingatan bagi masa depan peradaban kemanusiaan kita.
“Zaman berganti, namun eksistensi bilah tragedi dan kisi-kisi traumatis itu tidak boleh lagi berulang pada masa datang,” katanya.
Untuk diketahui, Singkawang sampai saat ini, dikenal lekat dengan identitas budaya China. Kota seluas 504 km2 itu merupakan salah satu pecinan di Indonesia. Kota tersebut didominasi penduduk keturunan China sekitar 40 persen.
Kemudian, etnis Melayu Singkawang (sambas) sebanyak 30 persen, Dayak 10 persen, Jawa 10 persen, Madura 5 persen, dan pendatang lainnya. Kota berpenduduk sebanyak 239.260 jiwa tersebut menjadi salah satu kota di Indonesia yang penduduknya multietnis dan agama.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.